”I Love You”, Pemulihan Trauma yang Intim dan Gembira
Program penyembuhan trauma sangat diperlukan untuk korban bencana gempa di Cianjur, Jawa Barat. Pendampingan menerus yang intim dan gembira bakal membuat warga lebih cepat pulih.
Oleh
AGUIDO ADRI
·4 menit baca
KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO
Sukarelawan dari Dompet Dhuafa memberikan pelayanan penanganan awal psikologi (psychology first aid) bagi para korban gempa di tenda pengungsian RT 005 RW 004 Kampung Panyaweuyan, Pacet, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Jumat (25/11/2022).
Tangis haru warga pecah di pondok pengungsian di Kampung Panyaweuyan, Ciherang, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, saat Evi (44) dan Lutfi (16) bergiliran menceritakan kejadian gempa bermagnitudo 5,6 pada Senin silam.
Para ibu saling rangkul dalam tangis. Setelah selesai bercerita, salah seorang sukarelawan mengajak warga untuk melakukan treatment sederhana untuk mengurangi rasa cemas dengan cara memegang perut serta menarik dan mengembuskan napas tiga kali.
Boy, sukarelawan dari Dompet Dhuafa yang memimpin kegiatan penanganan psikologi dampak bencana alam, mengatakan, dengan berbagi cerita pengalaman, warga secara tidak langsung mengeluarkan energi negatif yang mungkin selama ini dipendam. Pendekatan yang intim tetapi tetap diiringi semangat yang memicu kegembiraan membuat warga cepat terbuka dan diharapkan dapat pula cepat pulih dari trauma mendalam.
Menurut dia, pengalaman pahit itu jangan dipendam, harus dilepas dan didengarkan agar mengurangi beban korban. Meski saat bercerita, timbul kesedihan pada diri mereka.
Seorang remaja memeluk ibunya saat histeris teringat peristiwa gempa ketika para sukarelawan dari Dompet Dhuafa memberikan pelayanan penanganan awal psikologi (psychology first aid) bagi para korban gempa. Penanganan psikologi itu diadakan di tenda pengungsian RT 005 RW 004 Kampung Panyaweuyan, Pacet, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Jumat (25/11/2022).
Setelah sesi berbagi cerita itu, tiba-tiba suasana berubah menjadi riuh oleh teriakan gembira anak-anak dengan kedatangan badut bebek. Pembawa acara dan sang badut pun mulai beraksi mengajak anak-anak bernyanyi, seperti lagu ”Potong Bebek Angsa”, ”Balonku Ada Lima”, dan ”Dino Song”.
”Badannya besar, tangannya kecil, kalau mengaung yang lain langsung mundur,” kata anak-anak bernyanyi sambil berdiri bersama badut bebek.
Tingkah pola lucu anak-anak yang berjoget dan bernyanyi dengan sukacita itu membuat para orangtua tersenyum lebar, bahkan ada yang tertawa lepas. Senyum mereka tak berhenti ketika sang badut mengajak anak-anak bermain dan memeluk sang badut.
”Yang menguatkan kami hal seperti ini, lihat anak senang dan bergembira. Justru yang takut dan cemas itu kita para orangtua. Senang dan membuat hati lega dan semakin tenang kalau lihat anak-anak seperti ini,” celetuk salah satu orangtua, tersenyum.
KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO
Suasana saat sukarelawan dari Dompet Dhuafa memberikan pelayanan penanganan awal psikologi bagi para korban gempa di tenda pengungsian RT 005 RW 004 Kampung Panyaweuyan, Pacet, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Jumat (25/11/2022).
Sama seperti banyak orangtua lain yang terdampak bencana, kegiatan seperti ini sangat membantu meringankan beban psikologi mereka. Oleh karena itu, mereka berharap, selain para sukarelawan, ada program serupa oleh pemerintah dengan hadir langsung ke pondok pengungsian. Selain itu, kegiatan belajar dengan mendirikan sekolah darurat bisa hadir pula untuk anak-anak.
”Kami orangtua punya ketakutan serupa dari kejadian kemarin. Salah satunya terkait kondisi anak. Ketika mereka bisa sehat dan bahagia, itu seperti obat buat kami,” kata Evi.
Begitu pula yang dirasakan oleh Eman (72), yang masih ketakutan dan cemas sehingga membuat semakin tidak fokus saat diajak bicara. Selain itu, ia juga sering ngelantur.
Ia berharap ada penanganaan serius pascagempa, salah satunya terkait tempat tinggal, karena hingga saat ini mereka masih tinggal di pengungsian darurat. Tenda biru mereka membuat warga mulai sakit. Selimut dan alas tidur pun masih sangat diperlukan.
Kegiatan sukarelawan Dompet Dhuafa tidak hanya terkait meringankan beban psikologi warga dan anak, tetapi juga pengobatan.
Mereka masih takut, kami juga takut. Tapi, tadi ada Pak Gubernur dan orangnya lucu, mau ngobrol dekat, jadi menghibur kami.
KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO
Seorang warga mengikuti salah satu metode penenangan diri yang diajarkan sukarelawan dari Dompet Dhuafa saat memberikan pelayanan penanganan awal psikologi bagi para korban gempa. Kegiatan itu berlangsung di tenda pengungsian RT 005 RW 004 Kampung Panyaweuyan, Pacet, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Jumat (25/11/2022).
”I love you”
Di Kampung Gasol 2, Desa Gasol, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil melaksanakan shalat Jumat berjemaah bersama para pengungsi di halaman depan Masjid Ciwaru yang rusak. Setelah shalat, Gubernur yang akrab disapa Kang Emil itu masuk tenda darurat pengungsian.
Di situ Kang Emil juga mendadak jadi sukarelawan dengan membagikan sembako dan kebutuhan para pengungsi. Ia juga membagikan piza kepada ibu-ibu dan anak sembari bercerita.
”Kita kalau makan ini langsung bisa bahasa Inggris. Silakan dicoba,” kata Kang Emil memberikan sepotong piza kepada salah seorang ibu dan meminta memakannya, lalu mengucapkan kalimat berbahasa Inggris.
”Eemm, I love you,” kata ibu itu yang disambut gelak tawa warga lainnya.
Kang Emil pun memakan sepotong piza. ”I love you too,” balasnya dikuti tawa lepas para pengungsi.
KOMPAS/AGUIDO ADRI
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil saat mengunjungi tenda pengungsian di Kampung Gasol 2, Desa Gasol, Cugenang, Kabupaten Cianjur, Jumat (25/11/2022). Ia membagikan sembako dan piza kepada anak-anak dan ibu-ibu.
Dian (30) mengaku senang dengan kedatangan Ridwan Kamil, apalagi membawa piza yang laris manis diserbu anak-anak.
”Semoga dengan kedatangan Pak Gubernur ada bantuan lagi untuk kami, seperti tenda dan kebutuhan buku dan mainan untuk anak-anak. Mereka masih takut, kami juga takut. Tapi, tadi ada Pak Gubernur dan orangnya lucu, mau ngobrol dekat, jadi menghibur kami,” ujarnya.
Di Desa Gasol 2, RT 001/RW 004, warga masih tinggal di tenda darurat beratap terpal biru. Mereka sangat membutuhkan tenda yang lebih layak seperti di kampung lain karena selama lima hari selalu kemasukan rembesan air hujan. Lalu pada malam hari udara begitu dingin.
Kang Emil melanjutkan, penanganan trauma healing sangat penting untuk para korban bencana. Pihaknya pun sudah menerjunkan tim untuk membantu meringankan beban psikologi pengungsi.
Ia sadar, tim itu tidak cukup memenuhi kebutuhan warga terdampak yang sangat luas dan banyak. Oleh karena itu, perlu gerak bersama sukarelawan dan pihak lain untuk terjun ke pengungsian. Kepentingan umum, terutama untuk warga terdampak bencana, harus, didahulukan di atas kepentingan pribadi.