Sepanjang 2022, kebakaran jadi bencana yang paling banyak terjadi di DKI Jakarta, yakni 642 kejadian dari total 1.409 bencana. Sebagai upaya penanggulangan, BPBD tengah memetakan titik-titik rawan kebakaran.
Oleh
Agustinus Yoga Primantoro
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Badan Penanggulangan Bencana Daerah atau BPBD DKI Jakarta tengah mengkaji kawasan yang berpotensi rawan kebakaran. Pemetaan tersebut dilakukan untuk meminimalkan bencana kebakaran yang bisa mengakibatkan kerugian, baik material maupun korban jiwa.
Selama 2017-2021, BPBD DKI Jakarta menyebutkan, wilayah Jakarta Timur menjadi titik terawan kebakaran dengan jumlah 787 kejadian. Jakarta Barat menyusul dengan jumlah 735 kejadian dan Jakarta Selatan 680 kejadian.
Namun, berdasarkan wilayah kecamatannya, Kecamatan Cakung merupakan kawasan terawan dengan jumlah 160 kejadian. Lalu, diikuti Kecamatan Cengkareng 144 kejadian. Selanjutnya, Kecamatan Penjaringan 141 kejadian, Kecamatan Duren Sawit 127 kejadian, dan Kecamatan Tanjung Priok 111 kejadian.
Kepala Pelaksana BPBD DKI Isnawa Adji, Senin (2/1/2023), mengatakan, pihaknya saat ini masih mendata wilayah-wilayah yang termasuk dalam zona merah atau rawan terjadi kebakaran. Salah satu aspek dalam penentuan zona tersebut adalah kebakaran berulang dalam kurun waktu lima tahun.
”Kami sedang mendata wilayah mana saja di DKI Jakarta yang dalam kurun waktu lima tahun mengalami kebakaran lebih dari satu kali. Selain itu, kami juga mempertimbangkan potensi lain, seperti permukiman padat dan usaha-usaha bertenaga listrik besar, seperti konfeksi,” kata Isnawa saat mendatangi lokasi kebakaran di Kelurahan Kalianyar, Kecamatan Tambora, Jakarta Barat.
Kepala Satuan Unit Pelaksana Pusat Data dan Informasi BPBD DKI Jakarta Michael Oktoviyanes Sitanggang menambahkan, penentuan lokasi rawan kebakaran tersebut ditinjau berdasarkan frekuensi kejadian kebakaran akumulatif yang melanda wilayah tersebut dalam lima tahun terakhir. Selanjutnya, pendataan pada 2022 ditargetkan selesai pada pertengahan Januari 2023.
”Terhadap wilayah rawan kebakaran, BPBD akan mengoordinasikannya dengan dinas penanggulangan kebakaran dan keselamatan (gulkarmat). Lalu, gulkarmat akan menyosialisasikan pencegahan kebakaran di gedung ataupun permukiman dibantu dengan para lurah dan camat serta instansi terkait lainnya,” kata Michael.
Pendataan kawasan rawan kebakaran, lanjut Isnawa, telah berlangsung selama beberapa tahun terakhir. Setelah pendataan selesai, BPBD DKI Jakarta akan mengajukan rekomendasi penataan di wilayah tersebut, terutama permukiman padat, kepada Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
Kami akan mengajukan rekomendasi berupa perubahan wilayah menjadi ruang terbuka, seperti taman. Pastinya, kami juga akan turut mengajak ahli tata kota dalam proses tersebut.
”Masih dalam pendataan. Nantinya, kami mengajukan rekomendasi berupa perubahan wilayah menjadi ruang terbuka, seperti taman. Pastinya, kami juga akan turut mengajak ahli tata kota dalam proses tersebut,” ujar Isnawa.
Lebih dari 200 orang yang terdiri dari BPBD, penanganan prasarana dan sarana umum Kecamatan Tambora, pasukan biru Suku Dinas Sumber Daya Air Jakarta Barat, dan lain sebagainya dengan dibantu warga sekitar membersihkan puing sisa bangunan yang terbakar di Kelurahan Kalianyar. Kedatangan BPBD ke lokasi kebakaran tersebut turut memberikan bantuan berupa alat kebersihan dan logistik.
Insiden di akhir tahun tersebut diduga terjadi akibat korsleting listrik dari sebuah rumah usaha konfeksi, Jumat (30/12/2022). Sedikitnya 219 jiwa dari RT 004 dan RT 005 RW 005, Kelurahan Kalianyar, mengalami kerugian yang ditaksir mencapai Rp 3 miliar akibat kebakaran tersebut.
Trauma
Herry Sutiawan, warga RT 004 RW 005, Kelurahan Kalianyar, bersama anak dan adik iparnya tengah memapah Nurhani, istri Herry, menuju posko logistik. Dengan tatapan kosong dan langkah tergopoh, Nurhani beberapa kali mengacungkan telunjuknya kepada orang-orang di posko tersebut.
Meski kondisi istrinya perlahan membaik, kata Harry, fisik dan mental Nurhani masih tidak stabil akibat kebakaran yang menimpa tempat tinggalnya. Menurut Harry, istrinya merasa bersalah lantaran rumah tersebut merupakan rumah titipan orangtua Nurhani.
"Begitu dengar suara orang teriak ada api, saya langsung ambil berkas di lantai dua. Tiba-tiba, istri saya yang lagi masak, langsung lari keluar sambil bawa berkas. Waktu saya susul, dia pingsan di jalan dan terinjak-injak orang," ucap Harry.
Kemarin istri saya sering bilang kalau ada kembang api, soal warna merah yang besar, dan terinjak-injak orang.
Hanya berkas-berkas penting dan pakaian yang bisa diselamatkan dari kebakaran yang turut menimpa rumah berukuran 4 meter x 8 meter milik Harry itu. Setelah peristiwa malang itu, Harry beserta keluarga mengungsi ke kediaman saudaranya di Slipi, Jakarta Barat.
Setelah kejadian, lanjut Harry, istrinya kerap menggumamkan memori-memori yang diingat saat kebakaran. Gumaman tersebut diucapkan terus-menerus meski tidak ada yang meresponsnya.
”Sekarang sudah mending. Kemarin istri saya sering bilang kalau ada kembang api, soal warna merah yang besar, dan terinjak-injak orang,” kata Harry.
Selanjutnya, Harry berharap bisa membangun kembali huniannya yang telah hangus terbakar itu. ”Semoga permukiman ini bisa lebih tertata dan warga lebih berhati-hati ketika menggunakan alat elektronik ataumenyalakan kompor,” ujarnya.
Bantuan
Ketua RW 005 Slamet Riyadi menyampaikan, bantuan berupa makanan siap saji, minuman, bahan pokok, pakaian, selimut, sabun, vitamin, dan obat-obatan terus bergulir. Walakin, anak-anak yang terdiri dari anak balita dan pelajar masih membutuhkan bantuan sandang.
”Bantuan masih kami terima dan kebutuhan dasar warga tercukupi. Kalau dari Suku Dinas Sosial Jakarta Barat, waktu tanggap daruratnya tiga hari dan nanti tinggal bersurat saja untuk memperpanjang. Khusus untuk anak-anak, kami masih butuh bantuan,” ujar Slamet.
Berdasarkan data yang dihimpun oleh RW 005 Kelurahan Kalianyar, total ada 40 anak. Adapun 21 merupakan anak balita, 3 anak duduk di bangku TK, 5 anak SD, 6 anak SMP, dan 5 anak SMA.
Menurut Slamet, sebagian dari anak penyintas kebakaran tersebut sudah ada yang masuk sekolah. Mereka, lanjut Slamet, masih membutuhkan bantuan berupa peralatan sekolah.