Penerapan protokol kesehatan di sejumlah ruang publik masih diabaikan oleh masyarakat. Padahal, angka kasus Covid-19 saat ini tengah melonjak.
Oleh
Agustinus Yoga Primantoro
·4 menit baca
AGUSTINUS YOGA PRIMANTORO
Para penumpang memasuki Stasiun Tanah Abang tanpa memindai barcode aplikasi Peduli Lindungi, Kamis (24/11/2022).
JAKARTA, KOMPAS — Kendati kasus Covid-19 terus meningkat, sejumlah orang masih mengabaikan protokol kesehatan di ruang publik. Jumlah kasus Covid-19 di DKI Jakarta saat ini sudah melebihi lonjakan kasus pada awal tahun dan diprediksi terus meningkat hingga akhir tahun.
Dilansir dari laman corona.jakarta.go.id, Kamis (24/11/2022), jumlah kasus harian Covid-19 transmisi lokal di Jakarta meningkat menjadi 23.119 kasus. Dalam sepekan terakhir, dari jumlah 80.505 orang yang melakukan tes PCR di Jakarta, sekitar 18.435 orang dinyatakan positif atau lebih dari 2.600 orang per hari.
Sebelumnya, Rabu (23/11/2022), kasus Covid-19 di Ibu Kota juga meningkat drastis, yakni sebanyak lebih dari 2.000 kasus per hari. Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Widyastuti memprediksi, lonjakan kasus akan mencapai puncaknya pada November-Desember.
Lonjakan kasus ini bahkan terhitung sudah dua kali lipat saat Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyatakan, angka kasus harian Covid-19 telah melampaui varian Delta periode Juni-Agustus 2021 (Kompas.id, 8/2/2022). Kala itu, jumlah kasus di DKI Jakarta naik menjadi 15.800 kasus, sebelumnya 14.600 kasus.
AGUSTINUS YOGA PRIMANTORO
Penumpang memadati bus Transjakarta Koridor I (Kota-Bundaran Senayan), Kamis (24/11/2022).
Pengamatan Kompas di sejumlah ruang publik, masih banyak warga yang abai terhadap protokol kesehatan, seperti mencuci tangan, memindai aplikasi Peduli Lindungi, menjaga jarak 1,5 meter hingga 2 meter, dan mengenakan masker untuk menutup mulut serta hidung. Pemandangan tersebut tampak di Stasiun Palmerah, Stasiun Tanah Abang, dan Stasiun Sudirman.
Menanggapi hal itu, Manajer Humas PT Kereta Commuter Indonesia Leza Arlan mengatakan, penerapan protokol kesehatan di stasiun tetap dilakukan dengan pemindaian melalui aplikasi Peduli Lindungi atau menunjukkan surat vaksin sebelum masuk stasiun.
Terkait dengan pembatasan jumlah penumpang, Leza menambahkan, kapasitas penumpang di kereta saat ini dibatasi maksimal hanya 80 persen. ”Apabila melebihi kapasitas, akan ada pembatasan pada saat akan naik kereta,” katanya.
Sekarang sudah tinggal masuk saja mau itu ke stasiun atau ke halte. Saya tidak pernah lagi scan-scanbarcode.
Walakin, orang-orang di ketiga stasiun tersebut berlalu lalang melewati papan pemindai Peduli Lindungi begitu saja. Terlihat hanya satu-dua orang yang melakukan pemindaian tersebut.
Rohman (22), penumpang KRL yang hendak menuju Stasiun Klender, mengatakan, pemindaian aplikasi Peduli Lindungi di sejumlah sarana transportasi publik sudah tidak pernah digalakkan lagi.
”Sekarang sudah tinggal masuk saja, mau itu ke stasiun atau halte. Saya tidak pernah lagi scan barcode (Peduli Lindungi),” katanya saat menunggu kereta di Stasiun Tanah Abang.
AGUSTINUS YOGA PRIMANTORO
Beberapa orang di trotoar Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, Kamis (24/11/2022), masih abai terhadap protokol kesehatan dengan tidak mengenakan masker.
Selain itu, beberapa orang pun tampak menurunkan masker yang mereka kenakan hingga berada di bawah mulut. Petugas keamanan, baik yang berjaga di pintu masuk maupun di dalam kereta, kerap mengingatkan para penumpang yang tidak mengenakan masker secara benar.
Tidak hanya di stasiun, pemandangan serupa terlihat di halte bus Transjakarta. Saat memasuki halte Bundaran HI, tampak orang-orang mengantre untuk masuk. Mereka masuk begitu saja tanpa menunjukkan keterangan vaksin dan mencuci tangan.
Sekretaris PT Transjakarta Anang Rizkani Noor mengatakan, pihaknya telah menerapkan Surat Keputusan Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Nomor 425 Tahun 2022. Hal itu tentang teknis aturan kapasitas angkut dan waktu operasional sarana transportasi pada masa PPKM level 1. Salah satu poin di dalamnya, penumpang harus menunjukkan keterangan vaksin kepada petugas.
Vena (23), warga, mengatakan, selama ini ia tidak pernah memindai melalui aplikasi Peduli Lindungi. ”Tinggal naik bus saja. Enggak pakai scan-scan, gitu. Di stasiun-stasiun juga kadang pada langsung masuk saja, enggak scan Peduli Lindungi,” katanya saat menunggu bus di Halte Bundaran HI.
Selain di halte, orang-orang yang duduk di kawasan trotoar Jalan MH Thamrin juga abai terhadap protokol kesehatan. Beberapa orang yang duduk di bangku-bangku trotoar sama sekali tidak berjarak dalam berinteraksi satu sama lain, bahkan tidak mengenakan masker.
Sebaliknya, penerapan protokol kesehatan jauh lebih ketat saat hendak memasuki stasiun MRT. Sejumlah penumpang di Stasiun MRT Dukuh Atas dan Stasiun Bundaran HI terlihat patuh memindai barcode dengan gawai mereka.
Selain itu, pemandangan serupa tampak di Pusat Perbelanjaan Plaza Indonesia. Sejumlah pengunjung mengantre di pintu masuk untuk memindai barcode melalui aplikasi Peduli Lindungi. Adapun tempat duduk di pelataran kawasan tersebut juga diberi tanda berjarak antarkursinya.
Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia Alphonzus Widjaja menyampaikan, sampai saat ini pusat perbelanjaan masih memberlakukan protokol kesehatan Covid-19. Penerapan tersebut, antara lain, ialah pengunjung wajib vaksin yang dideteksi melalui aplikasi Peduli Lindungi, wajib masker, pemeriksaan suhu tubuh, jaga jarak, dan cuci tangan.
”Selama ini pusat perbelanjaan merupakan satu-satunya fasilitas publik yang masih terus-menerus konsisten menerapkan protokol Covid-19. Pusat perbelanjaan juga masih mendorong pencapaian vaksinasi dengan menyelenggarakan sentra vaksinasi untuk melayani masyarakat,” ujarnya.