Pembunuh Berantai Asal Cianjur Tega Membunuh Istri-istri dan Anaknya
Polisi masih mendalami alasan pelaku menghabisi nyawa anak-anak, selain orang dewasa, yang mengetahui praktik penipuan dengan komplotannya.
Oleh
ERIKA KURNIA
·4 menit baca
KOMPAS, JAKARTA — Polisi masih mendalami alasan Wowon Erawan alias Aki (60), pelaku pembunuhan berlatar penipuan asal Cianjur, Jawa Barat, yang menghabisi nyawa orang dekatnya, termasuk anak-anak. Korban diduga mengetahui praktik penipuan bersama komplotan. Total ada sembilan orang yang telah tewas.
Tersangka melakukan pembunuhan berencana bersama Solihin alias Duloh (63) dan M Dede Solehudin (35). Ketiganya berkomplot menipu warga yang tergiur melipatgandakan uang dan mendapatkan kekayaan dengan motif supranatural.
Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Trunoyudo Wisnu Andiko, Jumat (20/1/2023), mengatakan, Wowon tega menghabisi nyawa keluarga intinya. Hal serupa dilakukan tersangka lainnya. ”Penyidik masih mendalami korban yang sebagian besar berasal dari family tree (pohon keluarga) tersangka,” katanya di Jakarta.
Kasus ini terbongkar saat Wowon terlibat dalam rencana pembunuhan dengan cara meracun keluarganya di Ciketing Udik, Bantargebang, Kota Bekasi, Jawa Barat, Kamis (12/1/2023). Pembunuhan dieksekusi oleh Dede.
Aksi itu menewaskan kakak Dede sekaligus istri Wowon, Ai Maemunah (40), serta dua anak Ai dengan suami sebelumnya, yakni Ridwan Abdul Muiz (23) dan MR (17). Sementara NA (5) anak dari perkawinan Ai dan Wowon juga nyaris terbunuh karena sempat ikut meminum kopi yang dibubuhi pestisida oleh Dede.
Dalam penelusuran kasus itu, polisi menemukan kasus pembunuhan lain. Wowon dan kawanannya juga membunuh setidaknya enam orang lain di Cianjur dan Garut. Empat di antaranya merupakan keluarga Wowon.
Korban di antaranya adalah Wiwin, istri lainnya, dan Noneng, ibu Wiwin atau mertua Wowon. Saat ditemukan polisi, dua orang itu sudah menjadi kerangka yang terkubur di satu galian lubang. Wowon kepada polisi mengaku membunuh keduanya tahun 2020.
Korban di antaranya adalah Wiwin, istri lainnya, dan Noneng, ibu Wiwin atau mertua Wowon.
Polisi juga menemukan lubang berisi jasad bayi di sekitar rumah Wowon. Jasad itu diketahui sebagai B (2), dari hasil perkawinannya dengan Wowon. B disebut meninggal beberapa bulan lalu.
Melihat pola tersebut, Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Komisaris Besar Hengki Hariyadi, dalam konferensi pers Jumat lalu, mengatakan, pihaknya akan terus melibatkan kemampuan ahli di kepolisian beserta kedokteran dan psikolog forensik. ”Tim lengkap interkolaborasi masih di Cianjur untuk melihat apa motif sebenarnya. Mengapa harus ada anak 2 tahun dibunuh, ada 5 tahun diracun?” ujar Hengki.
Incar TKW
Dari total sembilan korban yang sudah meninggal, polisi menemukan salah satu di antaranya adalah tenaga kerja wanita yang bekerja di luar negeri. Korban itu bernama Farida. Ada juga korban TKW lainnya yang masih hidup dan menjadi saksi kasus pembunuhan itu.
”Ada keluarga dekat tersangka yang hampir dibunuh, dia jadi TKW di Saudi. Tersangka Dede ternyata mengumpulkan dana dari TKW di luar negeri, dijanjikan ketika sampai ke Indonesia ada rumah bagus dan sebagainya,” kata Hengki.
Para pelaku mengelabui korbannya dengan menjanjikan kekayaan. Mereka juga memberikan motivasi dan sugesti kepada korban. Namun, mereka juga meminta uang atau harta korban. Saat janji akan kekayaan tidak terpenuhi, pelaku pun membunuh korban. Ada yang dicekik dengan alasan ritual, ada juga yang diracun seperti kasus di Bekasi.
Polisi kini masih mendalami banyak informasi, termasuk sejak kapan pelaku melancarkan aksinya, juga bagaimana psikolog tersangka yang akan didalami tim psikolog forensik.
Menilik banyaknya korban dan cukup lamanya waktu pelaku beraksi, menurut sosiolog Universitas Gadjah Mada, Abe Widyanta, kasus ini menjadi cermin perlunya upaya untuk mempererat hubungan masyarakat. Menurut dia, fenomena ini menunjukkan bahwa kepekaan sosial memudar karena tingginya upaya dalam memperjuangkan kehidupan diri sendiri atau keluarga.
”Saking sulitnya untuk bertahan hidup, jangankan memerhatikan orang lain, mengurus keluarga saja kerap sulit. Jaring pengaman sosial, keamanan, dan kenyamanan barangkali sudah goyah,” ujarnya (Kompas.id, 20/1/2023).
Mempererat hubungan masyarakat juga berguna untuk menghindari praktik-praktik penipuan. Dalam hal ini peran pemerintah dan aparat juga penting, terutama kepada para korban tenaga kerja wanita di luar negeri. Otoritas itu, antara lain, berwenang melindungi para pencari devisa yang menjadi korban tersangka dalam kasus ini.
”Lintas dinas harus melihat bahwa remitansi (kiriman uang dari luar negeri) selama ini digunakan untuk apa. Apakah dipergunakan untuk investasi atau hanya konsumtif,” kata Abe.