Kurangi Banjir, Waduk Melati Tampung 15.000 Meter Kubik Air
Dinas Sumber Daya Air DKI Jakarta mengeruk Waduk Melati sejak September 2022 agar daya tampungnya bertambah untuk antisipasi banjir Jakarta.
Oleh
FRANSISKUS WISNU WARDHANA DANY
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pengerukan untuk menambah kapasitas daya tampung Waduk Melati hingga 15.000 meter kubik ditargetkan selesai akhir Februari 2023. Waduk yang terletak di Kecamatan Tanah Abang, Jakarta Pusat, ini menjadi salah satu infrastruktur pengendalian banjir yang menampung air dari kawasan sekitarnya lalu dipompa ke Kanal Banjir Barat.
Dinas Sumber Daya Air DKI Jakarta mengeruk Waduk Melati sejak September 2022. Pengerukan menggunakan empat ekskavator pada area waduk seluas 3,2 hektar. Senin (9/1/2023) sore, tiga ekskavator mengeruk lumpur sedalam 2-3 meter dari tengah ke tepi waduk. Sementara satu ekskavator lainnya mengangkut lumpur dari tepi waduk.
Kepala Pusdatin Dinas Sumber Daya Air DKI Jakarta Nugraharyadi menyebutkan, pengerukan yang berjalan selama empat bulan itu untuk menambah daya tampung waduk sehingga pengendalian banjir berfungsi dengan baik.
”Ambil sedimen dari waduk supaya bersih. Targetnya 15.000 meter kubik, selesai akhir Februari. Kami juga minta warga saling menjaga, jangan buang sampah sembarangan dan bangun hunian di tepian karena akan menyempit,” kata Nugraharyadi.
Selain pengerukan, Waduk Melati dilengkapi sarana dan prasarana lain. Salah satunya 10 pompa air yang memompa air sebanyak 17,60 meter kubik per detik ke Kanal Banjir Barat. Pada saat yang sama, Dinas Sumber Daya Air DKI Jakarta terus mengeruk kali di Jakarta Pusat. Selain Kali Ciliwung, pengerukan berlangsung di Kali Utan Kayu dan Kanal Banjir Barat.
Merujuk laporan sistem pengendalian banjir Jakarta per 24 Maret 2021 oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, total panjang pantai dan muara sungai yang kritis mencapai 46,2 kilometer. Sementara pengerjaannya mencakup 12,99 km dan masih dalam rencana pengerjaan sepanjang 33,21 km.
Rencana pengerjaan ini terdiri dari 10,82 km oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (3,75 km dalam proses dan 7,07 km dalam rencana) dan 22,39 km oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
Pemprov DKI Jakarta membangun dan merehabilitasi sembilan polder, empat waduk, dan merevitalisasi dua sungai. Sembilan polder berlokasi di Kelapa Gading, Pulomas, Muara Angke, Teluk Gong, Mangga Dua, Green Garden, Marunda JGC, Tipala-Adhyaksa, dan Kamal.
Pembangunan empat waduk berjalan di Brigif dan Lebak Bulus, Jakarta Selatan, serta Pondok Ranggon dan Wirajasa, Jakarta Timur. Adapun revitalisasi dua sungai berjalan di sodetan Muara Bahari-Kali Besar dan Kali Ciliwung-Pasar Baru.
Waduk Melati diperlukan karena daya tampung Kali Cideng sangat terbatas. (Ir Supardi)
Pengendalian banjir menjadi salah satu fokus Penjabat Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono. Akhir tahun 2022, Heru berdiskusi dengan Badan Penanggulangan Bencana Nasional membahas mitigasi bencana di Jakarta.
”Kami koordinasi supaya bisa antisipasi dan pencegahan bencana. Nanti didukung pengerukan kali, mudah-mudahan bisa tertangani atau kali tidak terbebani,” ujar Heru kala itu.
Dari masa Ali Sadikin
Waduk Melati baru ada di masa Gubernur DKI Ali Sadikin. Langkah berani diambil Ali Sadikin pada 1966 dengan merelokasi lebih dari 1.000 keluarga. Satu kampung hilang berganti menjadi Waduk Melati yang penting untuk mengurangi potensi banjir kawasan utama Jakarta (Kompas, 19 Maret 2018).
Salah satu kampung yang tergusur ialah Kotabumi Ujung, Gang IV, Kebon Sayur. Permukiman padat yang didiami banyak pedagang kecil yang berjualan di sekitar Tanah Abang. Areanya kini menjadi mal dan apartemen.
Kawasan tersebut menjadi langganan banjir sejak tahun 1960-an. Ketinggian banjir mencapai 50 sentimeter setiap kali hujan.
Dahulu di situ ada juga sungai kecil yang disebut Sungai Kopro oleh warga. Lebarnya hanya 1 meter. Pembangunan Stasion Pompa Kopro mengawali pembangunan Waduk Melati sebagai bagian dari Proyek Banjir Jakarta.
Dalam artikel ”Pengikisan Tanggul yang Mengakibatkan Terganggunya Keseimbangan” (Kompas, 11 November 1971), Pimpinan Kopro Banjir DKI Jaya Ir Supardi mengatakan, Waduk Melati diperlukan karena daya tampung Kali Cideng sangat terbatas.
Apabila Kali Gresik penuh, Cideng tak dapat menampung lagi. Karena itu, dibutuhkan Waduk Melati yang akan menambah daya tampung air untuk mengamankan kawasan Jakarta tengah dari banjir.
Setelah pembangunan yang berlangsung susah payah pada 1966 hingga 1980-an itu, waduk minim perawatan. Pendangkalan terjadi, sampah menumpuk, mengakibatkan kawasan itu menjadi kumuh dan berbau tak sedap. Pompa-pompa air di sana kerap dilaporkan rusak.
Pemprov DKI Jakarta baru memelihara waduk saat banjir besar merendam Jakarta pada Januari 2013. Saat itu, Bundaran Hotel Indonesia hingga Istana Negara dan Balai Kota DKI Jakarta ikut kebanjiran.
Puncaknya, tanggul di Jalan Latuharhari jebol hingga banjir makin parah. Dua orang tewas saat terjadi banjir di basemen UOB Plaza yang masih berada di Kelurahan Kebon Melati, tak jauh dari Waduk Melati.