Empat Embung Dibangun untuk Cegah Banjir di Pusat Jakarta
Suku Dinas Sumber Daya Air Jakarta Pusat membangun empat embung di wilayah Kecamatan Cempaka Putih, Jakarta Pusat. Pengerjaan embung di Balai Tekstil yang pertama sudah mencapai tahap 80 persen.
Oleh
Atiek Ishlahiyah Al Hamasy
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Suku Dinas Sumber Daya Air Jakarta Pusat membangun empat embung di wilayah Kecamatan Cempaka Putih, Jakarta Pusat. Langkah ini dilakukan untuk menampung ratusan meter kubik air guna mencegah terjadinya banjir di Cempaka Putih.
Kepala Suku Dinas Sumber Daya Air Jakarta Pusat Mustajab mengatakan, keempat embung tersebut dibangun di dekat Hotel C'One, Apartemen Holland Village, dan dua lainnya di Laboratorium Balai Tekstil Jakarta. Embung tersebut diharapkan dapat mencegah potensi banjir, khususnya di kawasan rawan genangan, seperti Jalan Jenderal Ahmad Yani dan sisi selatan Jalan Letjen Suprapto.
”Tahun ini kami membangun empat embung di Kecamatan Cempaka Putih yang masih dalam proses oleh petugas di lapangan. Saat ini, pengerjaan embung di Balai Tekstil yang pertama sudah mencapai tahap 80 persen. Di wilayah lain masih berupa tanah kosong,” kata Mustajab, Selasa (31/1/2023) di Jakarta.
Di sekitar embung tidak terdapat permukiman warga. Hanya terdapat beberapa kantor di samping Balai Tekstil, salah satunya Kantor Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Selain itu, di sisi timur Balai Tekstil terdapat Hotel Siwan. Embung yang mulai dibangun sekitar dua atau tiga minggu yang lalu itu juga sudah ditanami beberapa pohon.
Embung di Laboratorium Balai Tekstil dapat menampung debit air hingga 300 meter kubik dengan luas 24 meter persegi dan kedalaman dua meter. Di C'One dan Holland Village direncanakan memiliki total volume 800 meter kubik dengan luas total 400 meter persegi dan kedalaman 1,5 meter.
Di kawasan Cempaka Putih, volume debit air saat terjadi banjir bisa mencapai 400-600 meter kubik. Air yang menggenang terutama di sepanjang Jalan Letjen Suprapto langsung dapat dialirkan ke empat embung tersebut untuk ditampung dan akan menanggulangi antrean air menuju Kali Sunter.
”Pembangunan di Balai Tekstil yang kedua baru dimulai hari ini. Setelah pembangunan embung di Balai Tekstil selesai, kami akan melanjutkan penggalian atau pembuatan embung di Holand Village. Setelah digali, pihak Dinas Pertamanan akan menghijaukan wilayah sekitarnya,” kata Mustajab.
Embung yang dibuat ini hanya untuk menanggulangi genangan yang ada di Jalan Suprapto dan Jalan Jenderal Ahmad Yani, bukan di permukiman warga. Adapun pada 2020, wilayah tersebut pernah terjadi genangan besar akibat luapan Kali Sunter sehingga Dinas SDA diminta untuk membuat embung.
Lanjutnya, pembuatan embung tersebut juga menjadi lalu lintas genangan, baik saat intensitas hujan lebat maupun akibat luapan Kali Utan Kayu. Hingga kini, pihaknya belum merinci berapa anggaran pembangunan empat embung tersebut. Adapun anggaran yang diperlukan, yakni untuk bahan bakar minyak (BBM), operator, dan biaya perbaikan.
”Untuk target pembuatan embung di empat lokasi ini, kira-kira tiga bulan bisa selesai. Jika bisa lebih cepat, akan lebih baik,” ujar Mustajab.
Pada Jumat (27/1/2023), Penjabat Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono didampingi Wali Kota Jakarta Pusat Dhany Sukma dan Lurah Cempaka Putih Timur Shinta Purnama Sari ikut serta dalam kegiatan menanam pohon Cempaka Putih guna penghijauan sekitar embung di Balai Tekstil.
”Kegiatan penanaman 25 pohon Cempaka Putih merupakan program penghijauan dengan sejuta pohon. Alhamdulillah, kami bisa menanam pohon-pohon langka ini di sekitar kolam embung yang akan menjadi ikonis dan pengendali banjir di wilayah Cempaka Putih Timur. Tinggi pohonnya sekitar tiga meter,” ujar Lurah Cempaka Putih Timur Shinta Purnama Sari.
Menurut pengamat tata kota Niwono Joga, pembangunan embung, danau, dan waduk sangat dibutuhkan di Jakarta untuk menampung air hujan dan limpasan air dari luapan sungai atau genangan air di jalan. Hal ini dapat membantu mengurangi banjir lokal seperti di kawasan Cempa Putih, Jakarta Pusat, yang kerap menjadi kawasan langganan banjir.
Selain itu, kawasan Pasar Baru, sekitar istana, dan Taman Monas juga membutuhkan embung untuk mencegah banjir di kawasan tersebut. Pembangunan embung, danau, dan waduk dinilai lebih bermanfaat guna mencegah banjir dibandingkan dengan pembuatan drainase vertikal.
Nirwono menilai, sumur resapan tidak efektif dalam mengurangi banjir dan hanya buang anggaran. Upaya pemerintah mengatasi banjir juga dapat melakukan revitalisasi dan perawatan seluruh saluran air yang ada di Ibu Kota.