Jakarta Live Act, Upaya Memajukan Budaya Betawi dalam Industri Musik
Budayawan, pemusik, dan seniman Jakarta berusaha mendorong budaya Betawi agar tetap eksis di masa kini dan masa yang akan datang. Mereka berencana memperbanyak kolaborasi antara musik tradisional dan musik modern.
Oleh
RIVALDO ARNOLD BELEKUBUN
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Para seniman, pemusik, dan budayawan Betawi yang memeriahkan festival Jakarta Live Act sepakat mendorong kesenian Betawi melalui kolaborasi antara musik tradisional dan musik modern. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta berkomitmen mensponsori mereka melalui platform dan kegiatan kesenian. Ini untuk menjaga kesenian Betawi, terutama musiknya, tetap eksis.
Jakarta Live Act digelar di M Bloc Space, kawasan Blok M, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, 19-20 November 2022. Turut hadir, pemusik, seniman, dan budayawan yang memeriahkan festival dengan konser musik serta gelar wicara. Acara yang gratis ini terbuka untuk umum, cukup dengan mendaftar lewat website dan aplikasi Goers.
Adapun penyanyi yang tampil pada Sabtu (19/11/2022) adalah Maria Calista dan Danilla Riyadi, bersama dengan produser Kezia Caroline dan grup dancer Muda Mudi Nusantara. Adapun pada Minggu (20/11) akan tampil duo penyanyi Endah dan Rhesa serta rapper Saykoji.
Konser pada Sabtu dibuka dengan penampilan Maria Calista dan Kezia Caroline yang membawakan lagu tradisional dari berbagai provinsi Indonesia, seperti ”Sinanggar Tulo” dan ”Bungong Jeumpa”. Penonton yang rata-rata adalah anak muda antusias menyaksikan festival. Tiket konser ludes dan ruangan konser penuh. Mereka ikut menyanyi dan bertepuk tangan mengikuti irama musik tradisional yang dicampur dengan electronic dance music karya Kezia.
Di sela-sela acara konser, ada acara gelar wicara yang diikuti para seniman dan budayawan. Mereka berdiskusi mengenai harapan tentang industri musik Jakarta. Pembicaraan mengenai kolaborasi antara musik tradisional dan musik modern menjadi tema utama dalam festival tersebut.
Sekretaris Jenderal Lembaga Kebudayaan Betawi Hasbullah Imbong mengatakan, kota Jakarta menjadi kota global, bahkan sebelum Indonesia merdeka. Sekarang, Jakarta merupakan salah satu kota kosmopolitan yang menampung banyak orang dari berbagai asal dan latar budaya. Artinya, kota Jakarta telah mengalami asimilasi budaya yang memengaruhi eksistensi kebudayaan Betawi, yang merupakan budaya asli Jakarta.
Meski begitu, ia optimistis budaya Betawi akan bertahan karena kesenian Betawi telah memiliki pengaruh yang besar dalam perindustrian kreatif di Indonesia.
”Di radio, logat yang paling di terima adalah logat Betawi. Kata lu dan gue sering digunakan di acara-acara televisi nasional. Banyak artis, pemusik, dan seniman merupakan orang Jakarta yang membawa persona dan budaya Betawi. Maka dari itu, saya yakin kalau Betawi akan selalu eksis,” tutur Hasbullah dalam acara pembukaan Jakarta Live Act yang diadakan oleh Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Disparekraf) DKI Jakarta, Sabtu (19/11).
Hasbullah menjelaskan, budaya Betawi merupakan tradisi yang tidak hanya dimiliki orang Betawi asli. Semua orang yang peduli dan dekat dengan Betawi bisa mengeksplorasi dan menggunakannya sebagai ekspresi kreatif.
Meski demikian, untuk mengeksplorasi dan menggunakannya sebagai ekspresi kreatif, menurut dia, perlu dilakukan pendalaman budaya Betawi melalui riset dan interaksi dengan komunitas orang Betawi. Hal ini yang harus menjadi perhatian seniman Jakarta, terutama anak muda, yang mencoba membawa tradisi Betawi dalam seninya.
Inspirasi Benyamin Sueb
Aktor dan penyanyi khas Betawi, Ajul Jiung, mengatakan hal senada. Menurut dia, musik Betawi perlu dieksplorasi oleh pemusik selayaknya dulu dilakukan legenda pemusik dan aktor Betawi, Benyamin Sueb. Banyak musik khas Betawi yang diciptakan Benyamin dengan unsur kekinian.
Salah satunya adalah eksplorasi rap yang coba dilakukan Benyamin dalam musiknya. Cara ini merupakan akulturasi kesenian Betawi dengan budaya seni modern yang dapat bertahan di tengah perkembangan zaman.
”Legenda Betawi, Benyamin Sueb, adalah seorang yang jenius. Di balik kekonyolan dan kelucuan beliau, Benyamin memiliki dedikasi yang tinggi dalam belajar apa pun yang ia tekuni, ia tidak menutup diri dari hal baru,” ujarnya dalam kegiatan gelar wicara bertajuk ”Kalau Bukan Kita Siapa Lagi?” di acara Jakarta Live Act.
Ajul menuturkan, eksplorasi kebudayaan Betawi dapat dilakukan oleh seniman Jakarta dengan mengolaborasikannya dengan musik modern. Tidak ada batasan dari seni, tetapi perlu ada pengertian yang mendalam mengenai seni yang coba diangkat dalam karya. Untuk itu, seniman Jakarta perlu membuka diri terhadap budaya Betawi serta memperdalamnya dengan belajar dan membangun relasi dengan komunitas orang Betawi.
Produser musik, Kezia Caroline, sepakat dengan hal itu. Bagi dia, pemusik harus memahami latar belakang dari musik yang dibawanya.
Ia sendiri kerap membawa musik tradisional dalam produksinya. Setiap instrumen yang ia pakai selalu dipelajari secara mendalam, baik dengan riset pribadi maupun belajar langsung dari masyarakat adat yang memiliki instrumen tersebut. Dengan mengenal instrumen musik tradisional yang digunakan, musik yang ia produksi memiliki nilai yang lebih kaya.
”Saya mencoba membuat musik yang inspiratif. Maka dari itu, saya berfokus untuk mengangkat musik-musik dengan instrumen tradisional yang digabungkan dengan musik modern agar saya bisa menawarkan musik yang dekat dengan dunia, tetapi tetap membawa nilai-nilai Indonesia. Tujuannya adalah membuat orang luar negeri terinspirasi dengan instrumen tradisional Indonesia dan membuat orang Indonesia juga sadar bahwa musik tradisional itu keren,” papar Kezia dalam acara tersebut.
Kepala Disparekraf DKI Jakarta Andhika Pratama mengatakan, pemerintah siap mendorong seniman Jakarta untuk berkreasi, terutama yang akan membawa budaya Betawi dalam kreasinya. Musik kesenian Betawi menjadi salah satu fokus dari Disparekraf DKI dalam pengembangan 17 subsektor ekonomi kreatif, musik adalah salah satunya. Selain itu, melalui Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 11 Tahun 2017 tentang Ikon Budaya Betawi, pemerintah punya kewajiban untuk mendorong kebudayaan tersebut.
”Makanya, seniman Betawi punya hak dan peluang yang luas untuk memajukan keseniannya. Kami siap membantu dan mendorong semua pemusik Jakarta yang ingin membawa budaya Betawi melalui kegiatan-kegiatan musik dan platform-platform seni. Saya yakin ini akan mendapatkan antusias dari anak-anak muda dan seluruh masyarakat Jakarta,” tuturnya.