Informasi penculikan anak marak beredar di Bogor, Jawa Barat, dari mulut ke mulut hingga ke media sosial. Namun, polisi tidak menemukan kebenaran dari informasi itu alias hoaks.
Oleh
AGUIDO ADRI
·3 menit baca
BOGOR, KOMPAS — Polisi menyelidiki maraknya informasi penculikan anak di Kota Bogor dan Kabupaten Bogor, Jawa Barat, yang beredar di media sosial. Dari penelusuran sementara, informasi-informasi penculikan merupakan kabar bohong.
Kepala Kepolisan Resor Kota Bogor Komisaris Besar Bismo Teguh Prakoso mengatakan, pihaknya sudah menyelidiki beredarnya kabar terkait isu penculikan anak di salah satu sekolah dasar di Bogor Barat, Kota Bogor. Informasi itu beredar secara berantai di aplikasi percakapan Whatshapp lalu dari mulut ke mulut sehingga membuat warga khawatir dan cemas. Pesan itu pun sampai ke telepon seluler milik Bismo yang meminta polisi mencari korban hilang itu.
Polisi lalu bekerja sama dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika untuk mengecek nomor telepon yang telah menyebar informasi penculikan. Kesimpulan sementara, tidak ada laporan lanjutan terkait informasi kehilangan. Begitu pula saat polisi menelusuri ke lapangan tidak ada satu pun warga yang merasa kehilangan anggota keluarganya.
”Foto dan informasi itu hoaks, tidak benar. Kami cek langsung (kirim pesan), hanya centang satu. Kami selidiki lagi dan dapat pemegang nomor handphone yang menyebarkan informasi palsu itu ternyata seorang anak kelas empat sekolah dasar,” ujar Bismo, Kamis (2/2/2023).
Dari pemeriksaan kepada anak dan orangtuanya, polisi juga dibuat bingung dengan kasus penculikan hoaks itu. Sang anak diduga mengarang kabar temannya telah diculik. Pengakuan dari anak itu, ia mendapatkan informasi penculikan sekolah dari lingkungannya.
”Kok bisa anak kelas empat nulis’Pak polisi ada penculikan... teman aku diculik’. Tapi sekali lagi ini hoaks. Kami masih dalami siapa yang mengajari anak itu dan bisa dapat foto-foto lama itu,” kata Bismo.
Bismo meminta para orangtua mengawasi anaknya saat menggunakan gawai agar tidak sembarangan menyebarkan informasi yang belum bisa dipertangungjawabkan. Informasi itu yang tidak terkonfirmasi kebenarannya itu juga meresahkan masyarakat.
Kasus serupa juga terjadi di Kabupaten Bogor sehingga membuat panik warga. Di Leuwiliang beredar informasi seorang siswi sekolah dasar yang pulang sekolah menggunakan angkot diculik oleh seorang ibu. Dugaan penculikan tersebut karena si anak digandeng oleh ibu tak dikenal itu.
Namun, saat Kepolisian Resor Bogor menyelidiki dugaan kasus itu, faktanya tidak ada kasus penculikan. Sang anak tiba dengan selamat di rumah. Sesampai di rumah, anak itu lalu menceritakan kejadian saat dipegang oleh orang tak kenal. Orangtua menilai bahwa anaknya hampir diculik lalu menyebarkan informasi tersebut sehingga tersebar luas.
Sementara di Gunung Sindur, warga pun dibuat cemas dengan informasi penculikan anak. Polisi pun menyusuri kabar dua siswi sekolah dasar telah diculik dan tidak menemukan kebenarannya.
Polisi justru menemukan fakta unik bahwa dua siswi itu hanya mengarang cerita penculikan lalu orangtua menyebarkan informasi bahwa anak-anak mereka berhasil lolos dari penculikan. Orangtua itu lalu meminta para orangtua lainnya untuk berhati-hati terhadap maraknya penculikan.
Kepala Kepolisian Sektor Gunung Sindur Komisaris Birman Simanullang mengatakan, dua siswi itu mengarang telah diculik karena takut orangtuanya marah mereka pulang terlambat.
”Sekolah selesai mereka tidak langsung pulang, main dulu dan lupa waktu. Mereka takut dimarahin sehingga mengarang cerita penculikan,” kata Birman.
Mendengar hal tersebut, orangtua siswi itu panik dengan penculikan yang menimpa anak. Orangtua itu lalu merekam cerita anaknya dan mem-posting ke media sosial.
”Kabar itu tidak benar, hoaks. Kami sudah cek tidak ada penculikan,” kata Birman.