Wajah Baru Taman Kota Intan Diharapkan Berdampak pada Pedagang
Penampilan baru Taman Kota Intan kian menambah minat para pengunjung untuk datang ke Kota Tua. Namun, para pedagang masih belum menikmati hasil yang signifikan sebagai dampak dari bertambahnya jumlah pengunjung itu.
Oleh
Agustinus Yoga Primantoro
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Setelah direvitalisasi, Taman Kota Intan yang berada di kawasan Kota Tua, Jakarta, tampil dengan fasilitas baru, seperti bangku-bangku taman, trotoar selebar 5 meter, dan berbagai tanaman. Penampilan baru kawasan tersebut diharapkan mampu menarik jumlah pengunjung sehingga bisa meningkatkan pendapatan para pedagang di sana.
Sebelumnya, Anies Baswedan, kala menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta, meresmikan pembukaan kembali kawasan Kota Tua, Sabtu (10/9/2022). Sebagai cagar budaya, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta turut memperbaiki jalur pejalan kaki dan menetapkan sistem lalu lintas yang rendah emisi (Kompas.id, 11/9/2022).
Sejak pukul 10.00 hingga pukul 12.00, Senin (12/12/2022) kemarin, hanya beberapa orang yang lalu lalang di kawasan Taman Kota Intan. Menjelang sore, para pengunjung mulai berdatangan. Beberapa di antara mereka turut memanfaatkan ruang taman itu untuk berfoto, sedangkan yang lain duduk-duduk di bangku taman. Bahkan, terlihat pula beberapa sepeda motor ojek daring yang terparkir di area trotoar tersebut.
Miguel (58), wisatawan asal Spanyol, mengatakan, ini adalah pertama kali dia beserta keluarganya datang ke Indonesia. Menurut dia, trotoar di area Taman Kota Intan itu mirip dengan area trotoar di Spanyol. Selain itu, Miguel juga merasa takjub dengan desain bangku di tepi trotoar.
”Saya tidak bisa banyak berkomentar karena ini adalah pertama kalinya saya ke Indonesia. Tapi, trotoar ini menurut saya bagus karena mungkin masih baru. Mungkin trotoar di sini bisa jadi acuan trotoar di Jakarta,” katanya sembari menunjuk bangku taman yang baginya memiliki desain menarik.
Kepala Unit Pengelola Kawasan Kota Tua Dedi Tarmizi mengatakan, revitalisasi kawasan Taman Kota Intan sebagai bagian revitalisasi kawasan Kota Tua turut melibatkan Dinas Bina Marga DKI Jakarta dan Dinas Sumber Daya Air DKI Jakarta. Sementara UPK Kota Tua bertanggung jawab untuk keamanan dan pengelolaan kawasan.
”Kami memiliki sejumlah pos pengawas yang tersebar di sejumlah titik. Masing-masing pos ada penjaganya dan bertugas untuk memantau kawasan. Sejauh ini, situasinya kondusif,” kata Dedi.
Berdasarkan data yang dihimpun oleh UPK Kota Tua, jumlah pengunjung Kota Tua perlahan bertambah seiring dengan masa pemulihan pandemi. Sebelum pandemi, jumlah pengunjung yang terdiri dari wisatawan mancanegara dan domestik mencapai 5,9 juta orang pada tahun 2019.
Tidur di sini (bilik kios), saya tidak punya tempat tinggal di Jakarta. Selama dua bulan ini hanya bisa bersabar saja. Saya berharap ke depan bisa lebih ramai lagi, apalagi menjelang akhir tahun ini.
Saat pandemi, jumlah wisatawan merosot, yakni menjadi sekitar 1 juta orang pada tahun 2020 dan terus merosot menjadi 211.501 orang pada tahun 2021. Kini, jumlah wisatawan yang tercatat hingga November 2022 telah mencapai hampir 1,5 juta orang.
Sepi pembeli
Berjarak 200 meter dari kawasan tersebut, terdapat Lokasi Binaan (Lokbin) Pedagang Kaki Lima (PKL). Dari 456 bilik berukuran 2 meter x 2,5 meter, terhitung hanya sekitar 50 bilik yang menjajakan pakaian, pernak-pernik aksesori, hingga berbagai macam kuliner.
Sejumlah rombongan wisatawan yang menuju bus di area parkir tampak lewat begitu saja. Para pedagang di kawasan Lokbin itu pun tak pelak turut menawarkan dagangannya.
Daryo (64), pedagang kaki lima, mengatakan, sampai saat ini jumlah pengunjung yang datang ke warungnya masih relatif sedikit. Selama dua bulan berjualan di sana, Daryo tidak berpenghasilan.
”Prihatin dulu pokoknya. Omzet bulan lalu hanya Rp 5 juta. Itu masih nombok dan belum menutup modal. Selama dua bulan saya tidak memegang uang. Itu yang kosong saja pada jualan di luar,” katanya.
Usaha tersebut, lanjut Daryo, merupakan usaha yang dibangun bersama dengan rekannya. Setiap hari Daryo berjualan sejak pukul 09.00 hingga pukul 21.00. Seusai berjualan, Daryo beristirahat di bilik kios tersebut beralas kursi makan pengunjung berukuran 1 meter.
”Tidur di sini (bilik kios), saya tidak punya tempat tinggal di Jakarta. Selama dua bulan ini hanya bisa bersabar saja. Saya berharap ke depan bisa lebih ramai lagi, apalagi menjelang akhir tahun ini,” ujar Daryo.
Selanjutnya, Sahrial (58), pedagang pakaian, mengatakan, dagangannya ramai dibeli hanya pada hari-hari libur atau akhir pekan. Pedagang yang telah berjualan sejak 2017 itu setidaknya mampu meraih omzet Rp 600.000 per hari libur.
”Ramai pengunjung hanya pas liburan dan Sabtu-Minggu saja. Kalau hari biasa seperti ini, paling-paling dapat Rp 50.000 atau bahkan tidak ada yang beli sama sekali,” kata Sahrial.
Ia menambahkan, sebelum pandemi, sewa kios di kawasan tersebut ditetapkan sebesar Rp 120.000. Namun, semenjak pandemi, sewa kios dihapuskan dan baru akan ditetapkan lagi setelah Tahun Baru.
Kios Sahrial terletak di tempat yang cukup strategis. Setiap wisatawan yang akan menuju Kota Tua setelah turun dari bus akan melewati kiosnya. Oleh sebab itu, ia tetap bertahan di kios tersebut.
”Tapi kadang kalau tidak diarahin, wisatawan tidak lewat sini, lewatnya jalan lain. Selama ini enggak ada yang masuk (ke area PKL) sampai ke belakang. Saya berharap wisatawan bisa nambah terus,” ujarnya.
Sebelum dipindahkan ke area tersebut, Sahrial berjualan di kawasan sekitar Museum Fatahillah. Berbanding terbalik dengan saat ini, omzet Sahrial kala itu mampu mencapai Rp 1 juta-Rp 2 juta setiap hari.
Kepala Suku Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah Jakarta Barat Iqbal Idham Ramid mengatakan, semenjak revitalisasi Taman Kota Intan pada tahun 2018, pihaknya turut menyiapkan kawasan relokasi PKL, salah satunya di Lokbin Taman Intan. Namun, relokasi para PKL tersebut kurang mendapat respons positif dari sejumlah pedagang.
”Sebagian besar pedagang cenderung merasa nyaman berdagang di pinggir-pinggir jalan karena mereka ingin lebih dekat dengan pembelinya. Sebagian pedagang lainnya ada yang menempati relokasi di gedung-gedung lain, seperti gedung kantor pos, dan bekas gedung minimarket,” tuturnya.
Iqbal menambahkan, Lokbin PKL Taman Intan ditempatkan di dekat kantong parkir resmi milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta agar para pengunjung yang menuju ke Kota Tua bisa membeli dagangan para pedagang. Namun, lanjut Iqbal, penerapan satu pintu menuju Kota Tua belum maksimal sehingga para pedagang kurang terdampak secara signifikan atas kenaikan jumlah pengunjung.
”Masih ada kantong-kantong parkir yang tersebar di sekitar kawasan Kota Tua. Ini sedang dalam proses penataan bekerja sama dengan dinas terkait. Saat penataan itu terwujud, para pedagang bisa memenuhi wilayah relokasi yang kami siapkan,” kata Iqbal.