Keluarga Mendesak agar Penyebab Kematian di Ciketing Udik Diusut Tuntas
Benang merah kasus ”Ciketing Udik” masih diselubungi teka-teki. Keterangan MDS dan WWN dianggap menjadi kunci terungkapnya penyebab ibu dan dua anaknya meninggal.
Oleh
Agustinus Yoga Primantoro
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Keluarga korban mengharapkan kasus satu keluarga yang diduga keracunan di sebuah kontrakan di Kelurahan Ciketing Udik, Kecamatan Bantargebang, Kota Bekasi, dapat diungkap sampai tuntas. Sementara polisi masih menunggu keterangan saksi kunci, yakni MDS (35), korban selamat, dan WWN, suami salah satu korban, yang masih dalam pencarian.
Seperti diberitakan sebelumnya, satu keluarga diduga mengalami keracunan di rumah kontrakannya pada Kamis (12/1/2023). AM (40), RA (23), dan MR (17) dinyatakan meninggal setelah ditemukan dalam kondisi mulut berbusa dan sempat memperoleh penanganan medis. Sementara MDS (34) dan NR (5) selamat.
Didin (41), mantan suami AM, menganggap kematian mantan istri dan dua putra dari pernikahannya dengan AM tidak wajar. Insiden keracunan itu, menurut Didin, berkaitan dengan sosok WWN, suami AM, yang saat ini tengah dicari polisi.
Diketahui, Didin dan AM bercerai sekitar tahun 2014. Mereka dikaruniai tiga anak, yakni RA, MR, dan SL (13). Kemudian, AM menikah dengan WWN dan dikaruniai dua anak, salah satunya NR.
”Saya ingin tahu apa yang sampai menyebabkan anak saya meninggal. Kalau keracunan, keracunan dari makanan apa dan siapa yang membuat dia sampai keracunan. Sedangkan, anak saya itu anak baik-baik,” kata Didin saat dihubungi dari Jakarta, Selasa (17/1/2023).
Setelah menikah lagi dengan WWN, ketiga anak Didin ikut tinggal bersama dengan AM dan WWN. Mereka memilih tinggal bersama dengan AM lantaran ingin dekat dengan ibunya. Kepada Didin, WWN sempat mengatakan bahwa ketiga anaknya sudah dianggap seperti anaknya sendiri.
Didin menambahkan, ia cukup kerap berkomunikasi dengan putra sulungnya, yakni RA, baik bertemu langsung maupun melalui telepon. Pertemuan terakhirnya dengan RA itu terjadi pada medio Desember 2022. Kala itu, RA mendatangi kediaman Didin di Cianjur, Jawa Barat.
Dia (RA) bilang sama saya, katanya mau nikah sama orang sini. Setelah itu, tidak ada kabar lagi,
”Terakhir kali dia (RA) bilang sama saya, katanya mau nikah sama orang sini. Setelah itu, tidak ada kabar lagi,” ucap Didin.
Pada awal tahun 2023, Didin tidak mengetahui bagaimana kabar kedua putranya karena nomor telepon RA dan MR tidak dapat dihubungi atau tidak aktif. Kekhawatiran Didin bertambah ketika pemilik usaha konfeksi tempat dua kakak beradik itu bekerja menghampiri kediamannya pada Selasa (10/1/2023).
Kedatangan bos kedua anaknya itu adalah untuk menanyakan keberadaan sepeda motor yang dibawa MR sejak awal tahun 2023. Padahal, MR dikenal sebagai pribadi yang berperangai jujur, baik, oleh bos tempatnya bekerja ataupun oleh Didin.
”Kata dia, anak saya kalau pinjam sepeda motor tidak pernah lama sampai 10 hari seperti ini dan pasti selalu dikembalikan. Setiap kali diminta beli sesuatu, uang kembaliannya tidak pernah kurang, kata bosnya. Bahkan, kedua anak saya sudah dianggap seperti anak dia sendiri,” kata Didin.
Meski kedua jenazah anak Didin dan AM telah diurus serta dikebumikan oleh Didin, WWN sebagai suami AM sekaligus ayah dari NR sama sekali tidak menyambangi anak ataupun jenazah istrinya. Bagi Didin, tidak munculnya WWN menjadi sebuah kejanggalan. Apalagi, identitas WWN juga tidak jelas karena WWN sempat mengaku bernama Deden.
”Dia juga pernah utang ke ayah AM, katanya sampai puluhan juta. Setelah itu, mereka mengontrak berpindah-pindah. Mungkin malu kalau tinggal di sekitar keluarga,” ujar Didin.
Kecurigaan bertambah ketika Didin tidak melihat adanya sepeda motor milik RA dan sepeda motor yang dipinjam MR di kontrakan tempat AM beserta keluarganya tinggal. Selain itu, gawai milik kedua putranya juga tidak ditemukan di lokasi kejadian.
”Mereka tinggal di kawasan Desa Cipeuyeum, Kecamatan Haurwangi, Cianjur, sebelum akhirnya pindah ke Bekasi. Pindah ke Bekasi katanya mau ikut kerja bareng pamannya (MDS). Tapi mereka bilang ke keluarga kalau selama ini tinggal di Bandung,” kata Didin.
Berdasarkan keterangan dari pemilik kontrakan di Desa Cipeuyeum, mereka tidak pernah mengetahui pekerjaan WWN. Selama ini, mereka hanya melihat WWN berangkat pada pagi hari dan pulang pada malam hari.
Kepada Didin, para tetangga juga menceritakan, mereka pindah tanpa adanya persiapan. Bahkan, SL, anak bungsu Didin dengan AM, dititipkan ke tetangga kontrakan lantaran mabuk darat.
Saya bahkan tidak punya nomor kontaknya. Harapan saya, WWN dapat segera ditemukan, di mana pun dia berada.
Nanang (46), kakak AM, menyampaikan, sekitar dua tahun lalu, AM beserta keluarganya mengaku pindah ke Bandung, Jawa Barat, setelah WWN terlilit utang. Semenjak menikah dengan WWN, AM juga semakin jarang memberikan kabar kepada keluarganya.
Sebelumnya, pernikahan antara WWN dengan AM pun sempat ditentang oleh pihak keluarga AM. Selain dianggap berperangai buruk lantaran memiliki utang sekitar Rp 25 juta, WWN juga pernah menjadi ayah tiri AM (menikahi ibu AM).
”Saya bahkan tidak punya nomor kontaknya. Harapan saya, WWN dapat segera ditemukan, di mana pun dia berada,” kata Nanang saat dihubungi dari Jakarta.
Menurut Nanang, identitas dan pekerjaan WWN tidak jelas. Dari cerita para tetangga yang dia dengar, WWN merupakan perantauan asal Lombok, Nusa Tenggara Barat.
Saksi kunci
Kepolisian masih menunggu kondisi MDS pulih dan bisa dimintai keterangan. Menurut Kepala Bidang Humas Kepolisian Daerah Metro Jaya Komisaris Besar Trunoyudo Wisnu Andiko, MDS dapat memberikan keterangan apa yang terjadi pada saat terakhir sebelum insiden menimpa lima orang tersebut.
Polisi juga telah memeriksa saksi-saksi, baik para tetangga maupun Didin, mantan suami AM. Meski telah mengumpulkan sejumlah saksi, polisi masih menunggu keterangan saksi lainnya, seperti MDS dan WWN.
”Nah, untuk suaminya, kami masih tetap mendalami dan mencarinya. Kami masih mencarinya. Semoga ini juga menjadi suatu keterangan yang menjadi kunci dari peristiwa tersebut,” ujar kata Trunoyudo, Kompas.id (16/1/2023).
Sebelumnya, MDS beserta empat korban lainnya dirujuk ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bantargebang, Kota Bekasi. Dari kelima korban tersebut, dua korban selamat, yakni MDS dan NR.
Penanggung Jawab Hukum dan Hubungan Masyarakat RSUD Bantargebang Sandy Romadhoni Jaya mengatakan, MDS kini telah dirujuk ke Rumah Sakit Polri Kramat Jati, Jakarta Timur, Senin (16/1/2023) malam. Lalu, pasien bernama NR telah diserahkan kepada pihak Komisi Perlindungan Anak Daerah Kota Bekasi dan dibawa ke Balai Anak Handayani Jakarta pada Selasa (17/1/2023) siang.
”Kondisi pasien sudah baik dan sadar. Sudah bisa diajak berkomunikasi dan berbicara juga,” kata Sandy.
Dihubungi terpisah, Kepala Rumah Sakit Bhayangkara Tingkat I Brigadir Jenderal (Pol) Hariyanto menyampaikan, MDS sudah berada diterima oleh pihak RS Polri Kramat Jati. Saat ini, lanjut Hariyanto, MDS masih dalam proses penyembuhan.
Selain itu, kepolisian masih menunggu hasil uji Laboratorium Forensik dari beberapa sampel yang diambil di lokasi kejadian, seperti satu bungkus kopi hitam, beras dalam wadah kecil, dua botol air mineral berukuran 1,5 liter dan 600 mililiter, bekas muntahan, serta fases. Adapun ketiga jenazah telah telah diotopsi di RS Polri.