Polisi Buru Guru Terduga Pelaku Pelecehan Seksual di Bekasi
Kasus pelecehan seksual oleh seorang guru terhadap muridnya di sebuah sekolah dasar di Kota Bekasi, Jawa Barat, kembali mencoreng citra pendidikan. Pelaku hingga saat ini masih buron.
Oleh
Agustinus Yoga Primantoro
·4 menit baca
AGUSTINUS YOGA PRIMANTORO
Suasana sekolah seusai pembelajaran di Kecamatan Jatiasih, Kota Bekasi, Jawa Barat, Rabu (16/11/2022).
BEKASI, KOMPAS — Kasus pelecehan seksual oleh seorang guru terhadap muridnya di sebuah sekolah dasar di Kota Bekasi, Jawa Barat, kembali mencoreng citra pendidikan. Pelaku hingga saat ini masih buron. Aparat Polres Metro Bekasi Kota pun tengah memburunya.
Kepala Polres Bekasi Kota Komisaris Besar Hengki mengatakan, saat ini pihaknya sedang melakukan pengejaran terhadap terduga pelaku yang melarikan diri sejak dilaporkan melakukan pelecehan, Kamis (3/11/2022). Terduga pelaku tersebut merupakan guru honorer yang telah diberhentikan oleh sekolah akibat perbuatannya.
”Sangat disayangkan ketika terjadi itu. Terduga pelaku yang merupakan guru tenaga kerja kontrak (TKK) langsung diberhentikan. Seharusnya diamankan terlebih dahulu, bukan langsung dikeluarkan. Akhirnya sekarang yang bersangkutan hilang dan kami sedang melakukan pencarian,” kata Hengki, Rabu (16/11/2022).
Saat ini korban yang telah melapor ke Polres Metro Bekasi Kota berjumlah tiga orang. Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Metro Bekasi Kota Komisaris Ivan Adhitira menyampaikan, pihaknya tengah mengembangkan alat bukti yang mengarah ke pelaku.
AGUSTINUS YOGA PRIMANTORO
Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Metro Bekasi Kota Ivan Adhitira menyampaikan perkembangan kasus laporan pelecehan seksual di sebuah SD di Kecamatan Jatiasih, Kota Bekasi, Rabu (16/11/2022).
”Pelaku membujuk para korbannya dengan modus untuk mengajari korban secara khusus. Rata-rata (kasus pelecehan itu) terjadi pada tahun ini. Kami sudah memeriksa lima saksi,” ucap Ivan.
Menanggapi kasus pelecehan di lingkungan pendidikan, Kepala Dinas Pendidikan Kota Bekasi UU Saeful Mihdar mengatakan, pelaku telah ditindak tegas dengan pemutusan kerja sepihak. Dinas Pendidikan Kota Bekasi tengah merancang program satuan tugas perlindungan anak di setiap sekolah sebagai upaya pencegahan.
Hal itu dilakukan bersama dengan para pemangku kepentingan, seperti Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) dan Komisi Perlindungan Anak Daerah (KPAD) Kota Bekasi.
”Dunia pendidikan harus bersih dari oknum yang seperti itu dan harus memberikan perlindungan kepada anak secara penuh. Salah satunya nanti kami akan mengoptimalkan tenaga bimbingan konseling dan psikolog untuk mendeteksi perilaku menyimpang,” ucap Saeful.
Pelaku yang berstatus guru honorer itu, lanjut Saeful, terpaksa mengajar di kelas dua karena sekolah tersebut kekurangan tenaga pendidik. ”Sekali lagi kami ucapkan mohon maaf kepada semua pihak. Jujur, kami merasa kecolongan dengan adanya kasus seperti ini,” katanya.
Kasus pelecehan itu mencuat ke publik setelah salah satu orangtua murid melaporkan kejadian tersebut ke DP3A dan Polres Metro Kota Bekasi, Jawa Barat, Kamis (3/11/2022). Hingga medio tahun 2022 kasus pelecehan pada anak di Kota Bekasi mencapai 16 kasus.
”Kami menyayangkan kejadian tersebut. Guru yang seharusnya memiliki etika dan moral justru mencoreng citra dunia pendidikan lewat perilakunya. Kami khawatir, kalau terjadi lagi dan tidak terungkap, kasihan generasi selanjutnya,” ucap komisioner Bidang Hukum KPAD Kota Bekasi, Novrian, seusai mendampingi para murid.
Tadi kami melakukan semacam permainan simulasi dalam bentuk tulisan untuk melihat indikasi adanya tindakan kekerasan.
Dari hasil asesmen yang dilakukan tim KPAD Kota Bekasi, murid yang dilecehkan bukan hanya satu orang. Empat siswa mengaku merasa terancam dan memilih menghindar dari pelaku saat ditanya oleh Novrian dan tim DP3A Kota Bekasi.
”Karena kemarin banyak masyarakat yang datang, takutnya akan berdampak kepada para murid sehingga kegiatan tersebut baru bisa dilakukan hari ini secara privat. Tadi kami melakukan semacam permainan simulasi dalam bentuk tulisan untuk melihat indikasi adanya tindakan kekerasan,” kata Novrian.
Para murid yang memiliki trauma juga diberi dukungan. Novrian menambahkan, pendampingan dilakukan untuk mendeteksi trauma pada para murid dan mengapresiasi murid yang telah berani bersuara dengan memberikan gelar ”pahlawan”.
KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN
Mural kampanye perlindungan anak tergambar di tembok rumah warga di kawasan Cinere, Depok, Jawa Barat, Senin (20/7/2020).
Melalui suara mereka, kata Novrian, mata rantai tindak pelecehan dapat dideteksi dan ditindaklanjuti karena peristiwa tersebut merupakan fenomena gunung es. Selanjutnya, KPAD berkomitmen terus memberikan pendampingan hukum bagi para korban. Selain itu, kejadian ini diharapkan menjadi pembelajaran bagi para orangtua dan pemangku kepentingan di dunia pendidikan.
Selain itu, KPAD meminta Dinas Pendidikan Kota Bekasi mengevaluasi standar kualitas guru dengan memasukkan unsur-unsur pengetahuan tentang pencegahan kekerasan seksual. Salah satunya, tambah Novrian, dalam bentuk aturan, terutama perihal ancaman sanksi kekerasan seksual oleh guru.
Sementara itu, para orangtua murid atau keluarga juga diminta menjalin keterbukaan dengan anaknya. Selain sebagai tempat pendidikan dan perlindungan bagi anak, orangtua juga harus mengetahui pola didik dan pola asuh anak.
”Masih ada orangtua yang lebih banyak menuntut ketimbang mendengarkan persoalan anaknya sehingga keterbukaan dan kedekatan antara anak dan orangtua kurang terbangun,” ujar Novrian.
AGUSTINUS YOGA PRIMANTORO
Para orangtua murid sedang menunggu anak mereka selesai pembelajaran, di Kecamatan Jatiasih, Kota Bekasi, Jawa Barat, Rabu (16/11/2022).
Kabar tersebut ternyata juga ramai diperbincangkan di kalangan para orangtua murid. Meski tidak tahu secara pasti bagaimana kejadiannya, peristiwa tersebut membuat mereka semakin waspada.
”Pasti khawatir ya, namanya juga anak. Jadi lebih perhatian ke anak. Setiap pulang sekolah saya tanya apa saja kegiatannya di sekolah dan bagaimana pembelajaran di sekolah,” kata salah seorang wali murid yang tengah menunggu anaknya pulang sekolah di Bekasi.
Para orangtua itu juga sangat menyayangkan kejadian tersebut. Mereka berharap kejadian tersebut tidak terulang kembali. ”Kejadian ini membuat kami para orangtua jadi lebih waspada kalau ada kegiatan di sekolah,” kata orangtua lain yang hendak menjemput anaknya.