Menengok ”Skywalk” Lebak Bulus dan Kebayoran Lama yang Mulai Digunakan
Dinas Bina Marga DKI Jakarta telah merampungkan pembangunan ”skywalk” di Lebak Bulus dan Kebayoran Lama. Keberadaannya untuk mendukung masyarakat menggunakan transportasi umum.
Oleh
Mis Fransiska Dewi
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Dinas Bina Marga DKI Jakarta telah merampungkan pembangunan skywalk atau jalur pejalan kaki layang di Lebak Bulus dan Kebayoran Lama. Kedua trotoar layang tersebut berbeda peruntukannya dan sumber pendanaannya.
Di skywalk Lebak Bulus pada Jumat (30/12/2022) pukul 11.30-12.30, beberapa orang melewati skywalk yang didominasi cat warna putih itu. Setiap 10 menit, hanya 3-5 orang yang melewati skywalk dari Stasiun MRT Lebak Bulus ataupun Mal Poins Square. Beberapa orang tak lupa berswafoto di area skywalk dengan panjang 307,5 meter tersebut.
Untuk menjangkau transportasi publik seperti Transjakarta dan Mikrotrans, pengguna MRT hanya perlu berjalan sekitar 20 meter saat keluar dari salah satu pintu di Stasiun Lebak Bulus. Dengan demikian, pengguna MRT yang ingin menggunakan transportasi publik tidak akan melewati skywalk. Trotoar layang itudigunakan untuk pengguna yang ingin ke atau dari Mal Poins Square.
Ketika masuk ke Poins Square, pengunjung tampak sepi, bahkan bisa dihitung jari. Terlihat di setiap lantai hanya ada penjual yang siaga di depan toko. Beberapa kios pun tampak kosong.
Pengguna MRT di Stasiun Lebak Bulus, Rizky Muhammad Ikhsan (30), mengungkapkan, skywalk tidak terlalu diperlukan bagi pengguna transportasi publik dan ojek daring karena lebih dekat dengan pintu keluar MRT selain pintu keluar arah skywalk Poins Square. Skywalk tidak diperuntukkan bagi pengguna transportasi publik. Namun, bagi yang memiliki kepentingan ke Poins Square, skywalk sangat membantu.
”Lebih praktis turun lewat tangga di dekat pemadam kebakaran kalau yang naik ojek daring. Pengguna Transjakarta bisa langsung turun lewat tangga tanpa perlu harus lewat skywalk. Yang diuntungkan kalau kita mau ke Mal Poins Square. Tapi, orang jarang, kan, mau ke Mal Poins Square sekarang,” ucapnya.
Berbeda sikap dengan Rizky, Lina (35) mengutarakan, pembangunan skywalk mempermudah dirinya untuk naik MRT. Pasalnya, mobilnya harus diparkirkan di Mal Poins Square karena terkena aturan ganjil genap. Saat kondisi curah hujan tinggi, melewati skywalk merupakan pilihan yang tepat.
Skywalk di Kebayoran Lama pada Jumat pukul 14.00-15.00 belum sepenuhnya bisa digunakan. Skywalk hanya digunakan sebagian untuk menuju Halte Transjakarta Velbak Koridor 13. Akses menuju Halte Pasar Kebayoran Lama Koridor 8 dan Stasiun Kebayoran belum dibuka karena masih dalam tahap pembangunan.
Skywalk Lebak Bulus dibangun dengan dana oleh pihak pengembang, yaitu PT Intiland selaku pengembang Mal Poins Square, dengan supervisi dari Dinas Bina Marga, sedangkan skywalk Kebayoran Lama dibangun oleh Dinas Bina Marga DKI Jakarta dengan dana dari APBD Provinsi DKI Jakarta 2022.
Skywalk yang dibangun dengan panjang 450 meter itu memiliki lebar 3,6 meter. Bangunan skywalk tersebut didominasi tiang berwarna oranye dengan lantai bermaterial conwood atau kayu ramah lingkungan. Terdapat dua eskalator dan tiga lift yang dilengkapi stiker motif Betawi serta beberapa kamera pemantau (CCTV).
Kepala Dinas Bina Marga DKI Jakarta Hari Nugroho mengungkapkan, skywalk Lebak Bulus merupakan penghubung antara Simpang Temu Lebak Bulus yang berada di depan Mal Poins Square dan Stasiun MRT Lebak Bulus.
Trotoar layang Kebayoran Lama sebagai sarana integrasi transportasi massal yang menghubungkan tiga koridor transportasi umum, yakni Halte Transjakarta Velbak Koridor 13, Halte Pasar Kebayoran Lama Koridor 8, dan Stasiun Kebayoran. Skywalk dibangun untuk memudahkan pengguna transportasi umum berpindah moda transportasi.
”Skywalk Lebak Bulus dibangun dengan dana oleh pihak pengembang, yaitu PT Intiland selaku pengembang Mal Poins Square, dengan supervisi dari Dinas Bina Marga, sedangkan skywalk Kebayoran Lama dibangun oleh Dinas Bina Marga DKI Jakarta dengan dana dari APBD Provinsi DKI Jakarta 2022,” kata Hari saat dihubungi pada Jumat. Adapun APBD DKI Jakarta yang digunakan untuk pembangunan skywalk Kebayoran Lama senilai Rp 51 miliar.
Ketua Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Wilayah DKI Jakarta Yusa Cahya Permana mengatakan, skywalk di Lebak Bulus dibangun untuk menghubungkan titik point of interest dengan angkutan umum, sedangkan skywalk di Kebayoran Lama untuk menghubungkan moda angkutan umum. Hal ini terjadi karena kondisi Jakarta tidak didesain untuk antarangkutan umum saling terkoneksi.
Menurut dia, berhasil atau tidaknya skywalk yang menjadi penghubung mal dengan angkutan umum perlu dilihat selama satu tahun karena masyarakat butuh waktu untuk mengenali dan mendatanginya langsung. Hal itu tergantung dari pihak mal dan MRT dalam mempromosikan skywalk.
”Kalau dipromosikan untuk foto-foto bisa jadi cepat ramai atau dengan cara kreatif lainnya. Saat belum setahun masih terjadi fluktuasi. Kalau terkenal bisa ramai sekali, bisa juga ramainya belakangan karena orang belum tahu. Keingintahuan orang Indonesia cukup tinggi, tapi caranya lagi gimana,” tuturnya.
Yusa menyebutkan, di luar negeri skywalk penghubung mal dan angkutan umum wajar digunakan. Contohnya, di Hong Kong, terdapat opsi untuk jalan di bagian bawah dan ada yang terkoneksi dengan skywalk sehingga orang dari asal sampai tujuan bisa tidak keluar gedung dan tidak terekspos dengan alam. Namun, di Indonesia masih sangat sedikit skywalk penghubung mal ke angkutan umum.
Poins Square harapannya bisa seperti Blok M Plaza. Mal itu dulu hampir mati, setelah terkoneksi transportasi umum sudah ramai.
Untuk mendorong masyarakat naik angkutan umum, kata Yusa, tidak bisa hanya ketika orang berangkat kerja dan pulang kerja. Ketika masyarakat memiliki kegiatan seperti belanja, perlu didorong juga untuk berjalan kaki menuju titik kegiatan dengan menggunakan angkutan umum.
”Poins Square harapannya bisa seperti Blok M Plaza. Mal itu dulu hampir mati, setelah terkoneksi transportasi umum sudah ramai. Kalau mal mau ramai harus dua arah, harus terkoneksi angkutan umum dan internal mal harus ada inovasi juga untuk berbenah,” ucapnya.
Yusa menambahkan, jam puncak mal berbeda dengan jam puncak angkutan umum. Sewaktu angkutan umum ramai, mal mungkin akan sepi. Ketika angkutan umum sepi, mal ramai karena orang-orang belum pulang. Hal itu tergantung dari kegiatan yang dilakukan di dalam mal. Skywalk di Kebayoran Lama akan berbeda pergerakannya karena murni mengikuti pergerakan angkutan umum.
Adriansyah Yasin Sulaeman dari Forum Diskusi Transportasi Jakarta melihat keberadaan skywalk Simpang Temu Lebak Bulus Poins Square menghidupkan kawasan di sekitarnya. Namun, patut disorot integrasi dengan Transjakarta yang bisa dibilang belum maksimal dari segi kapasitas.
”Jangan sampai penataannya hanya mementingkan moda lain, seperti angkutan daring. Selama ini turun di Lebak Bulus malah diarahkan ke pinggir jalan, bukan ke halte, karena tidak dirancang dengan kapasitas yang memadai,” ucap Adriansyah (Kompas.id, 10/8/2022).