Murid SDN Pondok Cina 1 Diminta Ikut Ujian di Sekolah Lain
Murid SDN Pondok CIna 1 diminta untuk mengikuti penilaian akhir semester di sekolah lain. Sebelumnya, ratusan murid dan orangtua SDN Pondok CIna masih bertahan belajar di sekolah mereka tanpa guru.
Oleh
RIVALDO ARNOLD BELEKUBUN
·5 menit baca
DEPOK, KOMPAS – Menjelang Penilaian Akhir Semester atau PAS, ratusan murid Sekolah Dasar Negeri (SDN) Pondok Cina 1 masih tetap belajar mandiri di sekolah mereka dengan orangtua dan sukarelawan yang mengajar. Sebelumnya, Pemerintah Kota Depok melalui Dinas Pendidikan telah meminta murid-murid tersebut untuk pindah ke sekolah lain karena tanah bangunan akan dialihfungsikan. Kini, orangtua kebingungan bagaimana anak mereka ikut PAS nanti.
Semenjak 7 November 2022, guru-guru SDN Pondok Cina 1 diperintahkan untuk tidak lagi mengajar di sekolah tersebut. Melalui surat edaran pada 3 November 2022, Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Depok memberitahu lahan sekolah akan dialihfungsi untuk pembangunan masjid. Kegiatan belajar mengajar (KBM) diadakan sementara dari rumah hingga 14 November 2022. Setelah itu, murid dipindahkan ke SDN Pondok Cina 3 dan SDN Pondok Cina 5 dengan mengikuti waktu belajar pagi dan siang.
Orangtua dan murid SDN Pondok Cina 1 pun menolak apabila dipindahkan ke sekolah lain. Mereka menuntut agar proses alih fungsi ditunda hingga disediakan bangunan sekolah baru atau seluruh anak-anak mereka lulus dari sekolah itu. Mereka menegaskan, tidak menolak pembangunan masjid, yang mereka tuntut adalah peleburan SDN Pondok Cina 1 dengan sekolah lain. Maka dari itu, orangtua bersama relawan tetap mengadakan KBM di sekolah tersebut.
Kini, sudah pekan masuk pekan keempat para murid belajar tanpa guru. Sebanyak 167 murid telah pindah ke dua sekolah lain tersebut karena tidak mau ketinggalan pelajaran. Masih ada 195 murid yang tetap belajar di SDN Negeri Pondok Cina 1. Mereka diajari oleh orangtua dengan menggunakan materi yang dikirimkan guru lewat komunikasi daring. Selain itu, relawan yang tergabung dari komunitas masyarakat setempat dan mahasiswa dari universitas sekitar Depok turut membantu.
Hendri Isnanto (40), orangtua murid SDN Pondok Cina 1 yang masih bertahan di sekolah tersebut, mengatakan, proses KBM sehari-hari berjalan cukup lancar karena sudah ada relawan yang cukup menguasai materi. Hanya matematika yang sulit diajarkan kepada anak-anak. Ia hanya khawatir saat PAS nanti materi yang didapatkan berbeda dengan soal ujian. Selain itu, ia bingung bagaimana murid SDN Pondok Cina 1 mendapatkan soal PAS karena itu adalah kewenangan Disdik.
"Nanti tanggal 5 Desember, anak-anak kami disuruh ujian offline di SDN Pondok Cina 3 dan SDN Pondok Cina 5. Kami jadi bingung, padahal, kami menuntut agar ujian diadakan di sekolah ini saja. Eh, tiba-tiba, kemarin malam kirim pemberitahuan ke kami seperti itu. Saya mewakili orangtua ingin didengarkan, kami tidak mau hanya dipaksa begini," ujar Hendri, Rabu (30/11/2022)
Pelaksana Tugas Kepala Sekolah SDN Pondok Cina 1 Sri Widayati membenarkan pemberitahuan tersebut. Ia menjelaskan, PAS semester satu untuk SDN Pondok Cina 1 akan dilaksanakan di SDN Pondok Cina 3 dan SDN Pondok Cina 5 pada tanggal 5 hingga 9 Desember nanti. Untuk kelas 1, 2, dan 6 akan mengikuti PAS di SDN Pondok Cina 5 dari pukul 07.00 sampai 10.30 WIB. Sedangkan, kelas 3, 4, dan 5 akan mengikuti PAS di SDN Pondok Cina 3 dari pukul 10.30 sampai 14.00 WIB.
Menanggapi hal itu, Qiama (38), orangtua murid SDN Pondok Cina 1, mengatakan, orangtua seakan tidak dianggap dalam sekolah tersebut. Mereka sudah menanggapi pemberitahuan tersebut dengan menghubungi langsung Pelaksana Tugas Kepala Sekolah Sri Widayati serta Kepala Disdik Depok, tapi tidak ada respons. Mereka berencana untuk mendatangi langsung Balai Kota Depok dan menuntut pertemuan dengan Wali Kota Depok serta Kepala Disdik.
Kini orangtua dihadapkan dengan jalan buntu. Pasalnya, murid-murid SDN Pondok Cina 1 harus mengikuti PAS untuk mendapatkan nilai, tapi Disdik hanya memberikan satu pilihan saja tanpa mendengarkan suara orangtua.
"Kami dibilang egois karena tidak memikirkan nasib anak-anak kami. Tapi perlu diingat, alih fungsi itu tidak ada diskusi bersama kami terlebih dahulu, itu bukan keinginan kami. Kami juga dibilang tidak demokratis. Saya jadi bingung, yang memaksa kami untuk pindah tanpa ngomong sama kami itu siapa ya? kok jadi kami yang tidak demokratis?" tutur Qiama.
Selain itu, Yudi (68), orangtua murid SDN Pondok Cina 1, mengungkapkan, dalam empat pekan ini, sudah beberapa kali orangtua mendapatkan provokasi dan intimidasi dari pihak tidak dikenal. Ada beberapa orang tidak dikenal datang ke sekolah untuk menghasut orangtua agar memindahkan anak mereka pindah ke sekolah lain.
Beberapa spanduk yang dipasang orangtua disekitar sekolah juga dicabut saat jam-jam usai sekolah. Hari ini, Rabu (30/11), ia mendapati sistem airnya yang rusak tanpa sebab yang jelas.
Yudi mengatakan, kini orangtua dihadapkan dengan jalan buntu. Pasalnya, murid-murid SDN Pondok Cina 1 harus mengikuti PAS untuk mendapatkan nilai, tapi Disdik hanya memberikan satu pilihan saja tanpa mendengarkan suara orangtua.
Ia menjelaskan, tuntutan ini bukan hanya datang dari orangtua saja, melainkan dengan anak murid dan masyarakat sekitar. Maka dari itu, Pemkot Depok perlu mendengarkan tuntutan-tuntutan yang disuarakan.
Kepala Disdik Wijayanto membenarkan pemberitahuan tentang PAS untuk SDN Pondok Cina 1 yang akan diadakan di SDN Pondok Cina 3 dan SDN Pondok Cina 5. Sebelumnya, pihaknya telah mengarahkan agar murid-murid SDN Pondok Cina 1 direlokasi dua sekolah tersebut. Berbagai pendekatan telah dilakukan untuk membuat orangtua setuju dengan hal itu, namun masih ada yang belum setuju.
"Kami tidak menelantarkan anak-anak didik tersebut. Proses belajar mengajar kami arahkan ke SDN Pondok Cina 3 dan SDN Pondok Cina 5 dengan jadwal yang sudah diatur. Sebagian murid SDN Pondok Cina 1 sudah mulai belajar di sekolah-sekolah tersebut. Guru-guru mereka juga sudah pindah ke sana," ujarnya.