Antisipasi Risiko Kecelakaan di Tengah Cuaca Ekstrem
Masih dalam suasana libur akhir tahun, antisipasi risiko kecelakaan diperlukan masyarakat yang bepergian baik dengan transportasi pribadi maupun transportasi umum.
Oleh
Ayu Octavi Anjani
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kepolisian Daerah Metro Jaya mengantisipasi lokasi keramaian selama periode Natal 2022 dan Tahun Baru 2023. Hal tersebut diprediksi akan menimbulkan kemacetan kendaraan di sekitar titik keramaian, terlebih dalam kondisi cuaca ekstrem saat ini. Oleh sebab itu, antisipasi risiko kecelakaan selama periode tersebut sangat diperlukan.
Adapun lokasi keramaian itu di antara Monas, Bundaran HI, Gelora Bung Karno, Blok M, Pantai Indah Kapuk (PIK), Bumi Serpong Damai (BSD), Senopati, Alam Sutera, Patung Ondel-ondel, dan Summarecon Bekasi. Selain itu, terdapat pula sejumlah tempat wisata, seperti Ancol, Jakarta Aquarium, Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Ragunan, dan Kota Tua.
Investigator senior Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), Ahmad Wildan, mewaspadai berbagai hal yang terkait dengan risiko keselamatan selama periode Natal dan Tahun Baru. Pihaknya mengantisipasi risiko kecelakaan yang mungkin dihadapi pengendara kendaraan bermotor.
”Kami fokus pada cuaca ekstrem saat ini, seperti curah hujan tinggi dan angin kencang. Pengendara perlu waspada terhadap potensi meluapnya air ke jalanan akibat hujan lebat serta tingginya debit air, terlebih jika disertai lumpur yang dapat menyeret kendaraan,” ucap Wildan ketika dihubungi pada Selasa (27/12/2022).
Selain itu, Wildan mengimbau pengendara untuk waspada terhadap pendeknya jarak pandang ketika hujan. Pengemudi sebaiknya menepi dan berteduh sebab keterbatasan jarak pandang berpotensi menimbulkan risiko tabrak depan dan belakang. Pengendara juga perlu waspada terhadap petir yang dapat menyambar sepeda motor ataupun mobil.
”Pengemudi juga berisiko terpapar air hujan yang dapat menyebabkan aquaplaning atau kendaraan kehilangan daya cengkeram sehingga tidak terkendali. Kondisi ini dapat terjadi terutama di jalan tol sehingga perlu mengurangi kecepatan, yakni tidak lebih dari 70 kilometer per jam, serta selalu memeriksa tekanan angin pada ban,” ucap Wildan.
Antisipasi risiko kecelakaan selama akhir tahun ini juga dinilai perlu dilakukan terhadap kendaraan angkutan yang sering membawa muatan berlebih. Adapun berdasarkan data Korps Lalu Lintas (Korlantas) Polri tahun 2022, kendaraan overdimension and overload (ODOL) menjadi penyebab 349 kecelakaan dalam lima tahun terakhir.
Pengamat transportasi umum Universitas Katolik Soegijapranata, Semarang, Djoko Setijowarno, mengatakan, setiap hari terdapat kecelakaan akibat truk melanggar dimensi dan muatan. Pada jalan tol, truk bermuatan lebih cenderung ditabrak dari belakang, sedangkan pada jalan nontol, truk cenderung menabrak kendaraan lain.
”Menurut saya, antisipasi risiko kecelakaan, apalagi selama Natal dan Tahun Baru ini, dapat memanfaatkan kereta api untuk jarak lebih dari 500 kilometer karena pasti muatannya lebih banyak. Jadi, seharusnya terdapat subsidi demi mengurangi beban jalan di Jawa sebab biaya angkutan barang dengan moda kereta api masih mahal,” kata Djoko.
Tidak hanya transportasi darat, antisipasi risiko kecelakaan juga dibutuhkan oleh sektor laut dan udara. Diketahui selama periode Natal dan Tahun Baru, jumlah warga yang bepergian menggunakan transportasi laut dan udara bertambah.
Kepala Seksi Operasi Badan SAR Nasional Jakarta Agung Priambodo bersama otoritas bandara, pelabuhan, BMKG, dan otoritas lain berkoordinasi dalam mengantisipasi risiko kecelakaan baik transportasi laut maupun udara. Pihaknya mengecek kesiapan serta kelaikan pesawat atau kapal yang melakukan perjalanan selama Natal dan Tahun Baru.
”Kami juga mengingatkan prosedur keamanan dalam melakukan perjalanan menggunakan moda transportasi laut dan udara serta kelengkapan peralatan keselamatan yang disediakan. Selain itu, kami memantau cuaca dari BMKG dan berkoordinasi dengan otoritas terkait sebagai bentuk peringatan dini,” kata Agung, Rabu (28/12/2022).
Adapun Basarnas mengerahkan personel penyelamatan ke wilayah bandara demi mengantisipasi jika pesawat melakukan pendaratan darurat akibat cuaca buruk. Pihaknya berkoordinasi dengan otoritas bandara terkait langkah yang perlu diambil oleh maskapai penerbangan jika mendarat dalam cuaca buruk.
”Pesawat di Bali yang tidak dapat mendarat akibat cuaca buruk telah kami koordinasikan dengan pihak bandara. Kami juga mengerahkan personel bantuan untuk berjaga-jaga,” ujar Agung.
Hingga saat ini, pihak Angkasa Pura dan salah satu maskapai penerbangan belum memberikan konfirmasi terkait kendala pendaratan pesawat dan antisipasi risiko kecelakaan udara pada periode Natal dan Tahun Baru.