Kantong Parkir di Terminal Kampung Rambutan dan Pulogebang Belum Optimal
Sejumlah kantong parkir di terminal bus di Jakarta masih belum dimanfaatkan oleh masyarakat. Fasilitas itu untuk menunjang beralihnya warga ke transportasi massal.
Oleh
Agustinus Yoga Primantoro
·4 menit baca
AGUSTINUS YOGA PRIMANTORO
Kantong parkir Terminal Terpadu Pulogebang, Jakarta Timur, Jumat (18/11/2022).
JAKARTA, KOMPAS — Keberadaan park and ride atau kantong parkir di Terminal Kampung Rambutan dan Pulogebang sebagai sarana beralih ke transportasi massal belum dioptimalkan masyarakat. Pengelola terminal terus menyosialisasikan kepada masyarakat agar sarana tersebut dapat dimanfaatkan.
Pantauan Kompas selama dua hari di empat terminal, yakni Terminal Kampung Rambutan, Terminal Terpadu Pulogebang, Terminal Ragunan, dan Terminal Kalideres, tampak kantong parkir yang tersedia telah diisi oleh kendaraan para penumpang. Namun, kantong parkir di Terminal Kampung Rambutan dan Terminal Terpadu Pulogebang masih belum terisi penuh.
Dari tiga lantai kantong parkir vertikal di Terminal Terpadu Pulogebang, Jumat (18/11/2022), hanya di lantai 1 yang terisi penuh oleh kendaraan roda dua. Sementara masih tersisa banyak ruang di lantai 2, bahkan di lantai 3 tidak ada kendaraan sama sekali. Dengan total daya tampung sekitar 1.137 kendaraan, lebih dari separuhnya belum terisi.
AGUSTINUS YOGA PRIMANTORO
Lantai 3 kantong parkir Terminal Terpadu Pulogebang, Jakarta Timur, Jumat (18/11/2022), tampak kosong.
Luas kawasan kantong parkir tersebut sekitar 1.620 meter persegi. Terdapat juga halte Transjakarta di gedung D dengan jarak sekitar 200 meter. Sementara itu, jarak menuju Stasiun Kereta Komuter Cakung sekitar satu kilometer.
”Untuk sosialisasi, kami telah memberikan infografis melalui media banner dan media sosial. Tarif parkir Rp 2.000 secara flat juga dapat memudahkan pengguna jasa terminal,” kata staf Humas Operasional dan Kemitraan Unit Pengelola Terminal Terpadu Pulogebang, Saka Putra.
Kondisi serupa terjadi di kantong parkir Terminal Kampung Rambutan, Kamis (17/11/2022). Kantong parkir dua lantai berukuran kira-kira 20 meter x 40 meter itu terlihat menyisakan banyak ruang kosong.
Kepala Terminal Kampung Rambutan Yulza Romadhoni mengakui bahwa kantong parkir tersebut masih belum dioptimalkan oleh masyarakat. Padahal, pembangunan kantong parkir dimaksudkan untuk mempermudah masyarakat, khususnya para pekerja yang hendak menuju ke pusat kota agar beralih ke transportasi massal. ”Kami terus melakukan sosialisasi, salah satunya melalui media sosial,” katanya.
AGUSTINUS YOGA PRIMANTORO
Kondisi lantai 2 kantong parkir Terminal Kampung Rambutan, Jakarta Timur, yang sepi, Kamis (17/11/2022).
Asep Deri, petugas parkir Terminal Kampung Rambutan, mengatakan, rata-rata pengendara yang memarkirkan kendaraan merupakan pegawai kantor. Selama hampir tiga tahun bekerja, Asep tidak pernah melihat satu pun kendaraan terparkir di lantai dua kantong parkir tersebut.
”Mereka yang parkir biasanya pagi datang, sore atau malam baru ambil motor. Bisa dilihat sendiri jumlah kendaraan yang parkir hanya segitu. Motor enggak sampai 50, mobil paling sekitar 20,” kata Asep.
Padahal, kantong parkir tersebut mampu menampung 140 mobil dan 360 sepeda motor. Adapun jarak dari kantong parkir menuju halte Transjakarta sekitar 100 meter. Di halte tersebut terdapat sejumlah trayek Transjakarta, antara lain 7A (Kampung Rambutan-Lebak Bulus), 7B (Kampung Rambutan-Blok M), S22 (Ciputat-Kampung Rambutan), dan sebagainya.
Baru tahu kalau ada tempat parkir di dalam terminal ini. Mungkin selanjutnya bisa coba parkir di sini lanjut naik bus.
Jajang (44), warga, mengaku baru pertama kali memarkirkan kendaraan roda duanya di kantong parkir tersebut. Sebelumnya, ia tidak tahu bahwa terdapat sarana parkir bagi masyarakat yang ingin melanjutkan perjalanan dengan transportasi massal.
”Baru tahu kalau ada tempat parkir di dalam terminal ini. Mungkin selanjutnya bisa coba parkir di sini lanjut naik bus,” ujar Jajang.
Biaya parkir di setiap kantong parkir ditetapkan dalam Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 31 Tahun 2017 tentang Tarif Layanan Park and Ride. Sepeda motor dikenai biaya Rp 2.000 untuk sekali parkir dan kendaraan roda empat atau lebih dikenai biaya Rp 4.000 untuk sekali parkir.
AGUSTINUS YOGA PRIMANTORO
Suasana kantong parkir Terminal Kampung Rambutan, Jakarta Timur, Kamis (17/11/2022).
Sebaliknya, kantong parkir Terminal Ragunan, Jakarta Selatan, yang berukuran sekitar 25 meter x 40 meter hampir tidak menyisakan ruang kosong. Kantong parkir yang terdiri atas tiga lantai ini dipenuhi ratusan sepeda motor serta sekitar 20 unit kendaraan roda empat yang terparkir di lantai tiga dan tanjakan ke lantai dua.
Sejak pukul 17.00 WIB, para penumpang bus Transjakarta berpakaian rapi turun di pemberhentian Terminal Ragunan. Mereka langsung menuju ke kendaraan pribadi masing-masing yang terparkir sekitar 30 meter dari halte.
Rudi (47), karyawan di kawasan Jalan Gatot Subroto, Jakarta Pusat, memanfaatkan kantong parkir di Terminal Ragunan yang terintegrasi dengan Transjakarta. Selama lebih dari tiga tahun selalu parkir di tempat yang sama.
”Biar enggak kena macet. Kalau pakai bus, kan, ada jalannya sendiri (busway), dan lebih nyaman saja,” kata Rudi sembari mengeluarkan sepeda motornya.
Menurut Udin (55), petugas parkir Terminal Ragunan, kondisi kantong parkir tersebut selalu ramai setiap harinya. ”Orang-orang kerja kantoran yang parkir di sini. Total bisa sampai sekitar 900 kendaraan kira-kira,” kata Udin.
Djoko Setijowarno, pengamat transportasi publik, mengatakan, keberadaan kantong parkir merupakan sarana bagi masyarakat untuk beralih ke transportasi massal. Agar sarana tersebut optimal, pemerintah perlu menunjang dengan penerapan kebijakan push and pull strategy ataumendorong masyarakat agar menggunakan transportasi publik dengan menyediakan sarana penunjang.
”Parkir di tengah kota dibuat semakin mahal dan lahan parkirnya dibuat semakin sedikit sehingga masyarakat didorong untuk menggunakan transportasi umum. Masyarakat diberikan sarana pull yang bagus, lalu didorong untuk menggunakan transportasi publik,” kata Djoko.
Dia menambahkan, pemerintah perlu menambah trayek angkutan umum yang menjangkau ke permukiman dan perumahan masyarakat. Ini agar masyarakat dapat menjangkau stasiun ataupun terminal tanpa kendaraan pribadi. ”Sementara ini, masih belum banyak layanan angkutan umum dari kawasan perumahan. Kalau ada itu, masyarakat tentu akan memilih untuk naik transportasi tersebut,” ujar Djoko.