PT KAI dan KAI Commuter mesti mengevaluasi dan menginvestigasi menyeluruh dua peristiwa kereta anjlok dalam dua hari berturut-turut ini.
Oleh
HELENA FRANSISCA NABABAN
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kereta komuter anjlok pada Sabtu (26/11/2022) dan Minggu (27/11/2022). Meski kereta berhasil dievakuasi, peristiwa itu membuat perjalanan terganggu sehingga PT KAI seharusnya melakukan evaluasi dan penyelidikan menyeluruh karena juga menyangkut keselamatan perjalanan dan layanan.
VP Corporate Secretary KAI Commuter Erni Sylviane Purba, Minggu (27/11/2022) menjelaskan, KA 5144C anjlok di Stasiun Kampung Bandan pada Sabtu (26/11/2022) pukul 13.47. Peristiwa ini, yang diikuti dengan evakuasi, membuat KAI Commuter melakukan rekayasa pola operasi kereta.
Pada Sabtu, perjalanan kereta Manggarai-Kampung Bandan-Jatinegara hanya sampai Stasiun Angke. Adapun perjalanan kereta lintas Jatinegara-Kampung Bandan-Manggarai hanya sampai Stasiun Pasar Senen.
”Dari peristiwa (kereta) anjlok di Stasiun Kampung Bandan, ada 50 penumpang yang dievakuasi,” kata Purba.
Proses evakuasi oleh petugas gabungan dari KAI Commuter dan KAI Daop I Jakarta berlangsung hingga Minggu (27/11/2022) pukul 05.58.
”Petugias gabungan telah berhasil mengevakuasi seluruh rangkaian KA 5144C pada pukul 05.58. Sementara pekerjaan pengecekan dan perbaikan prasarana persinyalan dan listrik aliran atas (LAA) masih terus dilakukan,” ujar Purba.
Meski berhasil dievakuasi, KAI Commuter tetap memberlakukan rekayasa pola operasi pada Minggu (27/11/2022). Untuk perjalanan commuterline lintas Bekasi via Pasar Senen, perjalanannya hanya sampai Stasiun Pasar Senen atau Kemayoran untuk kembali menuju Stasiun Bekasi/Cikarang. Untuk perjalanan commuterline Lintas Bekasi via Manggarai, perjalanan hanya sampai Stasiun Angke atau Duri untuk kembali menuju Stasiun Bekasi/Cikarang. Sementara untuk perjalanan commuterline pada lintas lainnya berjalan normal.
Namun, rekayasa pola operasi berubah saat kereta yang anjlok dibawa ke Balai Yasa Manggarai untuk pemeriksaan dan perbaikan kembali anjlok. Rangkaian kereta commuterline yang sebelumnya anjlok di Stasiun Kampung Bandan ditarik dengan kereta penolong menuju Balai Yasa Manggarai.
Untuk menuju Balai Yasa Manggarai, rangkaian kereta melintasi Tanah Abang-Manggarai. Sekitar pukul 09.33, kereta tersebut anjlok saat akan memasuki Stasiun Manggarai.
Rangkaian yang anjlok pada Sabtu siang mengalami kerusakan yang cukup berat sehingga rangkaian kereta itu kembali anjlok saat akan memasuki Stasiun Manggarai. ”Akibat kendala tersebut, perjalanan commuterline lintas Manggarai-Tanah Abang ataupun sebaliknya tidak bisa dilalui,” kata Purba.
Untuk perjalanan commuterline relasi Cikarang/Bekasi-Angke via Manggarai perjalanannya hanya sampai Jatinegara atau Manggarai untuk kembali ke Bekasi/Cikarang. Sementara perjalanan commuterline relasi Cikarang/Bekasi-Angke via Pasar Senen perjalanannya hanya sampai Pasar Senen atau Kemayoran untuk kembali ke Bekasi/Cikarang.
Pada Minggu siang, Purba kembali memberikan keterangan bahwa kendala di lintas Manggarai-Tanah Abang teratasi. Kereta yang anjlok berhasil dievakuasi sekitar pukul 13.05. Selanjutnya rangkaian tersebut dijalankan kembali menuju Balai Yasa Manggarai untuk pemeriksaan dan perbaikan lebih lanjut.
Namun, petugas gabungan masih memeriksa kondisi prasarana jalur rel agar kondisi rel aman untuk dapat dilalui. Untuk perjalanan commuterline Manggarai-Tanah Abang masih menggunakan satu jalur secara bergantian.
Untuk perbaikan prasarana perkeretaapian pada lintas Kampung Bandan-Angke yang mengalami kendala pada Minggu pukul 13.21, jelas Purba, sudah diuji coba untuk melayani perjalanan kereta dengan menggunakan commuterline tanpa pengguna.
”Uji coba ini untuk memastikan keamanan prasarana usai pemeriksaan dan perbaikan,” ujar Purba.
Secara terpisah, Pelaksana Tugas (Plt) Ketua Forum Transportasi Perkeretaapian Masyarakat Transportasi Indonesia Aditya Dwi Laksana menegaskan, kejadian kereta komuter anjlok dua kali bisa disebut sebagai peristiwa luar biasa. Di KAI, peristiwa luar biasa itu faktor penyebab pasti terkait manusia atau sumber daya manusia, sarana prasarana, serta faktor alam.
Aditya meminta PT KAI untuk mengevaluasi menyeluruh dan menginvestigasi kejadian itu dari semua aspek.
”Apakah anjlok terjadi karena faktor masinis atau operator wesel atau karena kereta mengalami kerusakan, atau karena wesel sudah harus diganti namun belum diganti, ataukah karena rel ada yang terputus, lalu faktor tiang pantograph di Kampung Bandan betulkah masih kuat tidak ada korosi mengingat kawasan itu selalu banyak genangan sehingga mesti dicek kembali, atau karena faktor lain?” ujar Aditya.
Apalagi, lanjut Aditya, rangkaian kereta itu kembali anjlok saat memasuki Stasiun Manggarai. Menurut dia, angkutan umum mesti mengutamakan aspek keselamatan. Untuk itu, KAI dan KAI Commuter selaku operator kereta komuter mesti memastikan sarana dan prasarana yang dioperasikan untuk layanan angkutan penumpang itu aman dan berkeselamatan.
Terkait anjlok, akan dievaluasi lebih lanjut penyebabnya dari sisi prasarana, sarana, dan SDM operasional terkait termasuk faktor eksternal.
Eva Chairunisa, Kepala Humas PT KAI Daerah Operasi I Jakarta, memastikan perawatan prasarana dilakukan sesuai prosedur standar operasi, yaitu ada pengecekan harian, mingguan, dan bulanan.
”Terkait anjlok, akan dievaluasi lebih lanjut penyebabnya dari sisi prasarana, sarana, dan SDM operasional terkait termasuk faktor eksternal,” ujarnya.
KAI, menurut Eva, akan melakukan investigasi internal dari berbagai sisi. ”Ini untuk evaluasi ke depannya juga,” kata Eva.