Sebanyak 70 Unit Bus Listrik Transjakarta Terhambat di China
Dari target 100 unit bus listrik Transjakarta hingga akhir tahun 2022, baru beroperasi 30 unit. Pengadaan 70 unit lainnya masih tertahan di negara pabrikannya, yakni China, yang sedang ”lockdown” karena Covid-19.
Oleh
RIVALDO ARNOLD BELEKUBUN
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sebanyak 100 unit bus listrik ditargetkan akan beroperasi di Jakarta hingga akhir tahun 2022. Sejauh ini, sudah ada 30 unit bus listrik yang lalu lalang di aspal ibu kota. Sisa 70 unit lain masih dalam proses pengadaan karena tertahan di pabriknya yang berada di China. Pada tahun 2023, PT Transjakarta akan terus menambah unit bus listrik.
Kepala Divisi Sekretaris Perusahaan PT Transjakarta Anang Rizkani Noor mengatakan, 70 unit bus listrik masih tertahan di China karena negara itu sedang menutup (lockdown) sementara akibat mengalami lonjakan pandemi Covid-19. Menurut Anang, belum ada kepastian kapan unit tersebut dapat dikirim ke Indonesia. Pihaknya memprediksi antara Februari atau Maret 2023.
”Pengadaan 100 unit bus listrik di tahun 2022 sudah selesai. Tinggal menunggu sisa 70 unit lagi yang tertunda di China karena mereka sedang lockdown,” ujar Anang ketika dihubungi, Kamis (19/1/2023).
Anang menjelaskan, ketika sampai, bus listrik tersebut akan dioperasikan secara bertahap. Hal ini akan disesuaikan dengan penambahan rute bus listrik lain di jalur bus rapid transit (BRT) dan non-BRT. Ia berharap, dengan penambahan unit dan rute tersebut, masyarakat akan semakin tertarik menggunakan layanan transportasi publik tersebut.
Selain itu, Anang mengungkapkan, pihaknya berencana menambah unit bus listrik lagi pada tahun 2023. Sebanyak 120 unit ditargetkan akan diadakan untuk memperbanyak angkutan ramah lingkungan ini. Kata Anang, pihaknya berusaha menambah unit bus listrik lebih banyak lagi. Oleh karena itu, pihaknya akan bekerja sama dengan seluruh operator dan pemerintah untuk mencapai target tersebut.
Pantauan pada Kamis (19/1/2023), Yuli (27) sedang menunggu bus listrik rute Tanah Abang-Blok M di Halte Jaklingko Tanah Abang. Ia mengatakan sudah sering menggunakan bus listrik untuk bepergian di rute tersebut. Menurut dia, bus listrik menawarkan kenyamanan yang berbeda dibandingkan bus reguler. Selain bising mesin bus yang lebih sedikit, beberapa fasilitas seperti USB Charging Port sangat membantu Yuli.
”Saya selalu milih bus listrik kalau sedang tersedia. Enggak cuma karena nyamannya saja sih, saya juga sebenarnya mendukung penggunaan kendaraan listrik biar lebih ramah lingkungan," ujar Yuli.
Senada dengan Yuli, Gilang (30) juga lebih memilih bus listrik karena persoalan ramah lingkungan. Bagi Gilang, bus listrik adalah langkah yang baik untuk mendorong energi baru terbarukan di transportasi publik. Meski begitu, ia berpendapat, listrik yang digunakan untuk mengisi daya bus juga harus ramah lingkungan. Jika listrik masih menggunakan energi dari batubara, kata Gilang, upaya ramah lingkungan sia-sia.
Masih terhambat
Dalam jurnal Paradigma Ekonomika (2020) bertajuk ”Kajian Pengembangan Kendaraan Listrik di Indonesia: Prospek dan Hambatannya” disebutkan, pengembangan industri kendaraan listrik di Indonesia masih sulit dilakukan. Hal ini karena tingginya biaya pengembangan serta kurangnya standardisasi kendaraan listrik Indonesia yang dibeli dari negara pengimpor.
Selain itu, dikatakan, Indonesia belum memiliki infrastruktur pembangkit listrik yang dapat mendukung program kendaraan listrik jika diterapkan secara nasional. Dijelaskan juga, investasi di Indonesia masih kurang menarik, terutama di luar Pulau Jawa. Hal ini karena kurangnya kerja sama dan koordinasi antara pemerintah pusat dan daerah dalam mendorong kebijakan kendaraan listrik.
Adapun alasan lain diakibatkan oleh lemahnya budaya riset dan pengembangan di Indonesia atas kendaraan listrik, terutama jika dibandingkan dengan negara lain. Hal ini yang menyebabkan Indonesia masih harus memanfaatkan pengembangan serta teknologi kendaraan listrik yang berasal dari luar negeri.
Kendati demikian, PT Transjakarta masih optimistis untuk dapat terus mendorong pengadaan bus listrik. Target tahun 2030, Transjakarta berpatok mencapai 10.000 unit bus listrik. Selain dengan cara membeli unit baru, bus listrik akan diadakan pengembangan secara retrofit atau dengan mengubah bus-bus lama berbahan bakar fosil menjadi bus dengan mesin bertenaga listrik.
Anang mengatakan, Transjakarta akan terus bekerja sama dengan pemerintah untuk mendorong percepatan kendaraan listrik, terutama pada sektor transportasi umum. ”Kami menargetkan pada tahun 2025, Jakarta akan memiliki lebih dari 1.000 unit bus listrik,” ujarnya.