Tenaga Medis Sangat Dibutuhkan di Lokasi Pengungsian
Tim medis RSUD Cimacan yang menangani korban gempa di lapangan masih kekurangan tenaga. Akibatnya, mereka kesusahan menjangkau korban yang berjumlah ribuan, dan kelelahan memberikan pelayanan.
Oleh
RIVALDO ARNOLD BELEKUBUN
·4 menit baca
CIANJUR, KOMPAS — Penanganan medis korban gempa di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, masih cukup sulit akibat kurangnya tenaga kesehatan. Tim medis Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cimacan yang merawat korban di lapangan masih kekurangan tenaga kesehatan sehingga belum dapat menjangkau ribuan warga korban gempa di Kecamatan Cugenang dan Pacet.
Pada Rabu (23/11/2022), manajemen RSUD Cimacan, yang terletak di Cipanas, Cianjur, akan mulai menggerakkan tim medis ke lokasi pengungsian korban gempa. Tim medis ini bertujuan merawat korban luka ringan langsung di tempat pengungsian agar tidak perlu dibawa ke rumah sakit.
Warga dengan luka cedera, seperti patah tulang dan robek besar, akan dirujuk ke rumah sakit. Adapun warga dengan luka berat yang berisiko kematian dirujuk ke rumah sakit di Bogor dan Ciawi.
Direktur RSUD Cimacan Juliana Aritonang mengatakan, tim medis tersebut akan dikirim ke lima posko tenda pengungsian di kawasan Cibeureum. Satu posko akan didatangi dua perawat serta satu dokter yang fokus melakukan penanganan luka ringan warga serta pendataan warga yang terluka akibat gempa.
Tim medis tersebut juga akan membawa logistik, seperti obat-obatan, selimut, makanan dan minuman yang disalurkan dari Kementerian Sosial (Kemensos) dan Kementerian Kesehatan (Kemenkes).
”Kami mulai menurunkan petugas kesehatan ke lapangan agar para korban segera mendapatkan penanganan medis. Di posko-posko pengungsian, para petugas akan memeriksa untuk mengetahui terlebih dahulu jenis luka para korban. Kemudian, setelah itu, baru akan diputuskan siapa korban yang akan langsung ditangani dan siapa yang perlu dirujuk ke rumah sakit,” ujar Juliana ketika ditemui di halaman Balai Besar Pelatihan Kesehatan (BBPK) Ciloto di depan RSUD Cimacan.
Juliana menjelaskan, jumlah tim akan ditambah seiring dengan bertambahnya petugas kesehatan, baik dari Kemenkes maupun sukarelawan. Saat ini, tim medis yang diturunkan hanya petugas RSUD Cimacan sehingga dengan bantuan dari pihak lain akan memungkinkan lebih banyak posko pengungsian warga yang ditangani.
Tim kesehatan mobil juga akan terus berkeliling memantau kondisi warga dan memastikan posko pengungsian yang sangat membutuhkan bantuan. Tim ini terdiri atas petugas RSUD Cimacan nonmedis yang akan menyusuri posko pengungsian warga di Kecamatan Cugenang dan Pacet. Mereka telah bertugas mendata korban gempa di daerah itu sejak Senin (21/11) yang lalu.
Menurut Koordinator Lapangan Bencana RSUD Cimacan Rizky Utama, tim-tim yang dikirimkan tersebut masih kekurangan tenaga. Banyak dari mereka kurang istirahat sejak awal bertugas menangani korban bencana gempa. Untuk itu, tim medis yang digerakkan akan berada di lokasi selama 12 jam, dari pukul 08.00 hingga 20.00. Namun, apabila dibutuhkan dan situasi genting, tim medis akan tetap berada di posko.
Sulit dijangkau
Bantuan tenaga medis di posko-posko pengungsian sangat dibutuhkan warga. Banyak korban cedera belum mendapatkan perawatan medis dan mengandalkan perawatan dari warga lainnya. Selain itu, banyak warga sakit yang membutuhkan pengobatan.
Masalah krusial lainnya adalah banyak posko pengungsian yang belum tersentuh bantuan dan tenaga medis. Posko pengungsian tersebut berada di dalam kawasan permukiman, beberapa ratus meter dari jalan nasional Cipanas menuju Cianjur, sehingga sering luput dijamah oleh bantuan.
Salah satu posko pengungsian ini berada di Rukun Tetangga (RT) 001 Rukun Warga (RW) 001, Kampung Cibeureum, Desa Cibeureum. Di posko ini terdapat lima tenda dengan ukuran variatif yang didirikan di lahan perkebunan.
Sebanyak 35 keluarga terpaksa mengungsi di lokasi itu. Ada beberapa warga yang menderita penyakit, baik sebelum dan setelah gempa, satu di antaranya menderita stroke yang membuatnya lumpuh.
Bisri (60), penderita penyakit stroke, tidak bisa beranjak dari tempat tidur untuk menyelamatkan diri akibat kakinya yang lumpuh. Ia sempat tertimpa lemari selama beberapa jam sebelum diselamatkan tetangga. Kini, ia mengungsi di salah satu tenda yang dikhususkan untuk dirinya.
Bisri mengatakan, belum ada bantuan medis dari pihak RSUD Cimacan ataupun pihak pemerintah di pengungsiannya. Padahal, ia butuh pemeriksaan lukanya akibat gempa serta menerima pengobatan. Beruntung, pada Rabu (23/11), Reno Yovial, dokter sukarelawan mengunjungi posko pengungsian RT 001 RW 001, Kampung Cibeureum, sehingga bisa memeriksa dan mengobati Bisri serta beberapa orang lain yang sakit dan luka.
”Saya bersama teman-teman berinisiatif datang ke beberapa posko yang ada di pelosok permukiman karena di sini jarang mendapat bantuan. Mungkin karena tempatnya sulit dijangkau, jadi bantuan hanya terpusat di jalan depan (jalan nasional Cipanas menuju Cianjur) saja,” ujar Reno.
Menteri Kesehatan Budi, dalam kunjungannya di RSUD Cimacan, mengatakan, petugas kesehatan di lapangan ataupun rumah sakit harus fokus penanganan korban dengan luka berat agar tidak sampai meninggal, serta penanganan korban dengan luka ringan agar segera sembuh. Untuk itu, ia telah menggerakkan sejumlah tenaga kesehatan untuk datang membantu di rumah sakit dan di lapangan, terutama dokter spesialis ortopedi dan bedah.
”Ada sekitar lebih dari 15 tim yang kami kirim ke tempat pengungsian. Kami telah mengidentifikasi lebih dari 2.300 warga yang luka ringan yang dapat dirawat di posko pengungsian. Sementara yang luka berat perlu dirujuk ke rumah sakit,” ujarnya.