Kecelakaan Truk di Tol Cawang-Grogol Potret Minimnya Perhatian pada Sopir
Truk menempati urutan ketiga jenis kendaraan yang sering alami kecelakaan. Dalam kondisi ini, sopir truk kerap menjadi kambing hitam kecelakan.
Oleh
ERIKA KURNIA
·3 menit baca
KOMPAS/ERIKA KURNIA
Truk yang terlibat kecelakaan di Jalan Tol Cawang-Grogol, Jakarta Selatan, tengah dievakuasi, Rabu (18/1/2023). Truk itu alami kecelakaan dengan truk lain pada pukul 04.00. Dua sopir truk alami luka-luka.
JAKARTA, KOMPAS — Dugaan kelalaian menyebabkan kecelakaan dua truk di Jalan Tol Cawang-Grogol Kilometer 5,400, Jakarta, Rabu (18/1/2023) pagi. Truk menempati urutan ketiga jenis kendaraan yang sering mengalami kecelakaan. Dalam kondisi ini, sopir truk kerap menjadi kambing hitam kecelakan.
Kecelakaan terjadi saat truk traktor yang dikemudikan HS melaju dari arah barat menuju ke arah timur di Jalan Tol Cawang-Grogol, di wilayah Jakarta Selatan, pada pukul 04.00. Begitu hendak melewati titik Kilometer 5,400, atau tidak jauh dari gedung Kementerian Ketenagakerjaan, truk itu menabrak truk jungkit yang dikemudikan oleh RH. Truk itu tengah parkir di bahu jalan karena roda kanan belakang kempes.
”Diduga kurang hati-hati dan konsentrasi, akhirnya (truk traktor) oleng ke kiri dan menabrak bodi belakang kendaraan truk tronton yang dikemudikan oleh RH,” jelas Kepala Subdirektorat Pembinaan dan Penegakan Hukum Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya Ajun Komisaris Besar Jhoni Eka Putra saat dihubungi.
Akibat kejadian tersebut, kedua pengemudi truk terluka. Pembawa truk penabrak, HS, mengalami luka pada pelipis kanan dan kaki lecet. Sementara itu, kecelakaan membuat rahang bawah RH goyang, serta pelipis dan tangan kirinya lecet. Kendaraan yang terlibat dan pembatas jalan tol juga rusak.
Truk yang mengangkut batu mengalami kecelakaan tunggal di Dusun Gunungsari, Desa Sambirejo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jumat (3/8/2021) malam.
Sesuai aturan waktu truk boleh melintas di tol dalam kota Jakarta, Jhoni mengatakan, kedua trus masih mengikuti aturan yang ada. ”Kejadian pukul 04.00. Artinya, masih boleh karena aturannya kan truk hanya boleh masuk jalan tol dari pukul 22.00 sampai pukul 05.00,” ujarnya.
Aturan itu dibuat untuk mengurangi kemacetan jalan karena rata-rata kecepatan truk yang lambat. Namun, akibat kecelakaan itu, kemacetan tidak terhindarkan. Berdasarkan pengamatan, sampai pukul 11.30, kepadatan kendaraan mengular hingga Tol Pluit-Tomang di Jakarta Barat.
Sering kali sopir yang menjadi kambing hitam. Tidak ada satu pun yang menyangkut pemilik armada atau pemilik barang. (Sulistyono)
Data Badan Pusat Statistik Jakarta mencatat, pada 2021, korban kecelakaan lalu lintas berdasarkan jenis kendaraan berat atau truk berada di urutan ketiga dengan total 444 orang. Sementara itu, urutan pertama ditempati sepeda motor dengan 4.507 orang, disusul kendaraan umum minibus sejumlah 741 orang.
Sekretaris Jenderal Persatuan Sopir Truk Indonesia (PSTI) Sulistyono menjabarkan, ada dua faktor kecelakaan truk, yaitu faktor kelalaian dan kendaraan. Faktor kelalaian antara lain bisa disebabkan rasa kantuk, kecapekan, atau tuntutan waktu terhadap sopir. Adapun faktor kendaraan umumnya disebabkan masalah pada pengereman atau komponen lain di kendaraan.
KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO
Sebuah truk tronton yang rusak akibat menabrak sejumlah kendaraan masih belum dievakuasi sekitar lokasi kejadian di Kilometer 91 Jalan Tol Purbaleunyi, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, Jumat (19/5/2017).
Sulistyono menyayangkan sopir sering disalahkan sebagai faktor penyebab kecelakaan di jalan. ”Sering kali sopir yang menjadi kambing hitam. Tidak ada satu pun yang menyangkut pemilik armada atau pemilik barang,” ujarnya.
Hal ini ia keluhkan karena saat ini upah sopir truk sangat tidak sebanding dengan tanggung jawab dan risiko yang mereka emban. Minimnya upah juga sejalan dengan kurangnya insentif dan pelatihan untuk sopir-sopir truk. ”Untuk dinas terkait, misalnya dari Korlantas dan Dishub, sudah tidak ada lagi pelatihan edukasi terhadap driver,” katanya.
Hal senada juga disampaikan pengamat transportasi dari Masyarakat Transportasi Indonesia, Djoko Setijowarno. Saat ini, menurut Djoko, para sopir mengalami krisis sumber daya manusia. Selain dari kualitas, jumlah mereka juga semakin terbatas karena faktor keterjaminan kesejahteraan. ”Banyak sopir truk beralih ke armada lain sehingga jumlahnya berkurang, padahal mereka tulang punggung logistik kita,” ujarnya.