Antisipasi KLB, Sosialisasi Vaksin Campak Masif di Jakarta
Sosialisasi vaksin campak, antara lain, melalui poster digital yang kini mulai disebar ke warga DKI Jakarta.
Oleh
ERIKA KURNIA
·5 menit baca
KOMPAS/ERIKA KURNIA
Warga membuka poster digital sosialisasi penyakit campak pada anak yang disebarkan melalui jaringan komunikasi di ponsel, di Jakarta, Kamis (26/1/2023).
JAKARTA, KOMPAS — Sosialisasi vaksin campak bagi anak-anak usia 9 bulan ke atas mulai digencarkan di wilayah DKI Jakarta. Upaya ini untuk mengejar ketertinggalan cakupan minimal vaksinasi penyakit menular tersebut akibat pandemi. Selain itu, juga untuk mengantisipasi kejadian luar biasa campak yang muncul di sejumlah wilayah Indonesia.
Bentuk sosialisasi melalui poster digital kini mulai disebar dan diterima warga Jakarta. Nur Hidayati, kader pos layanan terpadu (posyandu) di Kelurahan Susukan, Kecamatan Ciracas, Jakarta Timur, misalnya, kini mendapat tugas untuk menyebarkan beberapa poster digital dan poster cetak berisi informasi mengenai campak melalui jaringan komunikasi.
”Baru hari ini dapat arahan dari lurah untuk share poster itu ke grup Whatsapp jumantik, RW, RT, buat disebar ke warga,” katanya saat ditemui pada Kamis (26/1/2022).
Poster digital dengan logo Ikatan Dokter Indonesia dan Ikatan Dokter Anak Indonesia itu terdiri atas sepuluh halaman. Poster itu menginformasikan pengumuman kasus kejadian luar biasa oleh Kementerian Kesehatan pada 18 Januari 2023, tanda bahaya dan risiko campak, tata laksana campak, serta beberapa gambaran efek campak di tubuh penderitanya.
Nur mengatakan, belum ada informasi kelanjutan sosialisasi tersebut, apakah akan dilanjutkan dengan pertemuan luar jaringan atau jemput bola. Namun, masalah campak ini menjadi salah satu prioritas untuk disampaikan ke warganya.
KOMPAS/ERIKA KURNIA
Warga membuka poster digital sosialisasi penyakit campak pada anak yang disebarkan melalui jaringan komunikasi di ponsel, di Jakarta, Kamis (26/1/2023).
”Di sini belum ada kasus, sih. Tapi, kita diminta sampaikan ini lewat pesan singkat atau lisan ke ibu-ibu, terutama yang punya bayi atau anak yang belum vaksin,” ujarnya.
Informasi serupa juga sudah diterima Yeyen, warga yang tinggal di Kelurahan Petamburan, Kecamatan Tanah Abang, Jakarta Pusat. Ibu anak usia 8 tahun dan 1 tahun itu mendapatkan poster itu dari kader posyandu di lingkungannya melalui Whatsapp.
Sebelum mendapat informasi itu, ia sudah membawa bayinya yang berusia 1 tahun untuk mendapat vaksin Measles and Rubella (MR). Vaksinasi itu dilakukan beberapa bulan lalu di posyandu dekat rumahnya. Selain gratis, status pandemi yang sudah menjadi endemi juga membuatnya yakin untuk membawa bayinya ke fasilitas layanan kesehatan.
”Alhamdulillah, anak saya divaksin sesuai jadwal setelah masuk 9 bulan. Untungnya sekarang Covid-19 juga enggak ada lagi di sini. Jadi, enggak takut bawa dia keluar,” kata Yeyen.
Amey, ibu satu anak dari Kecamatan Kramat Jati, Jakarta Timur, baru-baru ini juga mengantarkan anaknya vaksin dengan dokter anak di rumah sakit. Keharusan membayar tidak menghalanginya memvaksin anaknya.
”Saya berusaha ikutin jadwal dari dokternya aja karena buat ngelindungin bayinya juga, kan,” ujarnya.
KOMPAS/ERIKA KURNIA
Foto depan posyandu di Kelurahan Petamburan, Kecamatan Tanah Abang, Jakarta Pusat, Kamis (26/1/2023).
Data Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta sejauh ini belum menerima laporan kasus campak di 2023. Adapun Kementerian Kesehatan bulan ini mengumumkan adanya 55 laporan kejadian luar biasa di 34 kabupaten/kota di 12 provinsi. Provinsi tersebut, antara lain, Aceh, Sumatera Barat, Sumatera Utara, Jambi, Riau, Banten, Jawa Barat, Jawa Timur, Kalimantan Utara, Nusa Tenggara Timur, dan Papua.
Meski Jakarta tidak masuk dalam daftar, Kepala Seksi Surveilans Epidemiologi dan Imunisasi Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta Ngabila Salama mengatakan, pemerintah akan menggencarkan gerakan vaksinasi campak. Dinkes DKI juga mengeluarkan Surat Edaran Nomor 2 Tahun 2023 Tanggal 24 Januari 2023 untuk fasilitas layanan kesehatan.
Isi surat edaran itu meminta puskesmas kecamatan melakukan pemetaan wilayah atau kantong cakupan imunisasi campak yang masih rendah sampai level RT. Puskesmas juga diminta melakukan sweeping imunisasi bersamaan dengan operasi timbang yang dilakukan berdasarkan prioritas daerah kumuh, padat dan miskin, daerah cakupan vaksin campak rendah, daerah dengan jumlah anak balita gizi kurang dan buruk terbanyak.
”Kemudian, melakukan edukasi mengenai campak dan rubella serta operasi timbang kepada lintas sektor terkait semua kader, kader dasawisma, kader posyandu, TP PKK (Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga Kelurahan), ketua satuan pelaksana pendidikan, guru UKS (Unit Kesehatan Sekolah), dan masyarakat luas,” katanya dalam keterangan tertulis.
KOMPAS/ERIKA KURNIA
Poster jadwal vaksinasi anak di salah satu posyandu di Kelurahan Petamburan, Kecamatan Tanah Abang, Jakarta Pusat, Kamis (26/1/2023).
Kondisi rawan
Beberapa kondisi rawan penularan campak juga jadi sorotan. Rendahnya cakupan vaksinasi yang minimal 95 persen target menjadi salah satu faktornya. Masalah ini muncul tiga tahun berturut-turut karena pembatasan aktivitas masyarakat selama pandemi Covid-19.
Pada tahun 2020, cakupan vaksinasi bayi usia 18 bulan ke bawah hanya 85 persen dan anak kelas I sekolah dasar hanya 65 persen. Pada 2021, ada peningkatan sampai di atas 90 persen tetapi belum mencapai standar minimal.
Situasi itu membuat munculnya 253 kasus di 2022 di Jakarta. Hampir sepertiganya ada di Jakarta Utara sebanyak 155 kasus, disusul Jakarta Timur dengan 40 kasus. Pemetaan kasus di 2022 menunjukkan kasus banyak muncul di kondisi-kondisi lainnya. Tidak ada pasien meninggal dalam kasus ini.
”Campak positif juga banyak ditemukan pada wilayah padat penduduk, sanitasi dan gizi kurang, dan wilayah perbatasan dengan Debotabek,” kata Ngabila.
Faktor lainnya bisa karena anak belum lengkap divaksin. Seperti diketahui, setiap anak perlu mendapat tiga dosis vaksin, masing-masing diberikan di usia 9 bulan, 18 bulan, dan saat kelas I SD. Jika belum vaksin sampai usia dewasa, warga direkomendasikan mendapat dua dosis vaksin.
Untuk Jakarta enggak ada alasan enggak memenuhi cakupan vaksinasi karena semua terjangkau fasilitas kesehatan, di mana-mana ada RS, jadi harus 100 persen anak di Jakarta terlindungi vaksinasi campak. (Pandu Riono)
KOMPAS/ERIKA KURNIA
Poster jadwal vaksinasi anak di salah satu posyandu di Kelurahan Petamburan, Kecamatan Tanah Abang, Jakarta Pusat, Kamis (26/1/2023).
Campak adalah infeksi virus yang dapat menular melalui udara dan cairan saluran napas seperti Covid-19. Jika sudah menginfeksi, virus bisa menular lewat gejala di kulit. Ruam merah menjadi ciri khusus dari penyakit ini selain gejala demam tinggi, batuk, pilek, dan mata merah. Penularan bisa berlangsung lama sejak empat hari sebelum dan sesudah munculnya bercak merah di kulit pasien.
Epidemolog Universitas Indonesia, Pandu Riono, mengatakan, Jakarta harus mengejar cakupan vaksin melampaui 95 persen agar tidak mengalami kejadian luar biasa akibat kenaikan kasus campak. Ia optimistis karena Jakarta tidak kekurangan dalam hal fasilitas layanan kesehatannya.
”Untuk Jakarta enggak ada alasan enggak memenuhi cakupan vaksinasi karena semua terjangkau fasilitas kesehatan, di mana-mana ada RS, jadi harus 100 persen anak di Jakarta terlindungi vaksinasi campak," ujarnya.
Faktor lingkungan tinggal anak yang padat penduduk sehingga meningkatkan penularan bisa disiasati dengan pemenuhan gizi anak, khususnya mereka dari kalangan masyarakat kurang mampu. Gizi cukup akan membantu meningkatkan imunitas anak.
”Kan ada kampanye konsumsi protein hewani, seperti telur, ikan, daging. Itu harus mulai dibiasakan karena kalau anak kurang gizi susah, lebih berat dampaknya,” katanya.