Jelang Imlek, Pedagang Musiman di Glodok Raup Omzet Puluhan Juta
Pedagang musiman pernak-pernik Imlek mulai ramai di Pasar Glodok, Jakarta Barat. Pendapatan mereka mulai normal. Pada akhir pekan penjual bisa mendapatkan omzet Rp 50 juta.
Oleh
Mis Fransiska Dewi
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sejak Desember 2022, sejumlah pedagang musiman pernak-pernik Imlek telah memadati kawasan Glodok Pancoran, Tamansari, Jakarta Barat. Setelah pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat dicabut, para pedagang mulai merasakan peningkatan omzet hingga berkali lipat.
Pantauan Kompas, Rabu (11/1/2023) siang, kios penjual hiasan Imlek yang didominasi warna merah sepanjang 20 meter berjejer di dekat Gapura Chinatown. Sekitar 20 pedagang menjual hiasan Imlek mulai dari lampion, angpao, pohon sakura, hingga pernak-pernik shio kelinci. Dalam kalender China, perayaan Imlek 2574 Kongzili akan dirayakan pada 22 Januari 2023.
Ami (37), pedagang di Glodok sejak tahun 2000, terlihat semringah karena jelang perayaan Imlek tahun kelinci ini pengunjung mulai ramai. Kios yang dibuka sejak 14 Desember 2022 itu pendapatannya jauh lebih baik daripada saat awal pandemi Covid-19 pada 2020.
”Tahun ini sudah mulai ramai. Dalam satu hari, pada hari biasa, saya bisa mendapatkan omzet Rp 15 juta. Akhir pekan bisa mencapai Rp 50 juta. Sewaktu pandemi, paling tinggi omzet hanya Rp 5 juta. Mendekati Imlek ini penjualan meningkat terus,” ujar Ami yang biasa berjualan mainan di Pasar Senen, Jakarta Pusat, Rabu (11/1/2023).
Pengunjung mulai ramai berdatangan pada pukul 12.00. Adapun pernak-pernik yang laris dibeli pengunjung adalah lampion, amplop angpao, hingga tempelan shio bergambar kelinci.
Amplop angpao bergambar kelinci dibanderol dengan harga Rp 10.000, lampion dijual mulai dari Rp 50.000 hingga Rp 1,6 juta tergantung ukuran dan jenis lampion, sedangkan tempelan shio kelinci dijual mulai dari Rp 70.000.
Ami menyebutkan, penjualan makin meningkat semenjak Natal. Tahun ini lokasi penjual pernak-pernik Imlek berada di pinggir jalan sehingga banyak didatangi pembeli. Hal ini berbeda dibandingkan tahun sebelumnya yang berada di sebuah gang. Kios tersebut disewa selama satu bulan dengan harga sewa sekitar Rp 3 juta, dengan ukuran 2 meter x 2 meter.
Kios tersebut disewa selama satu bulan dengan harga sewa sekitar Rp 3 juta, dengan ukuran 2 meter x 2 meter.
Senada dengan Ami, Marsudin (28), pedagang musiman asal Palembang, Sumatera Selatan, sudah berjualan sejak tahun 2011. Tahun ini ia berjualan pernak-pernik Imlek kembali setelah sempat vakum dua tahun selama pandemi.
Dengan modal Rp 150 juta, pada hari biasa, ia bisa mendapatkan omzet Rp 10 juta hingga Rp 15 juta. Sementara di akhir pekan ia bisa mendapatkan omzet lebih dari Rp 30 juta. Ia yakin barang dagangannya akan habis menjelang perayaan Imlek, 22 Januari mendatang.
Berjarak 10 meter dari deretan penjual pernak-pernik Imlek, penjual musiman baju Imlek, Suroso (42), mengungkapkan, omzetnya bisa mencapai Rp 20 juta per hari di akhir pekan. Pada hari biasa omzetnya hanya Rp 10 juta. Kondisi saat ini sudah jauh lebih baik dibandingkan saat pandemi yang hanya mendapatkan omzet Rp 3 juta.
Suroso menjual pakaian Imlek mulai dari anak-anak hingga dewasa. Adapun pakaian yang dijual adalah kaus, baju anak dan dewasa yang dibanderol mulai dari Rp 50.000-Rp 120.000. ”Tahun ini sudah mulai normal kondisinya, saya bersyukur sekali,” ujar Suroso yang biasanya menjual berbagai jenis koper di Pasar Glodok.
Direktur Center of Economic and Law Studies Bhima Yudhistira mengungkapkan, untuk menggenjot penjualan, selain di pusat grosir, pengusaha juga harus gencar menyasar ke toko-toko yang dekat dengan perumahan. Pengusaha pun bisa manfaatkan event-event seperti pra-Imlek.
Pembukaan cabang penjualan juga bisa dilakukan di tempat-tempat rekreasi dan hiburan karena masyarakat mulai ramai melakukan perjalanan setelah pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) dicabut. Jika pernak-pernik Imlek semakin mudah ditemui di jalan, pembeli akan semakin mudah menjangkaunya. Selain itu, kolaborasi dengan platform daring dan media sosial juga bisa meningkatkan volume order.
Menurut Bhima, varian produk terkait Imlek harus lebih banyak, termasuk aneka ragam makanan dan minuman khas. Penjualan seperti itu di tempat rekreasi bisa tetap ramai.
”Pembeli bisa jadi bukan hanya yang berniat merayakan Imlek, ada juga pembeli umum yang tertarik dengan produk Imlek. Contohnya, kue keranjang bisa dijual di minimarket dan tempat oleh-oleh wisata, pembelinya akan lebih luas cakupannya,” ujar Bhima.