Bocah Bermain Korek Api Berujung Kebakaran Dua Rumah di Senen
Kebakaran melanda dua rumah di permukiman padat penduduk di Kramat Pulo, Senen, Jakarta Pusat, Senin (16/1/2023), akibat bocah empat tahun bermain korek api tengah malam. Sudah tiga kali terjadi kebakaran di rumah ini.
Oleh
Atiek Ishlahiyah Al Hamasy
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kebakaran melanda dua rumah di permukiman padat penduduk di Kramat Pulo, Senen, Jakarta Pusat, Senin (16/1/2023) dini hari sekitar pukul 00.30. Kebakaran ini diduga bermula saat bocah berumur empat tahun bermain korek api tengah malam dan membakar gorden rumahnya.
Berdasarkan informasi yang Kompas peroleh di lokasi kejadian, kebakaran terjadi diduga setelah R (4), putra dari A (22), bermain korek api pada Minggu jelang tengah malam. A tidak melihat anaknya bermain korek api karena sudah tertidur. Adapun R masih terbangun bersama pamannya. Namun, saat pamannya keluar rumah untuk membeli air minum, R diduga menyalakan korek api tanpa sepengetahuan seorang pun.
Si jago merah melahap bangunan lantai dua dan isi rumah A. Meskipun tidak ada korban jiwa dalam peristiwa ini, tetangga korban, Dika (25), harus turut merasakan dampaknya. Rumah dua lantai Dika turut terbakar menyisakan abu dan barang-barang yang hangus terbakar.
Pantauan Kompas, Senin siang, kondisi rumah A tidak berpenghuni. Pintu rumah sudah terkunci dan hanya terlihat dari luar sisa bangunan yang menghitam akibat kebakaran.
Permukiman di kawasan itu sangat padat. Bahkan, jarak satu rumah dengan rumah di seberangnya hanya sekitar 50 sentimeter, termasuk Rumah A dan rumah Dika.
Berdasarkan keterangan tetangga korban, Sulastri (43), yang atap asbes rumahnya turut terbakar, saat ini A dan keluarganya tengah mengungsi di tempat saudaranya.
Beruntung, kebakaran tersebut tidak menjalar hingga memasuki rumahnya. ”Saya sangat panik saat tahu ada kebakaran. Saya langsung berlari ke luar,” tutur Sulastri yang rumahnya tepat di samping rumah A.
Tora (40), paman Dika, mengatakan, sudah tiga kali terjadi kebakaran di rumah A. Namun, baru kali ini kebakaran turut melanda rumah warga lain. Penyebab kebakaran pun bermacam-macam, mulai dari kebocoran elpiji hingga masalah kompor di dapur.
”Tahun 2020 dan 2022 juga pernah terjadi kebakaran di situ. Jadi, warga sekitar sudah tidak heran kalau ada peristiwa serupa lagi. Namun, tadi pagi merupakan kebakaran terparah yang pernah terjadi,” kata Tora.
Suku Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan (Gulkarmat) Jakarta Pusat melaporkan, tim pemadam kebakaran mulai menjinakkan api sekitar pukul 01.05. Sebanyak 15 mobil pemadam kebakaran dan 60 petugas pemadam kebakaran diterjunkan ke lokasi.
”Kami menerima laporan terjadi kebakaran pada pukul 01.00 dan selesai beroperasi pada pukul 02.15,” ucap Rendi, salah satu petugas pemadam kebakaran.
Psikolog Anak Endang Widyorini mengatakan, untuk menghindari terjadi kebakaran, orangtua harus menjauhkan benda berbahaya, seperti korek api, benda tajam, dan benda mudah terbakar dari jangkauan anak. Orangtua juga dapat mengenalkan anak terhadap fungsi dan jenis benda tersebut.
Banyak kasus kebakaran bermula dari rasa ingin tahu anak terhadap api. Mereka tidak mengetahui bahaya bermain api. Dalam pandangan anak, api dapat diibaratkan sebagai teman yang menakjubkan. Mereka terpukau melihat nyala api dan tidak merasa itu merupakan hal yang bahaya.
Sebanyak 15 mobil pemadam kebakaran dan 60 petugas pemadam kebakaran diterjunkan ke lokasi.
Permukiman padat
Kebakaran memang kerap kali melanda wilayah Jakarta, khususnya di wilayah permukiman padat penduduk. Sebelumnya, kawasan padat penduduk di Jalan Kampung Melayu Kecil, Tebet, Jakarta Selatan, kamis (12/1/2023), juga sempat dilanda kebakaran. Kebakaran ini dipicu hubungan pendek arus listrik di salah satu rumah. Meskipun tidak ada korban jiwa, api tersebut melumat lima rumah warga.
Sebuah rumah juga sempat dilahap si jago merah pada Jumat (6/1/2023). Kebakaran di rumah yang berlokasi di Jalan Mangga Besar, Tamansari, Jakarta Barat, ini terjadi sekitar pukul 09.00. Suku Dinas PKP Jakarta Barat kemudian mengerahkan 13 mobil pemadam kebakaran dan 65 personel ke lokasi kejadian.
Pengamat tata kota Yayat Supriatna mengatakan, terdapat kesalahan tata letak permukiman di Jakarta sehingga rawan kebakaran. Tingkat kepadatan rumah yang tinggi, kurangnya jarak antar-bangunan, pemakaian bahan bangunan yang mudah terbakar, dan pemasangan instalasi listrik asal-asalan dapat menyebabkan kebakaran.
”Bahan bangunan yang semipermanen, seperti berbahan kayu, juga mudah menyebabkan kebakaran. Rata-rata rumah yang terbakar merupakan bangunan berlantai dua, tetapi tidak diimbangi dengan bahan bangunan kuat. Jadi, hanya lantai pertamanya saja yang menggunakan bahan beton,” ujar Yayat.
Menurut Yayat, hampir 80 persen kebakaran terjadi karena korsleting listrik. Untuk itu, pemerintah harus meningkatkan pencegahan di lingkungan warga, khususnya permukiman padat penduduk.