Para Penyintas Kebakaran Menantikan Kepastian Hunian
Dari awal tahun hingga 19 Desember 2022, tercatat ada 1.673 kasus kebakaran dengan nilai kerugian total ditaksir mencapai Rp 217 miliar.
JAKARTA, KOMPAS — Para penyintas kebakaran masih menantikan kepastian hunian. Selama penantian tersebut, mereka memilih untuk mengontrak di tempat lain, menumpang di rumah tetangga, bahkan ada pula yang membangun hunian dengan modal seadanya.
Dari awal tahun hingga 19 Desember 2022, Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Provinsi DKI Jakarta mencatat ada 1.673 kasus kebakaran dengan nilai kerugian total ditaksir mencapai Rp 217 miliar.
Pantauan Kompas di RT 006 RW 008 Kelurahan Sukabumi Selatan, Kecamatan Kebon Jeruk, Jakarta Barat, Kamis (22/12/2022), masih terlihat petak-petak dan puing-puing bangunan bekas kebakaran. Padahal, musibah yang mengakibatkan sedikitnya 41 bangunan lapak kayu dan belasan rumah semipermanen itu telah terjadi lebih dari satu bulan, tepatnya pada akhir Oktober lalu.
Yana (44), penyintas kebakaran, telah mengontrak bersama orangtuanya di kawasan tersebut sejak dirinya masih kecil. Pasca-kejadian, Yana memilih pindah ke kontrakan yang tidak jauh dari kontrakan lamanya itu. Meski besaran sewa kontrakan jauh lebih mahal hingga 10 kali lipat, Yana tidak ada pilihan lain.
”Kontrakan yang sekarang Rp 500.000 per bulan. Sebelumnya, hanya bayar sewa tanah per tahun Rp 600.000 dan bangun rumah sendiri. Mau bagaimana lagi, itu juga tanahnya bersengketa,” ujar Yana.
Sebagai pengojek daring dan buruh harian lepas, penghasilan Yana per bulan sekitar Rp 1,2 juta. Meski sudah tidak tinggal di RT 006, Yana sering datang ke tempat masa kecilnya itu. Adapun bantuan Rp 800.000 dari donasi yang dikumpulkan pengurus wilayah setempat menjadi modal awal Yana tinggal di kontrakannya yang baru.
Di antara puluhan bangunan yang hangus terbakar, hanya belasan bangunan yang memiliki surat bukti kepemilikan tanah. Selebihnya, bangunan-bangunan tersebut merupakan tanah garapan. Salah satu tanah yang bersurat itu milik Muin (45).
Sampai saat ini, Muin beserta keluarganya masih mengungsi di rumah tetangganya. Saat kejadian, rumah yang kala itu tengah direnovasi menggunakan pinjaman kredit usaha rakyat tersebut dalam waktu sekejap habis dilalap si jago merah.
Saya baru ambil pinjaman Rp 25 juta untuk renovasi warung dan bikin kontrakan. Padahal, tinggal dua bulan lagi lunas. Namanya musibah, tidak ada yang tahu, bisa terjadi kapan saja.
”Saya baru ambil pinjaman Rp 25 juta untuk renovasi warung dan bikin kontrakan. Padahal, tinggal dua bulan lagi lunas. Namanya musibah, tidak ada yang tahu, bisa terjadi kapan saja,” kata Muin.
Bersama dengan istri, mertua, dan ketiga anaknya, Muin diterima oleh tetangga yang rumahnya berjarak sekitar 50 meter dari lokasi rumah lama Muin. Meski harapan Muin pada warung dan kontrakannya kandas, ia tetap berusaha mencari pemasukan dengan berjualan sayuran.
Dengan bantuan uang tunai dari bank dan wilayah setempat sebesar Rp 4,5 juta, Muin bersama istrinya bisa melunasi cicilan kreditnya. Selain itu, dengan bantuan tersebut, mereka juga dapat kembali berjualan sayuran di pos ronda setiap pagi. Pada siang hari, lapak tersebut digeser di rumah tempat Muin beserta keluarganya menumpang. Sayur dagangan Muin digantungkan di pagar besi di teras depan rumah itu.
”Lumayan ada pemasukan. Satu hari omzetnya bisa sampai Rp 700.000. Untungnya paling Rp 70.000, itu buat jajan anak. Kalau dulu di warung sebelum kebakaran pendapatan bisa dua kali lipatnya,” ujar Muin sembari melayani pembeli.
Sekretaris RT 006 RW 008 Kelurahan Sukabumi Selatan Iqbal Qodri menyampaikan, hanya Muin dan keluarganya selaku pemilik sah tanah yang masih menanti kepastian hunian. Keempat warga lain, lanjut Iqbal, memilih untuk mengontrak sementara di tempat lain sembari menunggu bantuan.
Baca juga : Warga Tunggu Bantuan dan Kepastian Hunian
”Lima warga itu sudah kami buatkan pengantar dan berkas-berkas persyaratan untuk mengajukan bantuan. Berkas sudah kami serahkan ke Kelurahan Sukabumi Selatan,” ujar Iqbal.
Lurah Sukabumi Selatan Abdul Rosid mengatakan, pihaknya telah menerima berkas pengajuan bantuan dari RT 006 RW 008 tersebut. Selanjutnya, berkas tersebut juga telah diserahkan kepada Badan Amil Zakat Nasional atau Baznas (Bazis) DKI Jakarta.
”Sudah kami serahkan sekitar dua minggu pasca-kebakaran. Tinggal menunggu proses dari Bazis,” kata Abdul.
Sekitar 11 kilometer dari lokasi kebakaran di Sukabumi Selatan, warga RT 004 RW 001 Kelurahan Pegangsaan, Kecamatan Menteng, Jakarta Pusat, juga masih menantikan kepastian hunian. Kebakaran yang terjadi pada Selasa (7/9/2022) di permukiman padat penduduk itu mengakibatkan 41 lapak pedagang dan 16 rumah warga hangus terbakar.
Berbeda dengan lokasi sebelumnya, sebagian besar warga di Jalan Cikini Kramat tersebut telah membangun kembali huniannya. Kamsiatum (37), penyintas kebakaran, memilih membangun kembali rumahnya karena bantuan dari pemerintah untuk itu tidak kunjung datang.
”Bangun pakai uang tabungan pribadi, uang donasi warga sebesar Rp 4,8 juta, dan uang pinjaman. Totalnya sudah habis Rp 10 juta. Baru sekitar satu bulan ini mulai bangun rumah,” ujar Kamsiatum yang sehari-hari bekerja sebagai pengojek daring.
Di rumah berukuran 3 meter x 4 meter tersebut, Kamsiatum tinggal bersama suami dan satu anaknya. Rumah itu merupakan peninggalan orangtua suami Kamsiatum.
Dengan modal seadanya, suami Kamsiatum membangun rumahnya sendiri. Kamsiatum masih berharap pemerintah dapat meringankan bebannya dalam membangun rumah tersebut.
”Kondisinya begini. Masih belum selesai, yang penting ada tempat untuk tinggal walaupun berbeda dengan sebelumnya. Dulu tingkat, bawah untuk dapur dan ruang tamu, yang atas untuk kamar," tutur Kamsiatum.
Berkaitan dengan para penyintas kebakaran, model dan jumlah santunan akan dipastikan setelah pertemuan dan koordinasi dengan pemerintah setempat.
Ketua RT 004 RW 001 Kelurahan Pegangsaan Achmad Yani, mengatakan, bantuan berupa kebutuhan dasar yang diterima warga berasal dari berbagai pihak seperti karang taruna, organisasi masyarakat, anggota partai, dan pemerintah setempat. Bantuan berupa uang tunai, lanjut Achmad, berasal dari dana yang dihimpun oleh warga sekitar.
"Jumlah dana yang telah dikumpulkan saat itu berjumlah sekitar Rp 250 juta. Itu bukan dari pemerintah. Uang itu sudah dibagikan kepada warga terdampak untuk membangun rumahnya kembali," kata Achmad.
Achmad menambahkan, status tanah bangunan yang terbakar itu merupakan tanah garapan. Walakin, rata-rata warga telah tinggal di wilayah tersebut selama puluhan tahun.
Dihubungi secara terpisah, Wakil Ketua II Bidang Distribusi dan Pendayagunaan Bazis Saat Suharto Amjad menyampaikan, santunan akan diberikan kepada semua penyintas yang terverifikasi oleh kelurahan. Setelah dilakukan verifikasi, lanjut Saat, proses pengajuan santunan baru dapat berjalan.
"Berkaitan dengan para penyintas kebakaran, model dan jumlah santunan akan dipastikan setelah pertemuan dan koordinasi dengan pemerintah setempat," kata Saat.
Terkait penyintas di Kelurahan Pegangsaan, Saat menambahkan, sebagian santunan akan mulai di sampaikan minggu depan. Sementara terkait kebakaran di wilayah Sukabumi Selatan, Saat menyebut, pihaknya masih melakukan koordinasi.
"Baru santunan ya, kita belum membicarakan mengenai bedah kawasan. Lalu, kalau kebakaran di wilayah Sukabumi Selatan, kami belum menerima berkasnya dan akan diverifikasi besok (Jumat)," tutur Saat.
Adapun terkait bedah kawasan, Bazis akan melakukan asesmen untuk memastikan legalitas status tanah terlebih dahulu. Selanjutnya, partisipasi dan kesiapan warga juga dibutuhkan dalam proses bedah kawasan.
"Selain legalitas, biasanya juga kesiapan para penyintas dan partisipasi. Mereka mau menghidupkan kembali kampung dalam bentuk desain yang partisipatif," ujar Saat (Kompas.id, 19/12/2022).
Baca juga: Penyintas Kebakaran di Manggarai Dapat Layanan Administrasi Publik Pemprov DKI