Korban Penipuan Komplotan Wowon Berharap Rekannya Selamat
Ada kekhawatiran rekan mereka sesama pekerja migran hilang karena dibunuh penipu sadis asal Cianjur, Jawa Barat, itu.
Oleh
ERIKA KURNIA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Perempuan pekerja migran yang menjadi korban penipuan penggandaan uang oleh komplotan Wowon Erawan meminta polisi mencari keberadaan korban lain yang merupakan rekan mereka. Ada kekhawatiran rekan mereka sesama pekerja migran hilang karena dibunuh penipu sadis asal Cianjur, Jawa Barat, itu.
Pekerja migran bernama Aslem dan Hana hadir memberi keterangan ke Kepolisian Daerah Metro Jaya di Jakarta, Kamis (26/1/2023). Keduanya merupakan pekerja migran yang sudah tahunan ditipu dan terjebak dalam penipuan tersangka Wowon (60), Solihin alias Duloh (63), dan M Dede Solehudin (35).
”Saya terima kasih banyak sama Bapak Polda Metro Jaya yang sudah membantu kita, rekan-rekan kita yang masih ada di sana. Kasihan, semoga, ya, jangan ada terjadi terulang lagi yang penipuan kayak gini,” ucap Aslem sambil berurai air mata di hadapan wartawan, Kamis malam.
Perempuan asal Karawang itu sudah enam tahun menjadi korban penipuan yang dilakukan komplotan tersebut. Selama waktu tersebut, setiap bulan Aslem rutin mengirimkan uang hasil keringatnya menjadi pekerja di Dubai, Uni Emirat Arab. Ia selalu menuruti perintah Aki Banyu, figur fiktif yang ternyata diciptakan Wowon.
Aki Banyu yang selalu memberi pesan suara yang membuat Aslem tidak berani menceritakan masalahnya ke orang lain. Bahkan ia dua kali dilarang menemui keluarga saat kedua orangtuanya meninggal dunia dalam waktu berbeda.
Aki selalu menyuruhnya pulang ke Cianjur daripada ke kampung halamannya ketika kembali ke Indonesia. Adapun secara materi, Aslem merugi hingga Rp 288 juta. ”Terima kasih (polisi) yang telah membantu kita menghindari dari ancamannya,” lanjut Aslem.
Setali tiga uang, Hana juga sudah merugi hingga Rp 75 juta karena ditipu komplotan itu selama dua tahun. Perempuan yang sempat bekerja di Arab Saudi ini bahkan nyaris menjadi korban pembunuhan para tersangka karena terus menagih hasil penggandaan uang oleh mereka. Pada Desember 2022 lalu, Hana dua kali hendak menemui pelaku di Cianjur. ”Mungkin kalau saya kemarin tanggal 28-29 pergi lagi ke Cianjur ketemu Dede, mungkin nasib saya nggak akan ada di sini, beda lagi ceritanya. Bahkan, setelah tanggal 28-29 saya pun berencana untuk balik lagi ke Cianjur,” ucapnya.
Saat ini, Hana berharap polisi bisa melacak keberadaan dua temannya, yaitu Nene dan Evi. Dua rekan pekerja migran itu bersama Hana dan Aslem merupakan bagian dari 11 nama orang yang tercatat dalam riwayat kas masuk rekening tabungan atas nama Dede. Di antara 11 orang yang diketahui perempuan pekerja migran itu ada dua nama yang sudah diketahui menjadi korban pembunuhan, yaitu Siti dan Farida. ”Cukup kami yang mengalami ini semua. Jangan sampai ada korban lain. Dan, semoga semuanya ini terungkap sampai tuntas, sampai teman kami pun diketemukan keberadaannya, karena sampai sekarang belum ada kabar,” tutur Hana.
Peran keluarga
”Kami cuma minta ditegakkan hukum seberat-beratnya, dan diusut tuntas sampai ke akar-akarnya,” ujar Hana.
Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Trunoyudo Wisnu Andiko, pada kesempatan sama, menimpali, mereka belum menyelesaikan penyidikan. ”Kita proaktif. Tadi saya sampaikan, penyidik akan menindak lanjuti sampai dengan ke keluarganya,” katanya.
Terkait keluarga pelaku, polisi juga akan mendalami peran keluarga yang juga pekerja migran dalam merekrut korban perempuan bekerja di luar negeri. ”Salah satu family tree itu ada yang juga tenaga kerja wanita atau TKW di Arab Saudi. Ini masih kita dalami. Apakah karena dia sehingga mereka mau ikut untuk berpartisipasi atau ikut dalam suatu lingkaran penipuan ini,” kata Trunoyudo.
Polisi pun berjanji akan terus mendalami kasus komplotan ini, beserta mencari para korban baik yang masih selamat ataupun tidak. Polisi akan menyidik secara hati-hati menggunakan metode investigasi saintifik yang melibatkan kedokteran dan psikolog forensik. Baca juga: Tetangga Ungkap Trik Wowon Kelabui Para Perempuan Pekerja Migran
Disampaikan sebelumnya, para pelaku mengelabui korbannya agar percaya mereka bisa menggandakan uang dengan trik tertentu. Pelaku akan meminta korban menemui mereka dan membawa sejumlah uang, lalu mempraktikkan trik memperbanyak uang dalam amplop. Setelah itu, korban akan diminta menyetorkan uang secara rutin untuk diambil hasilnya kemudian hari. Tidak hanya di situ, pelaku juga mengajak korbannya merekrut pekerja migran lain untuk ikut serta. Jika penipuan mereka ketahuan korban, pelaku akan mengajak bertemu atau meminta korban melakukan ritual yang berujung menghilangkan nyawa, seperti mencekik, meracun, hingga meminta korban menyeberangi lautan dan menceburkan diri. Modus pembunuhan itu juga dilakukan pelaku terhadap saksi aksi mereka. Sampai saat ini diketahui ada sembilan korban meninggal akibat pembunuhan yang dilakukan ketiga pelaku. Mereka sebagian besar adalah keluarga dekat Wowon, seperti istri dan anak. Dua lainnya adalah pekerja migran bukan kerabat dekat pelaku.