Kasus Dua Bocah Penghuni Panti Asuhan Hilang di Sungai Ciliwung
Baru-baru ini, dua anak dilaporkan hilang seusai mandi di Sungai Ciliwung. Kasus tersebut semakin menegaskan bahwa sungai bukanlah tempat bermain yang aman bagi anak.
Oleh
Agustinus Yoga Primantoro
·6 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sejumlah 150 personel gabungan masih mencari dua bocah penghuni Panti Asuhan Khadijah Alqubro, Lenteng Agung, yang dilaporkan hilang seusai mandi di Sungai Ciliwung, Kelurahan Lenteng Agung, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan, Minggu (15/1/2023) sore. Agar kejadian serupa tidak terulang, orangtua dan masyarakat sekitar memiliki peran penting sebagai pengawas karena sungai bukanlah tempat yang aman bagi anak untuk bermain.
Memasuki hari kedua setelah 24 jam pencarian, Senin (16/1/2023) sore, tim pencari gabungan masih belum menemukan dua bocah itu. Sejumlah warga sekitar turut datang menyaksikan proses pencarian tersebut dari tepi sungai. Adapun kondisi arus sungai tampak stabil dan cukup tenang.
Komandan Tim Badan SAR Nasional (Basarnas) Aprianto menyampaikan, frekuensi kejadian orang tenggelam di Sungai Ciliwung terhitung cukup sering dan paling banyak menimpa anak-anak. Menurut Aprianto, hampir setiap bulan ada kejadian orang tenggelam di Sungai Ciliwung. Padahal, di beberapa aliran sungai yang berbahaya, sudah dipasangi papan berisi larangan untuk tidak mandi di sana.
”Terutama saat hujan, banjir, atau mereka sedang bermain di sungai. Nah, mungkin mereka ini bercanda, lalu belum tentu mereka bisa berenang, dan ada juga faktor kelelahan sehingga mengakibatkan korban tenggelam. Kalau belum ada kejadian, masyarakat cenderung abai. Akan tetapi, begitu ada korban, mereka baru sadar,” kata Aprianto saat ditemui di lokasi kejadian.
Selain itu, Aprianto juga meminta kepada para orangtua dan masyarakat sekitar untuk mengawasi dan melarang anak-anak bermain di sekitar sungai. Hal itu karena saat musim hujan, arus sungai bisa semakin deras dan memiliki kedalaman yang tidak seperti biasanya.
Sementara setiap sungai juga memiliki medan yang beragam. Menurut Aprianto, di lokasi kejadian tenggelamnya dua anak itu, terdapat sebuah jeram dengan arus yang cukup kencang dengan kedalaman kurang dari satu meter.
”Ini memang sulit terpantau karena anak-anak itu sering sekali bermain dan beraktivitas di bantaran sungai. Jadi, tidak hanya orangtua, kepada siapa saja yang melihat anak-anak atau orang yang memang tidak biasa beraktivitas di sungai, harap memberi informasi karena punya potensi bahaya yang cukup besar,” lanjut Aprianto.
Sampai saat ini, tim SAR gabungan telah mengerahkan sebanyak 150 personel dan 10 perahu karet dalam pencarian korban. Adapun tim tersebut terdiri atas Basarnas, Badan Penanggulangan Bencana Daerah DKI Jakarta, petugas pemadam kebakaran, anggota brigade mobil, perangkat kelurahan serta kecamatan, dan lain sebagainya.
Terdapat beberapa metode pencarian yang dilakukan oleh tim SAR gabungan itu, antara lain penyelaman, penyisiran, serta teknik berputar untuk memastikan apabila korban tersangkut di bawah di bawah permukaan air. Selain itu, tim SAR gabungan turut berkoordinasi dengan penjaga pintu air Manggarai dan yang terjauh sampai di hilir laut.
Aprianto menambahkan, proses pencarian akan dilakukan selama 24 jam dengan batas pencarian menggunakan perahu hingga pukul 18.00 WIB. Lalu, personil tim gabungan juga telah menyisiri sungai sejauh 20 kilometer dari lokasi kejadian dan menyelami Sungai Ciliwung dalam radius 500 meter dari lokasi kejadian.
”Selanjutnya, pencarian akan kami lanjutkan besok pagi pukul 08.00 WIB," tambah Aprianto.
Kakak-adik
Dua bocah yang masih dalam pencarian itu merupakan saudara kandung yang tinggal di Panti Asuhan Khadijah Alqubro, Lenteng Agung, yakni SRA (11) dan BPE (8). Lebih lanjut, kedua kakak beradik itu bermain dan mandi di Sungai Ciliwung yang berjarak sekitar 100 meter dari panti asuhan bersama lima temannya.
Rafa diselamatkan oleh petugas keamanan taman. Dia ditemukan tersangkut di rumpun pohon bambu di pinggir Sungai Ciliwung.
Kepala Kepolisian Sektor Jagakarsa Komisaris Multazam Disendra menyampaikan, kejadian bermula ketika SRA dan BPE mengajak teman-temannya mandi di Sungai Ciliwung. Berdasarkan keterangan saksi, mereka berdua pergi ke sungai tanpa seizin pengurus panti asuhan.
”Sesampainya di pinggir Kali Ciliwung, dua anak itu dan empat anak lainnya langsung turun ke Sungai Ciliwung. Namun, satu orang bernama Faroh tidak ikut turun," ujar Multazam.
Selanjutnya, sekitar pukul 17.15 WIB, SRA dan BPE hanyut terbawa arus sungai. RT, salah satu teman mereka, mengaku, sempat berupaya menolong mereka berdua. Namun, RT justru ikut hanyut dan terbawa arus sekitar 30 meter.
”RT diselamatkan oleh petugas keamanan taman. Dia ditemukan tersangkut di rumpun pohon bambu di pinggir Sungai Ciliwung," lanjut Multazam.
Petugas Keamanan Taman Pingkal, Marhadi menceritakan, ketujuh anak yang bermain di bantaran Sungai Ciliwung itu sudah diingatkan untuk pulang. Selang beberapa saat, dua anak di antaranya mendatangi Marhadi dan melaporkan bahwa temannya ada yang tenggelam.
”Setelah itu, saya kembali lagi ke pos. Lalu, ada dua anak melapor ke saya di pos jaga, katanya ‘Pak, teman saya tenggelam, teman saya tenggelam’," ucap Marhadi.
Begitu mendengar laporan tersebut, Marhadi segera menuju ke bantaran sungai tempat anak-anak itu bermain. Saat melakukan penyusuran, Marhadi menemukan salah satu anak yang tersangkut di rumpun pohon bambu.
Menurut Marhadi, taman tersebut memang dibuka untuk umum. Namun, anak-anak tersebut masuk melalui pintu belakang yang biasa digunakan untuk akses masuk warga sekitar.
"Saya angkut ke atas dan dia sudah lemes, ngos-ngosan. Lalu, saya suruh pulang. Dia juga bilang tidak tahu di mana teman-temannya," lanjut Marhadi.
Selanjutnya, Ade Supriyadi (38), petugas kebersihan Taman Pingkal, menceritakan, anak-anak yang hanyut tersebut sebelumnya juga terlihat bermain di sungai itu. Selama empat tahun Taman Pingkal terbangun, lanjut Ade, baru kali ini ada insiden anak tenggelam.
”Senin minggu lalu, Rabu, dan terakhir kemarin Minggu, mereka main di bantaran sungai. Sudah diingatkan tapi mereka tetap di sana," ujar Ade.
Menurut Ade, di bantaran sungai itu biasanya terdapat orang-orang memancing sehingga tidak akan ada yang mandi di sungai. Namun, pada saat kejadian, sama sekali tidak ada orang yang memancing.
Harapan ayah
Faisal Ari Nugroho (43), ayah SRA dan BPE, menyampaikan, dia baru menerima kabar bahwa dua anaknya hilang di sungai pada Minggu pukul 21.30 WIB dari adik iparnya. Begitu menerima kabar tersebut, Faisal yang kala itu selesai bekerja di sebuah restoran di Taman Anggrek, langsung menuju lokasi kejadian.
”Saya berharap, anak-anak saya lekas ketemu dan semoga ditemukan dalam kondisi selamat," kata Faisal di lokasi kejadian.
Sejak Minggu malam hingga Senin siang, Faisal berjaga di bantaran Sungai Ciliwung sembari terus berharap kedua anaknya dapat ditemukan. Selama berada di lokasi kejadian, Faisal hanya menemukan sepasang sandal milik BPE dan bekas telapak kaki kedua anaknya.
Faisal menjelaskan, sebelumnya warga juga menemukan pakaian milik kedua anaknya yang tenggelam itu. Menurut keterangan warga sekitar, anak-anak itu mandi di sungai tanpa mengenakan baju.
Berdasarkan keterangan Faisal, kedua putranya tersebut sudah tinggal di panti asuhan sejak setahun silam selepas istrinya meninggal. Faisal mengaku, dia sempat kebingungan mengurus kedua anaknya lantaran sibuk bekerja.
Pria yang menetap di Bojong, Bogor, Jawa Barat, itu menceritakan, dia rutin menjenguk anaknya setiap seminggu atau dua minggu sekali. Sebelum kejadian, Faisal sempat berkomunikasi dengan kedua anaknya pada Minggu pagi.
”Kalau mau main adiknya dijaga ya. Itu yang saya bilang ke abangnya. Jangan main jauh-jauh jaga adiknya. Abangnya itu memang pandai bergaul sama siapa saja dan kemungkinan adiknya itu diajak sama abangnya di sini," lanjut Faisal.