Fenomena Ikan Mabuk dan Bencana Nutrisi Berlebih di Teluk Jakarta
Pencemaran nitrogen kian menambah beban Teluk Jakarta. Nitrat yang masuk ke Teluk Jakarta mencapai sekitar 30,3 ton per hari. Ikan bisa mabuk, juga mati, karena nutrisi berlebih di perairan tersebut.
Oleh
STEFANUS ATO
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Nitrogen yang masuk ke Teluk Jakarta setiap hari mencapai 30 ton. Berlebihnya nutrisi dari limbah domestik yang masuk ke Teluk Jakarta tersebut kerap berdampak pada hilangnya oksigen di dasar laut. Kekurangan oksigen di lautan itu pula yang menyebabkan kumpulan ikan terdampar di daratan wilayah perairan Kepulauan Seribu, pekan lalu.
Pada 29 November 2022, sejumlah nelayan kaget saat ikan-ikan di lautan melompat ke atas dermaga wilayah perairan Pulau Onrust, Kabupaten Kepulauan Seribu. Sejumlah nelayan gembira karena mereka tak harus bersusah payah menebar jaring.
Kepala Suku Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan, dan Pertanian Kepulauan Seribu Devi Lidya mengatakan, sebelum nelayan menemukan ikan mabuk hingga melompat ke daratan pada 29 November 2022 siang, kondisi air laut di Pulau Onrust, Cipir, dan Bidadari sempat berwarna hijau selama tiga hari. Situasi itu disebabkan oleh adanya arus dari bawah laut yang naik ke permukaan.
”Jadi, terjadi upwelling atau arus dari bawah naik ke atas. Sedimen di dasar laut juga naik ke atas dan terjadi kekurangan oksigen terlarut. Akibatnya, ikan mabuk dan loncat,” kata Devi saat dihubungi, Selasa (6/12/2022), dari Jakarta.
Devi menyebut, ada kesimpulan ikan mabuk dan melompat ke darat di sejumlah perairan Kepulauan Seribu didasarkan pada hasil uji sampel laboratorium terhadap sedimentasi yang diambil di tiga perairan tempat ikan-ikan tersebut mabuk. Dari hasil uji sampel itu, parameter fosfat, nitrat, dan amonia melebihi baku mutu air laut.
Kandungan nitrat di tiga wilayah itu mencapai 10 miligram per liter (mg/l), sedangkan kandungan fosfat di Pulau Cipir dan Bidadari mencapai 0,5 mg/l. Di Pulau Onrust, kandungan fosfat lebih dari 2 mg/l.
Dari hasil uji laboratorium tersebut juga diketahui bahwa kandungan amonia di Pulau Onrust mencapai 0,05 mg/l. Jika merujuk pada Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut, kandungan senyawa kimia untuk biota laut, terutama fosfat, standarnya 0,015 mg/l, nitrat 0,008 mg/l, dan amonia 0,3 mg/l.
Memupuk laut
Devi menyebut, kondisi ikan terdampar ke darat di perairan Kepulauan Seribu bukan kejadian pertama. Setiap kali terjadi perubahan arus akibat musim hujan, terutama masuknya air dari 13 sungai yang bermuara ke Teluk Jakarta, ikan-ikan di sejumlah tempat di perairan Kepulauan Seribu sering mabuk hingga mati.
”Namun, itu hanya terjadi di kisaran pesisir Pantai Utara. Di sekitar Onrust, Cipir, dan wilayah yang masih berdekatan dengan Teluk Jakarta,” katanya.
Peneliti Ahli Utama Bidang Pencemaran Laut Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Zainal Arifin, dihubungi secara terpisah, mengatakan, ada dua faktor penyebab ikan mabuk atau mati, yaitu faktor lokal dan faktor regional. Faktor lokal biasanya dipicu berlebihnya nitrat dan fosfat yang masuk ke perairan.
”Fosfat dan nitrat bukan penyebab langsung, hanya penyebab antara. Jadi, yang menyebabkan ikan mati itu umumnya amonia dan kekurangan oksigen terlarut,” kata Zainal.
Kandungan fosfat, nitrat, dan amonia di Pulau Cipir dan Pulau Onrust yang dekat dengan Teluk Jakarta tidak terlepas dari pencemaran di perairan Teluk Jakarta. Dari hasil penelitian pada 2017 yang melibatkan peneliti Jerman, peneliti BRIN, Institut Pertanian Bogor, serta Kementerian Kelautan dan Perikanan, diprediksi nitrat yang masuk ke Teluk Jakarta mencapai sekitar 30,3 ton per hari. Nitrat itu berasal dari sejumlah sungai yang bermuara di Teluk Jakarta.
Tidak heran kalau di dasar laut Teluk Jakarta itu kadang-kadang anoksik (tidak ada oksigen).
”Nitrogen itu unsur hara atau pupuk. Jadi, masuk ke laut dalam bentuk terlarut. Boleh dibilang, kita memupuk Teluk Jakarta, tetapi berlebihan,” katanya.
Pemupukan berlebihan di Teluk Jakarta menyebabkan ledakan fitoplankton atau mikroalga. Fitoplankton yang tumbuh berlebihan itu pada siang hari berfotosintesis dan pada malam hari menghasilkan karbon dioksida.
”Tidak heran kalau di dasar laut Teluk Jakarta itu kadang-kadang anoksik (tidak ada oksigen),” kata Zainal.
Kondisi perairan Jakarta mengalami anoksik ditemukan saat penelitian pada lima tahun yang lalu. Kondisi dasar Teluk Jakarta tanpa oksigen itu terlihat dari lumpur yang berwarna hitam. Lumpur yang mengandung oksigen biasanya berwarna coklat.
Menurut Zainal, pencemaran nitrogen kian menambah beban Teluk Jakarta. Pemerintah disarankan menyiapkan strategi mengurangi pencemaran nitrogen yang masuk melalui 13 sungai yang bermuara ke Teluk Jakarta. Nitrogen yang masuk ke Teluk Jakarta berasal dari beragam sumber. Sumber tersebut, salah satunya, dari limbah rumah tangga.
”Pemerintah DKI Jakarta, Banten, dan Jawa Barat bisa membuat infrastruktur pengelolaan air limbah. Jadi, semua air limbah di masyarakat perlu diolah dulu, baru dibuang ke sungai,” kata Zainal.
Tangki septik
Terkait pengelolaan air limbah di Jakarta, mayoritas warga di Ibu Kota sebenarnya sudah memiliki akses pembuangan air limbah, yakni mencapai 93 persen. Namun, tingginya akses warga dalam membuang limbah belum mengurangi pencemaran air tanah dan air sungai di Jakarta.
Pencemaran air sungai dan air tanah di Jakarta terjadi karena ada persoalan dari septic tank (tangki septik) yang digunakan warga. Ini terlihat dari tingginya pencemaran E coli sumur dalam di Jakarta yang mencapai 80 persen (Kompas, 1/11/2021).
Upaya mengurangi tingkat pencemaran air tanah dan air permukaan di Jakarta salah satunya dilakukan Pemerintah Provinsi DKI dengan membangun instalasi pengolahan air limbah (IPAL) yang direncanakan berada di 15 zona. Dari belasan zona itu, ada lima zona prioritas, yakni Pluit, Muara Angke, Duri Kosambi, Marunda, dan Sunter Utara.
Setiap IPAL itu nantinya bisa menangani 20.000-280.000 meter kubik limbah cair rumah tangga dari kakus dan dapur per hari. Jika selesai dibangun, ke-15 zona itu akan mampu mengelola 80 persen air limbah Jakarta secara terpusat (Kompas.id, 12/11/2020).