Tindakan koboi jalanan menjadi realitas yang sering dihadapi di metropolitan. Jalanan dijadikan segelintir orang sebagai arena kompetisi untuk menunjukkan kehebatan, kekuatan, dan kekuasaan.
Oleh
STEFANUS ATO
·5 menit baca
KOMPAS/STEFANUS ATO
Reynold Lumintang (33) menunjukkan bekas goresan pada mobil Terios miliknya, yang terparkir di sekitar Kantor Polsek Kelapa Gading, Jakarta Utara, pada Senin (26/12/2022) sore.
Hanya dengan modal kendaraan mewah dan berpelat khusus, segilintir orang kerap bertindak semena-mena di jalanan. Jalanan di metropolitan pun digunakan sebagai arena pamer kehebatan, kekuatan, bahkan kekuasaan yang bisa berujung penyesalan lantaran merugikan diri sendiri dan pengendara lain.
Pada Minggu (25/12/2022) malam, Reynold Lumintang (33) bersama keluarga usai merayakan sukacita Natal bersama keluarga besar di Cibubur, Jakarta Timur, mereka mengendarai mobil Daihatsu Terios dan meluncur kembali ke rumahnya di Penggilingan, Cakung, Jaktim. Pada pukul 21.05, saat Reynold tiba di jalanan sekitar Mall Of Indonesia, lalu lintas di jalan tersebut sedang padat.
"Di situ, ada sedikit serobot menyerobot. Saya di jalur kedua dan ada kendaraan Mitsubishi Pajero berusaha untuk menyerobot jalan saya," kata Reynold, saat ditemui di Kantor Kepolisian Sektor Kelapa Gading, Jakarta Utara, Senin (26/12/2022) siang.
Pengemudi Pajero dengan nomor polisi B 1690 QH berniat mendahului, namun masih tak diberi jalan karena lalu lintas saat itu macet. Yang bersangkutan rupanya tersinggung alias tidak senang. Pengemudi Pajero itu kemudian menyalakan lampu dim berulang-ulang.
Kendaraan dengan plat khusus itu terus membuntuti mobil Terios yang dikemudikan Reynold. Saat mobil Reynold mengarah ke kiri, mobil Pajero itu ikut kiri. Begitu pula sebaliknya hingga terjadi saling kejar-kejaran.
Puncaknya, saat tiba di bundaran Jalan Boulevard Kelapa Gading, Jakarta Utara, mobil Terios milik Reynold harus melambat karena lalu lintas kian macet. Seorang lelaki yang berusia sekitar 50-an tahun kemudian turun dari kendaraan Pajero yang dia kemudikan.
Lelaki itu mendatangi Reynold dan terlibat adu mulut sembari menodongkan sebuah benda mirip senjata tajam ke arah Reynold dan keluarga. Di dalam kendaraan itu, terdapat istri, anak yang masih bayi, ayah, dan adik kandung dari Reynold.
KOMPAS/AGUIDO ADRI
Sopir angkot Jak 61 berhenti di bawah stasiun LRT Boulevard Utara Kelapa Gading. Integrasi antarmoda seperti angkot menjadi urat nadi transportasi massal.
"Anak saya masih kecil dan istri saya takut. Dia juga menodongkan (benda diduga senjata tajam) dari arah duduk istri dan anak saya," katanya.
Diproses atau tidak, paling tidak kami tahu dulu maksud dan tujuan dia menodongkan pisau. Saya juga mengalami kerugian material dan kerugian psikis untuk anak saya
Saat terjadi cekcok mulut dan penodongan itu, salah satu keluarga Reynold merekam kejadian tersebut. Hal itu membuat pengemudi Pajero kembali ke kendaraannya. Namun, usai kembali ke mobilnya, pengemudi Pajero itu berulang kali menabrak dan menyerempet kendaraan Reynold. Akibatnya, sisi kiri kendaraan Terios tersebut lecet dan penyok.
"Setelah penabrakan itu, saya langsung pergi. Kondisi saat itu memang lagi ramai, jadi saya tidak mau memperpanjang masalah. Tetapi, pengemudi ini di akhir usai menabrak, masih menyalakan lampu strobo," katanya.
Lapor polisi
Usai kejadian tersebut, Reynold pada Senin siang, mendatangi Kantor Kepolisian Sektor Kelapa Gading dan membuat laporan polisi. Dia melaporkan peristiwa itu dengan harapan polisi segera mengidentifikasi pengemudi mobil Pajero itu.
"Diproses atau tidak, paling tidak kami tahu dulu maksud dan tujuan dia menodongkan pisau. Saya juga mengalami kerugian material dan kerugian psikis untuk anak saya," tuturnya.
Kepala Polsek Kelapa Gading Komisaris Vokky Sagala, saat ditemui pada Senin sore, masih belum berkomentar terkait insiden yang viral di media sosial dan telah dilaporkan ke polisi itu. Sementara itu, Kepala Satuan Lalu Lintas Kepolisian Resor Metro Jakarta Utara Komisaris Edi Purwanto, saat dihubungi terpisah, hanya menjawab singkat.
"Kami masih mencari informasi," kata Edi, pada Senin pagi.
WILLY MEDI CHRISTIAN NABABAN
Ilustrasi. Theo menunjukkan senjata tajam yang dijual di grup media sosial, Jumat (4/11/2022).
Kasus kekerasan di jalan raya di Ibu Kota, sebenarnya terjadi berulang. Sebelumnya, pada 8 Desember 2022, keributan berujung penodongan benda diduga senjata api (pistol) juga terjadi antara sesama pengemudi di depan gerbang masuk Grand Pakubuwono Terrace, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.
Pihak kepolisian kemudian memastikan kalau pelaku berinisial AP hanya seorang pekerja swasta atau bukan anggota Polri. Kepolisian Sektor Kebayoran Lama masih menyelidiki senjata yang digunakan AP.
"Untuk yang diduga menyerupai senjata api (api) juga masih kami dalami," kata Kapolsek Kebayoran Lama Komisaris Widya Agustiono, seperti dikutip dari Kompas.com.
Kasus lain, di Tol Jagorawi, pada 18 September 2022, tindakan koboi-koboian di jalanan juga tersaji melalui video viral dua mobil hitam di lajur kanan Jalan Tol Jagorawi arah Jakarta. Upaya pengemudi saling mendahului itu berakhir setelah salah satu pengemudi menurunkan kaca mobil dan menodongkan senjata api ke pengemudi lainnya.
Belakangan diketahui pengemudi yang menodongkan senjata api ialah anggota TNI berpangkat kapten. Dia mengendarai mobil dinas Kementerian Pertahanan dalam aksi koboi-koboian tersebut, (Kompas.id, 21/9/2022).
Tontonan koboi jalan itu membuka kembali memori lama video di laman Youtube yang berjudul ”Koboy Palmerah”. Video berdurasi 1 menit 59 detik ini merekam pengemudi mobil berpelat nomor dinas TNI 1394-00 berdebat dengan pengendara sepeda motor karena senggolan di Jalan Tentara Pelajar, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Senin (30/4/2022).
KOMPAS/WAWAN H PRABOWO (WAK)
Pengendara dari arah Senayan menuju Cawang terjebak kemacetan di Jalan Gatoto Subroto, Jakarta, saat jam pulang kerja, Senin (8/6/2020).
Pria berpakaian kemeja putih dan bercelana panjang warna krem itu juga terlihat menenteng benda menyerupai senjata api. Sempat terdengar pula bunyi seperti tembakan. Dia tampak beberapa kali memukul pengendara motor dengan sebuah tongkat. Pukulan itu mengenai helm yang masih dikenakan pengendara motor (Kompas, 2 Mei 2022).
Ada yang perlu lebih sangat serius dipikirkan pemerintah. Sampai kapan negara memfasilitasi kendaraan-kendaraan pribadi tanpa pernah berpikir holistik
Pamer kehebatan
Menurut Sosiolog Universitas Gadjah Mada Abe Widyanta, tindakan koboi jalanan merupakan realitas yang sering dihadapi di Kota Metropolitan. Jalanan dijadikan segelintir orang sebagai arena kompetisi untuk menunjukkan kehebatan, kekuatan, dan kekuasaan.
"Ini menunjukkan bahwa jalanan seperti arena pertarungan kuasa antara orang-orang yang merasa itu adalah jalannya sendiri. Merasa itu adalah akses yang layak untuk dia dapatkan tanpa perlu memperdulikan orang lain," kata Abe, saat dihubungi dari Jakarta, pada Senin sore.
Pertarungan kuasa itu merupakan realitas sosiologis yang perlu dilihat dari berbagai dimensi. Kekerasan di jalanan merupakan wujud arogansi dari indvidu tertentu yang merasa memiliki kekuatan dan hak lebih dibandingkan yang lain.
Perilaku ini menunjukkan kalau individu yang sering bertindak bak koboi di jalan tidak memiliki etika publik atau etika hidup bersama. Perilaku ini jadi cerminan kalau etika hidup bersama warga perkotaan semakin pudar, luntur, atau merosot.
Pengendara terjebak kemacetan parah di Jalan Gatot Subroto, Senayan, Jakarta, Kamis (23/5/2019). Penumpukan kendaraan di kawasan tersebut terjadi akibat penutupan di Jalan Gatot Subroto dan Jalan Gelora yang menjadi akses menuju Kompleks Parlemen, Senayan., terkait aksi demo kemarin Rabu (22/5/2019).
"Dan memang ikatan-ikatan hidup bersama (akhirnya) kehilangan dimensi-dimensi etisnya. Sebab, semua warga negara berhak mendapat akses jalan dengan kondisi jalan yang makin kecil, kendaraan makin berlimpah, makin banyak," katanya.
Abe menilai, munculnya perilaku koboi di jalanan Ibu Kota tak sekadar karena faktor emosional dan arogansi. Ada persoalan mendasar yang belum kunjung selesai hingga hari ini, yakni ketersediaan transportasi publik yang merata dan menjangkau seluruh lapisan masyarakat.
"Ada yang perlu lebih sangat serius dipikirkan pemerintah. Sampai kapan negara memfasilitasi kendaraan-kendaraan pribadi tanpa pernah berpikir holistik," katanya.