”Rojali” dan Ruang Berbahaya Bermain di Media Sosial
Sejak 2020 hingga 2023 tercatat ada 27 aksi ”rojali” menghadang truk yang sedang melaju. Akibat aksi itu, tujuh orang tewas dan tujuh orang terluka.
Jagat maya kembali ramai membicarakan sekelompok ”rojali”, remaja yang nekat menghadang laju truk di Bogor, Jawa Barat, demi konten di media sosial. Media sosial telah menjadi ruang bermain yang menyenangkan untuk para remaja meski dengan taruhan nyawa.
Sebuah video beredar luas dan jadi perbincangan warganet saat dua anak tiba-tiba masuk ke jalan keluar tol Gunung Putri, Kecamatan Gunung Putri, Kabupaten Bogor untuk menghadang truk, Sabtu (14/1/2023) siang. Naas, truk yang berusaha memperlambat laju kendaraan tak bisa menghindari remaja itu sehingga menabrak dan melindasnya.
Baca juga: Hilang Nyawa demi Konten di Media Sosial
Beredar pula video lainnya memperlihatkan mobil ambulans beserta petugas polisi sedang mengevakuasi remaja yang tewas itu. Video-video itu membuat warganet terus mempertanyakan perihal kenekatan dan tujuan aksi berbahaya para pemuda itu.
Selain itu, muncul pula nada simpatik untuk sopir truk yang terancam pidana, padahal mereka tidak berniat sengaja menabrak sehingga jatuh korban jiwa.
Kepala Kepolisian Sektor Gunung Putri Komisaris Bayu Tri Nugraha mengatakan, kejadian berulang aksi nekat rojali kerap menimbulkan korban luka bahkan jiwa. Hal itu sangat disayangkan. Polres Bogor saat ini sudah menahan lima anak yang diduga kelompok rojali yang menewaskan satu korban itu.
Polres Bogor, kata Bayu, tidak akan tinggal diam membiarkan fenomena rojali yang membahayakan keselamatan orang lain. Pihaknya akan bekerja sama dengan sejumlah pihak agar aksi nekat anak-anak muda itu tidak terus terulang. Polisi juga akan berupaya melakukan pencegahan melalui edukasi.
”Kami akan telusuri kejadian kemarin dan sudah dalam penanganan. Selain itu, kami telusur komunitas rojali yang kerap menghentikan truk demo konten medsos,” ujar Bayu, Selasa (17/1/2022).
Sebelumnya, Kepolisian Resor Kota Bogor, Jawa Barat, telah menetapkan AR (38), sopir truk sebagai tersangka penabrakan seorang anak yang nekat menghentikan truk di Jalan Sholeh Iskandar. Polresta Bogor mencatat, sejak 2020 hingga 2023 ada 27 kejadian dengan tujuh korban jiwa akibat ulah pelaku rojali yang nekat menghadang truk itu.
Kepala Satuan Lalu Lintas Kepolisian Resor Kota Bogor Komisaris Galih Apria mengatakan, pihaknya menetapkan AR sebagai tersangka karena sesaat setelah kejadian tabrakan maut pada Kamis (5/1/2023), sekitar pukul 21.15, ia tidak menghentikan truknya.
”Setelah menabrak seorang pemuda hingga tewas, AR terus melaju dan tidak melaporkan kejadian tersebut kepada pihak kepolisian terdekat. Setelah tiga hari kejadian, sopir truk pasir itu kami tangkap untuk mempertanggungjawabkan perbuatan,” ujar Galih.
AR dikenai Pasal 312 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dengan ancaman tiga tahun penjara. Meski ditetapkan sebagai tersangka, polisi tetap akan mendalami kasus karena sopir truk dalam posisi tidak terduga dan sulit menghindar atau menghentikan kendaraan bertonase besar secara mendadak.
Fenomena nekat menghentikan truk yang melaju ini harus dihentikan. (Komisaris Besar Bismo Teguh Prakoso)
Kepala Kepolisian Resor Kota Bogor Komisaris Besar Bismo Teguh Prakoso melanjutkan, tewasnya seorang remaja di Jalan Sholeh Iskandar menambah kasus korban rojali. Kenekatan sekelompok remaja menghentikan truk yang sedang melaju demi konten dan menjadi viral di media sosial berujung kematian sia-sia.
Kematian demi kematian serta jatuhnya korban luka berat dari aksi nekat itu nyatanya tidak membuat para pemuda jera. Mereka seperti ingin memacu keberanian dan jika lolos dari kematian, para pemuda itu berhasil menyelesaikan misinya.
Berdasarkan data, kata Bismo, pada 2020 ada 16 kasus, delapan aksi di antaranya menelan korban jiwa sebanyak tiga orang, luka berat dua orang, dan tiga luka ringan. Lalu, pada 2021, terdapat enam kasus, tiga kejadian di antaranya menimbulkan korban jiwa tiga orang. Adapun pada 2022, ada empat kasus dengan dua kejadian yang menimbulkan korban, yakni dua orang terluka berat. Terbaru 2023, satu kejadian dengan satu korban jiwa.
Selama empat tahun terakhir, terhitung ada 27 kasus dengan tujuh korban jiwa dan tujuh korban luka. ”Fenomena nekat menghentikan truk yang melaju ini harus dihentikan,” tegas Bismo.
Bismo mengharapkan adanya peran aktif warga dan keluarga dalam mengawasi anak-anak. Jika melihat sekelompok pemuda di jalan serta mencurigai aksi mereka bakal menghentikan truk, ia meminta segera dibubarkan, ditegur, dan segera menghubungi petugas.
Bismo melanjutkan, pihaknya sudah memetakan sejumlah lokasi rawan yang kerap digunakan para remaja melancarkan aksi nekatnya itu. Adapun lokasi itu berada di Jalan Sholeh Iskandar, Jalan KS Tubun, Jalan Pahlawan, Jalan Abdulah bin Nuh, dan Jalan Tb M Falak.
”Kita sama-sama awasi. Jangan biarkan anak berkeliaran bebas di jalanan pada malam hari. Penting pula untuk edukasi dan pengawasan terhadap pengaruh media sosial. Kita tidak ingin ada korban jatuh sia-sia karena mengejar viral konten di media sosial,” ujar Bismo.
Bismo melanjutkan, melihat kejadian awal tahun 2023, pihaknya langsung turun ke lapangan mendatangi sejumlah kampung seperti di Kampung Lebak Nangka, Genteng, Bogor Selatan. Kampung itu merupakan tempat tinggal pemuda yang tewas saat menghadang truk di Jalan Sholeh Iskandar.
Kedatangan itu untuk bertemu langsung dan menyosialisasikan kepada para orangtua, pemuda, dan aparatur desa terkait fenomena rojali. Selain polisi, Bismo berharap, fenomena rojali juga diseriusi oleh para orangtua.
”Ini peran dan harus diselesaikan bersama-sama. Tidak hanya pengawasan langsung jam wajib anak di rumah, tetapi juga pengawasan di medsos anak-anak. Kita kampanyekan stop rojali,” kata Bismo.
Taman bermain
Sosiolog Universitas Negeri Jakarta, Syaifudin, berpendapat anak-anak saat ini seperti sedang terhipnotis tren pembuatan konten di medsos. Media sosial menjadi ruang bermain yang bisa mengekspresikan kebebasan serta aktualisasi diri. Mereka berlomba-lomba bermain atau membuat konten kreatif, bahkan konten yang berbahaya sekalipun.
Tak hanya itu, anak-anak muda seperti tersugesti bahwa memproduksi konten akan menghasilkan pendapatan bagi dirinya dan bisa menjadi populer laiknya selebgram. ”Dua hal ini memotivasi remaja membuat berbagai konten kreatif, bahkan yang cenderung membahayakan dirinya,” katanya.
Dalam tantangan yang disebut dengan malaikat maut atau berani mati alias BM itu, satu orang atau lebih dari sekelompok remaja harus menghadang truk. Jika selamat atau berhasil menghentikan laju truk, mereka dianggap berhasil menjalankan tantangan. Salah satu dari kelompok harus merekam dan mengunggah aksi tersebut di media sosial.
”Tujuan agar mendapat apresiasi publik dari sisi keberanian mereka. Justru ini mendapat dukungan dari segmen penonton yang suka dengan aksi berbahaya,” kata Syaifudin. Jika tantangan berani mati para remaja itu viral atau banyak penontonnya, konten-konten sejenis akan terus berlanjut.
”Media sosial menjadi realitas hidup masyarakat, khususnya anak remaja. Oleh karena itu, reproduksi ruang pada medsos jangan sampai membudaya pada sesuatu yang irasional atau membahayakan mereka dan lingkungan,” lanjutnya.
Dalam pengamatan Syaifudin, sekelompok remaja ini merupakan anak-anak putus sekolah. Kondisi ini harus menjadi perhatian bersama, tidak hanya perhatian orangtua dan lingkungan, tetapi juga negara untuk menjamin hak pendidikan anak sehingga ada ruang belajar dan aktualisasi diri untuk remaja.
Menurut dia, kelompok remaja ini juga merupakan korban dari konten video yang mereka saksikan. Selain itu, korban dari kurang perhatian dari orangtua dan negara sehingga membentuk pola atau perilaku irasional. Dengan demikian, mereka tidak lagi memikirkan ancaman nyawa mereka.
”Ini tanggung jawab bersama dan negara harus memberikan perlindungan dan hak mereka akan pendidikan,” kata Syaifudin. Selain itu, juga dari sisi pengawasan konten di media sosial. Kementerian Komunikasi dan Informatika harus lebih ketat mengawasi konten-konten di media sosial.
Baca juga: Amarah dan Arogansi di Jalanan yang Tak Pernah Surut
”Intervensi melalui regulasi harus ketat. Pemerintah harus bisa langsung memblokir konten negatif atau bermuatan nilai kekerasan atau aksi nekat hadang truk seperti ini. Warga pun jika melihat konten itu bisa membantu dengan melaporkan atau memblokir akun itu sehingga aplikator akan menutup konten itu,” kata Syaifudin.