Korban Komplotan Wowon Didoktrin Senyap Berujung Lenyap
Polisi masih mencari dua pekerja migran yang diduga jadi korban dari komplotan Wowon cs.
Oleh
STEFANUS ATO
·3 menit baca
KOMPAS
Terungkap, Wowon juga menipu TKW dengan modus penggandaan uang.
JAKARTA, KOMPAS — Dua perempuan pekerja migran, yang diduga turut diperdaya komplotan Wowon Erawan, masih dicari polisi. Setiap pekerja migran yang berhubungan dengan Wowon biasanya diminta menemuinya tanpa menghubungi siapa pun saat kembali ke Tanah Air. Dalam senyap, para perempuan pekerja migran tersebut kemudian dibawa ke tempat yang telah disiapkan pelaku, lalu dibunuh.
Kepala Bidang Hubungan Masyarakat (Humas) Kepolisian Daerah (Polda) Metro Jaya Komisaris Besar Trunoyudo Wisnu Andiko mengatakan, penyidik Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya belum berhenti mencari dua pekerja migran bernama Nene dan Evi. Dua pekerja migran ini merupakan bagian dari 11 orang yang namanya tercatat masuk dalam transaksi di rekening tabungan dari komplotan Wowon.
”Seperti yang disampaikan Hana dan Walsem, ada dua temannya yang masih dicari. Tentu kami proaktif. Akan kami cari ke keluarganya,” kata Trunoyudo, Sabtu (28/1/2023), di Jakarta.
Hana dan Walsem merupakan dua pekerja migran yang turut ditipu dan terjebak dalam kejahatan dari komplotan Wowon (60), Solihin alias Dulloh (63), dan Dede Solehudin (35). Mereka selama bertahun-tahun rutin mengirim uang untuk komplotan Wowon.
Walsem saat masih jadi pekerja migran di Dubai, Uni Emirat Arab, merugi hingga Rp 288 juta. Sementara itu, Hana, yang bekerja di Arab Saudi, merugi hingga Rp 75 juta.
Hana dan Walsem beruntung karena meski merugi, mereka masih selamat. Sementara itu, ada dua pekerja migran lain yang harus kehilangan nyawa karena dibunuh komplotan Wowon. Mereka yang tewas dibunuh itu, antara lain, adalah Siti dan Farida.
Kepala Subdirektorat Kejahatan dan Kekerasan Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Ajun Komisaris Besar Indrawienny Panjiyoga mengatakan, keberadaan Nene dan Evi masih dalam penyelidikan polisi. Petugas belum bisa mengidentifikasi keberadaan mereka.
”Laporan dari pihak keluarga juga belum ada sampai sekarang,” kata Panjiyoga.
Tempat eksekusi
Dari total sembilan korban yang dibunuh komplotan Wowon, Halimah dibunuh pada 2016, kemudian menyusul Siti, Noneng, dan Wiwin pada 2021. Adapun tiga korban lain yang tewas awal tahun 2023, yakni Ai Maemunah (40), M Riswandi (17), dan Ridwan Abdul Muiz (23).
Tewasnya tiga orang yang masih berkerabat itu pada 2023 di Ciketing Udik, Bantargebang, Kota Bekasi, Jabar, jadi jalan pembuka terbongkarnya kejahatan sadis komplotan Wowon.
Panjiyoga menambahkan, tewasnya Farida, salah satu pekerja migran, di tangan komplotan Wowon juga baru diketahui keluarga setelah polisi menangkap Wowon cs. Sebelum kasus ini terbongkar, keluarga Farida mengira korban masih bekerja di luar negeri.
AGUSTINUS YOGA PRIMANTORO
Penampakan lubang ditemukannya jasad B (2), korban pembunuhan berantai, di halaman rumah Wowon Eriawan alias Aki (60) di Kampung Babakan Mande, Desa Gunungsari, Kecamatan Ciranjang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Minggu (22/1/2023).
”Begitu korban sampai ke Indonesia, mereka tidak boleh hubungi keluarga dulu. Itu berlaku untuk semua korban penipuan,” katanya.
Permintaan agar korban senyap berkait jasa penggandaan uangnya dan tak menghubungi siapa pun merupakan peraturan yang diterapkan komplotan Wowon kepada semua korbannya. Jika korban melanggar aturan itu, mereka disebut bakal celaka.
Komplotan Wowon yang berhasil mendoktrin para korban tersebut kemudian membawa para pekerja migran ke tempat yang sudah disiapkan. Di sana, para korban dieksekusi atau dibunuh.