Taman Baca Masyarakat Pendongkrak Tingkat Literasi Warga Jakarta
Pada tahun 2022, nilai tingkat kegemaran membaca DKI Jakarta mencapai 72,36 persen. Angka tersebut meningkat 0,05 persen dari tahun sebelumnya, yakni 72,31 persen.
Oleh
Agustinus Yoga Primantoro
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Keberadaan Taman Baca Masyarakat atau TBM merupakan salah satu penyumbang keberaksaraan masyarakat di DKI Jakarta. Selain membuka akses kepada masyarakat terhadap informasi melalui berbagai buku, TBM juga menjadi ruang bermain anak dan sarana berkembangnya anak.
Sekitar belasan anak tengah belajar bersama di TBM Kampung Buku, Kelurahan Cibubur, Kecamatan Ciracas, Jakarta Timur, Rabu (21/12/2022). Pembelajaran tersebut dibungkus dalam berbagai permainan, seperti tebak-tebakan, kuis, mewarnai, menulis catatan pribadi, dan sebagainya.
Edi Dimyati (44), pendiri TBM Kampung Buku, menceritakan, pada mulanya, ia hanya ingin berbagi koleksi buku pribadinya kepada masyarakat. Kemudian, bantuan dan dukungan dari berbagai pihak turut serta dalam membangun TBM tersebut.
"Sejak kecil, cita-cita saya adalah mempunyai perpustakaan pribadi. Pada tahun 2010, saya membangun tempat ini setelah diberikan tanah. Lalu, pada 2017 saya meninggalkan pekerjaan supaya lebih leluasa dan fokus pada yang saya minati," ujar Edi.
Saat ini, TBM Kampung Buku memiliki sekitar 4.500 koleksi buku dari berbagai bidang, seperti psikologi, sejarah, buku anak, komik, dan sebagainya. Buku-buku tersebut tersusun rapi di atas rak di ruang perpustakaan taman baca yang luasnya sekitar 115 meter persegi.
Berdasarkan catatan peminjaman, terhitung lebih dari 50 orang, sedang meminjam buku-buku dari perpustakaan tersebut. Masing-masing orang rata-rata meminjam lebih dari satu buku.
"Kartu peminjaman sekarang sudah habis karena banyak yang meminjam. Ada juga itu satu keluarga mulai dari ayah, ibu, anak, semua pinjam buku. Kebanyakan yang pinjam di sini anak-anak," kata Edi.
Menurut Edi, proses pengenalan keberaksaraan kepada anak tidak bisa dilakukan secara instan. Dalam memperkenalkan buku dan membaca, Edi terlebih dahulu mendekatkan diri dengan anak-anak melalui permainan dan berbagai kegiatan yang dekat dengan anak-anak.
"Pertama saya ajak anak-anak bermain, seperti permainan kata, tebak-tebakan, menggambar, bermain yoyo, dan lain sebagainya. Ketika sudah dekat dengan anak, dengan sendirinya mereka nanti akan penasaran dengan buku-buku yang berjajar ini," ujar Edi.
Selain menyediakan berbagai macam buku, TBM Kampung Buku turut memfasilitasi pembelajaran kepada anak-anak. Pembelajaran tersebut dilakukan dengan menggandeng salah satu organisasi nirlaba, yakni Ruang Aksara.
Yeshi Destiana (24), pengajar dari Ruang Aksara, menyampaikan, anak-anak tampak antusias menerima pembelajaran. Selama tiga minggu, lanjut Yeshi, pelajaran yang diberikan antara lain, Matematika, Bahasa Indonesia, IPA, dan PKN.
Tentu sangat membantu anak saya dalam membaca dan menulis karena anak saya yang satu masih Taman Kanak-kanak (TK) dan yang satu baru akan masuk TK. Apalagi, saya sering pulang malam dan istri saya sibuk mengurus anak saya yang bungsu sehingga tidak ada yang mengajari anak saya.
"Lebih banyak pelajaran matematika untuk materi dasar. Sekarang ini pembelajaran dilakukan dengan pendekatan dua arah atau mengobrol karena anak-anak lebih suka dan sistem ajarnya memang didesain semenyenangkan mungkin," kata Yeshi, yang merupakan lulusan Pendidikan Fisika Universitas Indraprasta PGRI.
Yeshi menambahkan, perbedaan usia dan kelas menjadi tantangan tersendiri dalam memberikan materi pada anak-anak. Walakin, Yeshi menyiasatinya dengan membagi anak-anak dalam kelompok berdasarkan kemampuannya.
"Ada perubahan yang saya rasakan selama mengajar, seperti kemampuan membaca, menulis, dan menghitung. Lalu, ada juga yang menjadi termotivasi belajar dan suka membaca karena melihat temannya. Dari awalnya tidak suka membaca, perlahan muncul minat baca karena sering liat buku-buku di sini," ujar Yeshi.
Pembelajaran tersebut rupanya mendapat respons positif dari para orangtua. Yunianto (39), warga RT 012 RW 005 Kelurahan Cibubur, merasa terbantu dengan adanya pembelajaran untuk anaknya. Sudah sekitar enam bulan kedua anaknya terlibat dalam berbagai kegiatan di TBM Kampung Buku.
"Tentu sangat membantu anak saya dalam membaca dan menulis karena anak saya yang satu masih Taman Kanak-kanak (TK) dan yang satu baru akan masuk TK. Apalagi, saya sering pulang malam dan istri saya sibuk mengurus anak saya yang bungsu sehingga tidak ada yang mengajari anak saya," kata Yunianto.
Sebagai buruh bangunan harian lepas, Yunianto kerap mengambil pekerjaan tambahan untuk menambah penghasilan. Dengan adanya TBM tersebut, Yunianto merasa senang karena anaknya selalu membaca dua buku yang dipinjamnya dari TBM Kampung Buku.
Penambahan
Ketua Forum Taman Baca Masyarakat (FTBM) DKI Jakarta Yudy Hartanto mengatakan, keberadaan TBM di DKI Jakarta sebagai sarana penunjang keberaksaraan dianggap perlu ditambah. Idealnya, menurut Yudy, di setiap kelurahan terdapat satu TBM atau berarti butuh 267 TBM sesuai jumlah kelurahan di Jakarta.
"Berdasarkan keaktifannya, terdapat 70 TBM yang terdaftar dalam FTBM. Jika melihat jumlah kelurahan yang ada di DKI Jakarta, TBM masih perlu ditambah lagi. Memang di Ruang Terbuka Ramah Anak masing-masing wilayah terdapat perpustakaan milik pemerintah tapi tidak RPTRA punya perpustakaan," kata Yudy.
Menurut Yudy, TBM harus bisa menjadi agen perubahan melalui gerakan keberaksaraan. Selain itu, Yudy juga berharap ada kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat dalam pengembangan keberaksaraan, yakni dengan membuat regulasi terkait ketentuan TBM di masing-masing wilayah.
"Pemerintah, baik melalui gubernur maupun dinas terkait tentu mempunyai kewenangan untuk menetapkan regulasi penambahan TBM. Keberadaan TBM sangat penting bagi generasi penerus, misalnya dalam hal literasi digital. Dengan literasi digital, generasi penerus dapat memilah informasi di tengah era banjir informasi," kata Yudy.
Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Dispusip) DKI Jakarta Wahyu Haryadi mengatakan, TBM merupakan sarana keberaksaraan yang berasal dari inisiatif masyarakat. Maka, jumlah TBM, menurut Yanto, ditentukan dengan kesadaran masyarakat.
"Semakin banyak TBM tentu semakin baik. Kami tentu akan selalu mendukung dengan memberi bantuan berupa buku-buku serta rak buku," ujar Suryanto.
Wahyu menyebut, Dispusip DKI Jakarta memiliki program 'Baca Jakarta' yang sudah dimulai sejak tahun 2019. Sempat vakum selama masa pandemi, gerakan tersebut kembali diadakan tahun 2022. Gerakan 'Baca Jakarta', lanjut Suryanto, merupakan kegiatan membaca selama 30 hari dalam kurun waktu tiga bulan sekali.
"Pemerintah melaksanakan program tersebut agar timbul minat baca di masyarakat. Dari minat tersebut, kemudian akan menjadi kebiasaan hingga berlanjut menjadi kebudayaan. Jadi, untuk sampai menjadi kebudayaan baca, prosesnya bertahap," ujar Wahyu.