Pembangunan D-Wall Stasiun Kota “Gerbang Batavia” Dimulai
Pembangunan paket kontrak 203 Fase 2A MRT Jakarta terus berlangsung. Salah satunya ditandai pembangunan dinding bawah tanah atau D-Wall Stasiun Kota mulai pekan ini yang butuh 173 hari untuk menyelesaikannya.
Oleh
HELENA FRANSISCA NABABAN
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - PT MRT Jakarta kini mulai membangun diaphragm wall atau biasa dikenal sebagai D-Wall Stasiun Kota. Dengan lokasi pembangunan yang dekat dengan area permukiman dan aktivitas warga, tim kontraktor mesti memastikan pembangunan tidak menimbulkan dampak bagi sekitarnya.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Divisi Sekretaris PT MRT Jakarta (Perseroda) Rendi Alhial, Jumat (16/12/2023) menerangkan, Diaphragm Wall atau biasa disingkat D-Wall adalah dinding penahan tanah (retaining wall) yang sekaligus berfungsi sebagai dinding bangunan di bawah tanah, dalam hal ini dinding stasiun bawah tanah MRT Jakarta.
Rencananya, pembangunan D-Wall tersebut membutuhkan waktu sekitar 173 hari. Ada sekitar 134 panel dinding yang akan dibangun hingga kedalaman 30 meter. Satu panel memiliki panjang hingga enam meter dengan ketebalan mencapai 1,2 - 1,5 meter.
Dijelaskan Rendi, meskipun pembangunan D-Wall merupakan bagian dari pekerjaan dalam pembangunan stasiun bawah tanah, ada yang berbeda dari pembangunan D-Wall Stasiun Kota. Lokasi pembangunan yang berdekatan dengan area permukiman dan aktivitas warga adalah tantangan utama di sini.
Diketahui, jarak penggalian dan bangunan di sekitarnya bahkan kurang dari dua meter. Kemudian terdapat sekitar 100 bangunan yang berada di sekitar area proyek pembangunan Stasiun Kota.
Tim konstruksi PT MRT Jakarta (Perseroda) dan kontraktor melakukan sosialisasi satu per satu. Baik kepada para penghuni, pemilik, atau pengelola bangunan tersebut.
Selain sosialisasi dan pendekatan langsung, secara teknis, tim konstruksi juga melakukan inject soil improvement dan pre-construction survey terhadap seluruh bangunan tersebut. Hal itu dilakukan untuk memastikan agar proses pembangunan tidak menimbulkan dampak buruk terhadap bangunan di sekitar area proyek.
Setelah D-Wall terbangun, pada saat proses penggalian tanah untuk membangun stasiun, tim konstruksi juga telah menyiapkan mekanisme mitigasi pemantauan pergerakan tanah dengan metode on-site visual. Mitigasinya adalah memasang lampu indikator di sepanjang area bangunan di sekitar lokasi proyek.
Dalam pembangunan fase 2A, MRT Jakarta bukan hanya membangun infrastruktur melainkan MRT juga terlibat dałam merevitalisasi kawasan dan koridor. (Silvia Halim)
Dalam perancangan MRT Jakarta, Stasiun Kota merupakan salah satu stasiun MRT Jakarta dengan desain yang indah bertema Gerbang Batavia. Direncanakan stasiun ini akan memiliki panjang sekitar 412 meter, lebar 20,6 meter, dan kedalaman 20,1 meter. Stasiun Kota akan terdiri dari tiga level, yaitu dua level beranda peron (concourse), dan satu peron (platform).
Muhammad Effendi, Direktur Operasi dan Pemeliharaan PT MRT Jakarta (Perseroda) dalam Forum Jurnalis MRT Jakarta, Selasa (6/12/2022) lalu menjelaskan, Stasiun Kota merupakan bagian dari pekerjaan paket kontrak (CP) 203 Fase 2A koridor selatan-utara Bundaran HI-Kota. Ada dua stasiun yang dibangun pada CP 203, yaitu Stasiun Glodok dan Stasiun Kota.
Untuk CP 203 dengan ditemukannya banyak obyek cagar budaya, di antaranya seperti rel trem, saluran air kuno (terakota), hingga jembatan glodok kota, membuat MRT Jakarta mesti berkoordinasi dengan pihak terkait untuk penanganan. Per 25 November 2023, kemajuan pekerjaan konstruksi CP 203 sudah mencapai 19,8 persen.
Untuk Stasiun Kota, dijelaskan Effendi, penanganan saluran air kuno (terakota) telah selesai dilakukan. Koordinasi terkait serah terima dengan dinas kebudayaan temuan saluran air terakota dan jembatan glodok kuno sedang dilakukan. Lalu ada proses pembebasan lahan untuk area entrance sisi selatan dan pekerjaan King Post telah selesai dilakukan.
Adapun untuk Stasiun Glodok, disebutkan Effendi, pekerjaan Diaphragm Wall telah selesai dilakukan dengan progress 90 dari 90 panel atau sudah 100 persen. Lalu penanganan tanah terkontaminasi sedang dilakukan dengan progress volume 240,19 dari 1.250 meter kubik atau mencapai 19,22 persen.
Pekerjaan King Post, juga sedang dilakukan dengan progress 41 dari 70 titik atau mencapai 58 persen. Sementara penanganan air tanah terkontaminasi dengan metode ISCO sedang berlangsung.
Belajar dari fase 1 dimana secara fisik hanya Stasiun Bundaran HI dan Stasiun ASEAN yang terkoneksi langsung dengan halte Transjakarta, nantinya di seluruh fase 2A stasiun-stasiun MRT Jakarta dirancang untuk terhubung langsung dengan halte-halte Transjakarta.
Di ujung Stasiun Kota, sebagai stasiun yang dibangun dekat dengan Stasiun KAI Commuter Beos, seperti yang dijelaskan Direktur Konstruksi PT MRT Jakarta (Perseroda) Silvia Halim secara terpisah, Stasiun Kota MRT Jakarta akan terintegrasi dengan Stasiun Beos. Ada plaza Beos yang meaghubungkan kedua stasiun itu. Integrasi disiapkan untuk memberikan aksesibilitas dan kemudahan transit pengguna transportasi publik.
Menurut Silvia, dalam pembangunan fase 2A, MRT Jakarta bukan hanya membangun infrastruktur melainkan MRT juga terlibat dałam merevitalisasi kawasan dan koridor. Sama seperti fase 1 yang menyediakan pedestrian yang lebar, saat selesai nanti, untuk fase 2A nanti MRT juga akan melengkapi dengan pedestrian yang lebar. Juga akan disediakan jalur sepeda serta titik drop off dan pick up atau pengantaran dan penjemputan penumpang.
Selain itu, karena selama pembangunan berlangsung, banyak ditemukan benda cagar budaya dan terduga cagar budaya, seperti saluran air kuno Batavia (terakota) dan rel trem kuno, di sisi utara stasiun akan disedikan galeri yang menampilkan benda-benda temuan arkeologi. Hal ini dilakukan sebagai bagian dari upaya pelestarian terhadap tinggalan sejarah Jakarta.