Kelompok Rentan Penyintas Kebakaran di Manggarai Membutuhkan Bantuan
Bantuan kepada penyintas kebakaran terus berdatangan dari sejumlah pihak. Walakin, kebutuhan kelompok rentan, seperti anak-anak dan perempuan, belum tercukupi.
Oleh
Agustinus Yoga Primantoro
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sekitar 230 warga RT 011 RW 001 Kelurahan Manggarai, Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan, kehilangan tempat tinggal akibat kebakaran. Meski telah menerima berbagai macam bantuan, mereka masih membutuhkan bantuan berupa perlengkapan memasak, perlengkapan sekolah, seragam sekolah, pakaian baru, kasur busa, serta obat-obatan.
Pantauan pada Minggu (18/12/2022), sejumlah warga tengah membersihkan puing-puing bangunan rumah semipermanen yang hangus terbakar. Mereka turut mengumpulkan sisa-sisa barang yang masih laku dijual, antara lain seng, besi, dan perabotan-perabotan rumah tangga lainnya.
Sebelumnya, Sabtu (17/12/2022) sore, sekitar 14 rumah induk, yang di dalamnya terdapat 59 bilik kontrakan, hangus dilalap si jago merah. Api diduga berasal dari sambaran petir. Lalu, kobaran api kian membesar akibat angin kencang. Meski sementara tidak ada korban jiwa, nilai kerugian atas kejadian tersebut ditaksir mencapai Rp 1,5 miliar.
Dewi (30), warga RT 011 RW 001 Kelurahan Manggarai, yang tempat tinggalnya turut terbakar, mengatakan, selama delapan tahun mengontrak di bilik berukuran 3 meter x 2,5 meter, kebakaran belum pernah terjadi sebelumnya. ”Bantuan sudah ada dari kemarin malam, seperti selimut, handuk, sabun, makanan, dan obat-obatan. Ada yang dapat, ada yang belum dapat, terutama pakaian dalam,” ujarnya.
Ketua RW 001 Kelurahan Manggarai Prihatin Budi Santoso menyebutkan, bantuan berasal dari TNI, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta, Baznas, serta Dinas Sosial DKI Jakarta. Bantuan yang telah dibagikan, lanjut Prihatin, berupa makanan siap saji tiga kali sehari sebanyak 250 kotak, perlengkapan tidur, handuk, sabun, selimut, dan sebagainya.
”Kalau baju dan celana yang layak pakai rata-rata dari warga sekitar saja. Tanggap darurat biasanya, kan, tujuh hari. Nanti kita lihat tujuh hari ke depan bagaimana,” ujarnya.
Sejauh ini masih didata jumlah anak dan warga lansia penyintas kebakaran. Bantuan bagi anak diberikan berupa baju sekolah dan sepatu sekolah. Adapun warga lansia mendapat bantuan popok sekali pakai.
”Hari ini sedang didata, besok harus diserahkan. Anak-anak sekolah ada yang SD, SMP, SMA, total 20 sampai 25 orang. Kalau popok sekali pakai khusus lansia cukup karena lansia hanya 10 sampai 15 orang,” tutur Prihatin.
Sekitar 200 meter dari lokasi kejadian, yakni di Sarana Krida Karang Taruna Kelurahan Manggarai, sejumlah 53 keluarga mengungsi di sebuah ruangan berukuran kira-kira 7 meter x 14 meter. Terlihat sekitar 20 kasur busa berukuran 1 meter x 1,5 meter berjajar.
Di antara mereka, Diah (52), penyintas yang mengontrak, tengah melipat baju. Ia hanya bisa pasrah menghadapi keadaan saat ini. Diah dan anaknya tinggal di kontrakan tersebut baru tiga bulan. Ia pindah dari kontrakan sebelumnya karena terdampak banjir.
Rasanya sedih karena barang-barang peninggalan Ibu, seperti baju, sudah tidak ada lagi. Setelah ini, saya berencana pindah dari wilayah Manggarai. Rasanya saya takut.
”Barang-barang seperti perabotan dapur, pakaian, terbakar semua. Yang selamat hanya surat-surat, dokumen penting. Rencananya, kami akan pindah ke Bekasi saja setelah semua urusan di pengungsian ini selesai,” ujar Diah.
Kiki (18), penyintas yang mengontrak, mengatakan, sewaktu kejadian, dirinya tengah bekerja di sebuah restoran. Mendengar kabar insiden kebakaran dari rekannya, ia langsung pulang ke kontrakannya.
”Saya langsung naik ke atas berusaha ambil dokumen-dokumen penting. Api sudah sampai di tangga, tapi saya terjang demi surat-surat penting,” kata Kiki.
Selama tiga tahun tinggal di kontrakan tersebut, Kiki hanya tinggal bersama kakak dan adiknya. Kiki menyampaikan, ayahnya sudah tidak ada sejak dirinya masih kecil, sementara ibunya meninggal dua tahun silam.
”Rasanya sedih karena barang-barang peninggalan Ibu, seperti baju, sudah tidak ada lagi. Setelah ini, saya berencana pindah dari wilayah Manggarai. Rasanya saya takut,” ujar Kiki.
Suparno (58), penyintas lainnya, mengatakan, saat kejadian, dirinya tengah berteduh dari hujan di sebuah warung dekat rumah. Pakaian, surat-surat, uang tunai titipan orang lain, dan semua barang yang ada di rumah hangus terbakar.
Suparno yang cukup lama mengontrak di sana kini hanya ingin fokus untuk mencari barang-barang yang masih bisa dijual, seperti rongsokan perabotan. Total kerugian yang dialaminya hampir Rp 10 juta.
”Waktu itu TV beserta STB-nya baru tiga hari dibeli. Ada juga speaker yang belum sempat dicoba. Lalu, uang tunai titipan teman ada sekitar Rp 5 juta hangus terbakar. Soal ganti ruginya, dapat ya syukur, kalau tidak namanya juga musibah,” kata Suparno yang sehari-hari bekerja sebagai penjual barang bekas.
Terkait bantuan, ia menyampaikan masih membutuhkan bantuan pakaian. Sampai sekarang, istrinya hanya mengenakan daster yang dikenakan saat kejadian. Selain itu, masih ada warga yang belum mendapatkannya.