Sepertiga korban yang mengungsi akibat gempa di Cianjur, Jawa Barat, adalah anak-anak. Beberapa di antaranya butuh penanganan khusus.
Oleh
Agustinus Yoga Primantoro
·3 menit baca
AGUSTINUS YOGA PRIMANTORO
Forum Anak Kabupaten Cianjur bergabung dalam Posko Ramah Perempuan dan Anak di Kantor Bupati Cianjur, Jawa Barat, Jumat (25/11/2022).
CIANJUR, KOMPAS — Penanganan trauma, khususnya bagi kelompok rentan, terus dilakukan terhadap penyintas gempa di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Hampir sepertiga dari jumlah korban yang tercatat per Jumat (25/11/2022) adalah anak-anak.
Melalui laman gis.bnpb.go.id, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebut, dari jumlah total pengungsi sebanyak 37.064 orang, sebanyak 32,71 persen atau sekitar 12.000 orang di antaranya adalah anak-anak. Sementara itu, jumlah pengungsi perempuan telah mencapai 21.636 orang.
Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan, dan Perlindungan Anak (DPPKBP3A) Cianjur memusatkan pelayanan penanganan trauma di Posko Ramah Perempuan dan Anak. Posko itu didirikan di sekitar Kantor Bupati Cianjur.
Di tenda posko berukuran 6 meter x 12 meter itu tersedia buku bacaan, ruang menyusui, dan berbagai bantuan logistik. Kepala Bidang Perlindungan Perempuan dan Anak DPPKBP3A Cianjur Tenty Maryanthy mengatakan, pihaknya telah mengerahkan tim penjangkau yang bertugas menangani trauma kelompok rentan di sejumlah lokasi pengungsian.
Di dalam tim tersebut ada juga psikolog yang terhimpun dari berbagai lembaga, seperti Save Our Children, Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI), Yayasan Pulih, dan UNJANI.
”Wilayah yang terdampak itu, kan, ada banyak dan itu belum terjangkau semua. Mungkin saja, di tempat-tempat yang belum kami jangkau tersebut ada kasus-kasus berat yang harus dirujuk di sini,” kata Tenty.
Dia menambahkan, penyembuhan trauma di lokasi pengungsian dilakukan secara komunal melalui berbagai permainan dan pendekatan psikologis. Jika upaya tersebut dianggap tidak berhasil, kasus akan dirujuk ke Posko Ramah Perempuan dan Anak untuk mendapatkan penanganan khusus.
Sampai saat ini, Posko Ramah Perempuan dan Anak menerima dua laporan kasus trauma yang tidak bisa ditangani oleh tim penjangkau di lapangan. Dua kasus tersebut dialami oleh anak yang berada di Kecamatan Cianjur dan Kecamatan Karangtengah.
KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO
Sukarelawan dari Dompet Dhuafa memberikan pelayanan penanganan awal psikologis (psychology first aid) bagi para korban gempa di tenda pengungsian Kampung Panyaweuyan, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Jumat (25/11/2022).
”Belum ada laporan yang masif karena sekarang, kan, masih dalam fase kaget, ya. Ke depannya, mungkin akan masuk fase stres dan trauma sehingga kami lakukan penanganan agar tidak sampai ke fase itu,” ujar Tenty.
Adapun DPPKBP3A turut dibantu oleh Forum Anak Kabupaten Cianjur, Forum Anak Jawa Barat, dan Forum Anak Nasional. Di antara mereka, terdapat anggota yang juga penyintas trauma pascagempa.
Zaki Tasnim (17), anggota Forum Anak Kabupaten Cianjur, menceritakan kondisi rumahnya yang hancur akibat gempa bermagnitudo 5,6 pada Senin (21/11/2022) siang. Meski lantai dua rumah tersebut ambruk, Zaki tetap tinggal di rumahnya selama tiga hari.
Kalau, misalkan, tidak bertindak, kasihan teman-teman yang lain.
”Pada hari-hari sebelumnya, saya tidak pernah keluar rumah sama sekali. Setiap kali melihat reruntuhan dan ada orang yang kepalanya terluka, rasanya jadi takut kalau di luar rumah. Sekalipun di dalam rumah bisa kena reruntuhan, tidak apa-apa, asalkan saya di dalam rumah,” kata Zaki sembari melempar senyum.
Setelah tiga hari berdiam di rumah, Zaki akhirnya memutuskan kembali berinteraksi di luar rumah. Sebagai anggota dari Forum Anak Kabupaten Cianjur, Zaki merasa tergerak untuk membantu sesamanya yang terdampak gempa.
”Kalau, misalkan, tidak bertindak, kasihan teman-teman yang lain. Bahkan, ada yang rumahnya lebih hancur dari rumah saya. Orang lain juga perlu uluran tangan kita,” ujar Zaki.
AGUSTINUS YOGA PRIMANTORO
Zaki Tasnim (17) menceritakan pengalamannya ketika mengurung diri di rumah pascagempa, di Posko Ramah Perempuan dan Anak, Kantor Bupati Cianjur, Jawa Barat, Jumat (25/11/2022).
Subkoordinator Pengarusutamaan Jender DPPKBP3A Kabupaten Cianjur Herni Oktaviani mengatakan, pihaknya sebenarnya tidak ingin melibatkan anggota forum anak karena mereka juga termasuk dalam kelompok rentan. Namun, para anggota justru memaksa tetap ikut.
”Akhirnya, mereka baru bisa bergabung sekarang. Itu pun mereka tidak turun ke lapangan yang terdampak parah. Paling mereka di sekitar sini saja (posko utama),” ujar Herni.
Herni menceritakan, masih ada salah satu anggota forum anak itu yang masih trauma. Berdasarkan cerita Herni, anak yang sebelumnya dikenal periang itu berbalik menjadi pemurung dan pendiam setelah melihat sendiri rumahnya luluh lantak akibat gempa saat pulang sekolah.