Begal Merambah Pusat Jakarta, Tak Segan Membunuh Korban
Kurang dari sebulan terakhir, terjadi tiga kali pembegalan di jantung ibu kota. Sedikitnya satu korban tewas. Bersepeda motor di pusat Jakarta pun kini tak lagi bebas waswas.
JAKARTA, KOMPAS — Pengendara sepeda motor pada malam hari di pusat Jakarta tidak lagi merasa aman. Hal ini karena ada rentetan peristiwa perampokan sepeda motor di jalanan atau begal yang terjadi dalam satu bulan terakhir.
Kejadian terbaru terjadi pada Kamis (12/1/2023) sekitar pukul 03.00 yang menimpa seorang pengemudi ojek daring MH (40) di Jalan Cikini Raya, Kelurahan Cikini, Kecamatan Menteng, Jakarta Pusat.
Kepala Unit Reserse Kriminal Polsek Metro Menteng, Jakarta Pusat, Komisaris Kukuh Islami mengungkapkan, MH dibegal setelah mengantarkan penumpang dari daerah Pasar Senen, Jakarta Pusat. MH dipepet dan ditendang oleh empat pelaku. Pelaku merampas sepeda motor MH.
”HP (telepon seluler) yang ada di sepeda motor ikut terbawa. Kondisi korban lecet-lecet (karena dikeroyok). Di Menteng, peristiwa begal baru pertama kali terjadi,” kata Kukuh, Minggu (15/1/2023).
Baca Juga: Rampas Kendaraan Warga Siang Hari, Dua Begal Tewas
Kukuh menyebutkan, kondisi jalanan saat itu sepi, tetapi lampu penerangan jalan cukup baik karena Jalan Cikini Raya merupakan jalan besar. Selain itu, di beberapa titik juga terdapat kamera pengawas (CCTV).
”Kami sedang mengumpulkan bukti-bukti dan petunjuk lainnya, anggota sudah disebar luas untuk menyelidiki pelaku. Kasus ini masih tahap penyelidikan,” ujarnya.
Di Jalan Cikini Raya pada Minggu (15/1/2023) siang, cukup ramai. Di jalan tersebut pada sisi kanan dan kirinya terdapat terdapat beberapa tempat makan, bar, dan tidak jauh dari Taman Ismail Marzuki. Saat kejadian itu, MH dibegal di depan gedung GKM.
Salah seorang petugas keamanan Gedung GKM Budi Setiawan (37) menyebutkan, kondisi jalanan di Jalan Cikini Raya cukup ramai walaupun saat dini hari karena di sekitar jalan Cikini Raya terdapat beberapa tempat hiburan malam.
”Masih ada yang wara-wiri kalau jam 3 dini hari, tidak sepi. Lampu penerangan juga bagus. Begal juga baru terjadi sekarang. (Kalau) jambret di sini yang banyak. Saat kejadian saya tidak masuk, teman saya yang piket juga tidak melihat,” ujarnya.
Senada dengan Budi, Ketua RT 016 RW 001 Kelurahan Cikini, Muninggar juga menyebutkan bahwa begal baru pertama kali terjadi di Menteng. Saat kejadian tersebut, ia sedang berada di luar kota. Pihak RW setempat juga cukup sering melakukan patroli di wilayah Cikini. Muninggar pun heran begal bisa terjadi karena di Menteng, lampu penerangan cukup baik. Beberapa gedung terlihat memiliki petugas keamanan lebih dari satu orang.
Sebelumnya, pada Sabtu (31/12/2022) malam, dikutip dari Kompas.com, pria berinisial KSD ditemukan tewas dengan kondisi tubuh telungkup dan masih mengenakan helm di depan pintu keluar Kampus Yarsi, Jalan Letjen Suprapto, Cempaka Putih, Jakarta Pusat.
Kapolsek Cempaka Putih, Komisaris Bernard B Saragih mengatakan penyidik menemukan ponsel yang di dalamnya terdapat pesan bahwa korban berencana bertemu dengan seseorang untuk melakukan cash on delivery (COD).
”Korban lagi janjian sama seseorang di PGC. Mau jual HP, ada yang beli. Setelah transaksi dia balik, ketika mau balik, di jalan kejadian (dibegal),” kata Bernard.
Baca Juga: Kala Frustrasi Warga pada Kejahatan Jalanan Memuncak
Pada Selasa (20/12/2022) pukul 02.00, seorang wartawan berinisial YAN juga menjadi korban begal di jembatan layang Jalan Jenderal Sudirman, Tanah Abang, Jakarta Pusat. Dalam keterangannya, YAN menceritakan, ia sempat diikuti sejumlah pengendara sepeda motor saat melintas di jembatan layang itu dengan kecepatan rendah.
YAN sempat melawan komplotan begal tersebut sebelum akhirnya salah satu pelaku memukul bagian dada kiri yang membuatnya terjatuh lalu ditusuk pada paha bagian kiri. Sepeda motor Vespa matik yang dikendarai YAN dibawa kabur komplotan begal ke arah Mega Kuningan.
Kepala Kepolisian Resor Metro Jakarta Pusat, Komisaris Besar Komarudin mengatakan, polisi sudah menahan dua dari total delapan pelaku terkait kasus begal di Cempaka Putih.
”Enam pelaku sudah teridentifikasi, masih kami buru. Sekiranya memungkinkan nanti akan kami terbitkan DPO (daftar pencarian orang). Motifnya begal karena yang diambil itu sepeda motor dan ponsel,” kata Komarudin, Jumat (13/1/2023).
Maraknya begal di wilayah Jakarta Pusat, kata Komarudin, kepolisian melakukan tindakan dengan pola 40 persen preemtif, 40 persen preventif, dan 20 persen penegakan hukum. Peran serta masyarakat memiliki andil yang cukup besar untuk menjaga situasi keamanan dan ketertiban masyarakat (kamtibmas) agar tetap kondusif.
”Setiap malam, 1 x 24 jam itu personel di jajaran metro pasti ada di lapangan. Begitu cepat dapat informasi, kami bisa komunikasikan dengan jajaran lain. Tentunya keterlambatan laporan menjadi salah satu faktor kesulitan dalam mengungkap kasus begal,” ujarnya.
Selain itu, CCTV yang ada di Jakarta memiliki kekurangan karena tidak dapat melihat kejadian dalam kurun waktu yang lama. Bahkan, beberapa CCTV hanya terpasang saja, tetapi tidak merekam.
1x24 jam Jakarta tidak pernah tidur, potensi ataupun peluang orang untuk melakukan kejahatan juga semakin terbuka lagi.
Komarudin mengutarakan, berdasarkan hasil evaluasi, aktivitas pelaku kejahatan mulai menyasar ke berbagai tempat pasca-PPKM dicabut. Pihaknya terus menganalisis pola waktu, pola tempat kejadian perkara, dan modus operandi sehingga pihaknya bisa memetakan pergerakan pelaku. Selain itu, jumlah personel patroli juga ditambah tiga kali lipat pasca-PPKM dicabut.
”1x24 jam Jakarta tidak pernah tidur, potensi ataupun peluang orang untuk melakukan kejahatan juga semakin terbuka lagi. Selain aktivitas yang kita hidupkan tentu konsep pencegahan juga harus dimaksimalkan. Mari kita sama-sama persempit ruang gerak para pelaku kejahatan,” ujarnya.
Kriminolog dari Universitas Indonesia Josias Simon mengungkapkan, pembegalan salah satunya terjadi karena motif ekonomi. Pembegal melihat situasi, kondisi, tempat, dan lokasi yang memberikan kesempatan untuk melakukan aksinya. Aksi begal dapat berpindah atau bergeser karena tempat yang sebelumnya sudah lebih baik pengamanannya.
Selain itu, pemicu terjadinya begal karena spontanitas anak muda yang sudah memiliki masalah sebelumnya dan saling membegal di tempat-tempat yang menjadi sasaran. Namun, target korban tidak ditentukan atau terjadi secara acak.
”Jakarta juga sering tawuran antarwilayah. Terlihat seperti begal, padahal itu upaya balas dendam dan memperlihatkan kekuasaan kelompok. Kalau begal dengan motif ekonomi lumayan berisiko masuk wilayah kawasan elite di Jakarta karena begal melakukan penjajakan juga, memperhitungkan tingkat keberhasilan dan lolos. Tidak hanya mendapatkan barang saja,” ujarnya.
Wilayah baru yang muncul sebagai lokasi pembegalan dapat dilihat apakah pernah ada pertikaian antarwarga atau antarkelompok. Selain itu, ada juga pola pembegalan yang melihat rutinitas, korban sudah dipantau, dan tinggal menunggu korban lengah.
Josias mengatakan, upaya pengamanan di wilayah bisa dilakukan dengan memperbanyak CCTV, bekerja sama dengan masyarakat setempat serta pemerintah daerah. Hal ini dilakukan untuk meminimalisasi wilayah gelap atau remang-remang karena pusat kota juga masih banyak jalan yang minim penerangan.
”Masyarakat lebih waspada pada waktu-waktu sepi seperti dini hari menjelang subuh. Pihak polisi juga patroli di waktu-waktu rawan dan jangan sebaliknya. Petugas kepolisian harus lebih waspada karena pelaku kriminalitas beraksi di luar kegiatan masyarakat pada umumnya,” katanya.