Kegiatan donor darah dilakukan di Jakarta Utara yang menyasar para petugas pelayanan publik di DKI Jakarta. Kegiatan ini juga menyertakan pembagian bahan pokok sebagai bentuk apresiasi kepada petugas.
Oleh
Ayu Nurfaizah
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sebanyak 1.000 petugas pelayanan publik di bawah Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengikuti kegiatan donor darah yang diselenggarakan Yayasan Dhammasukha Indonesia di Pluit Village Mall, Jakarta Utara, Sabtu (12/11/2022). Para petugas juga mendapat bantuan berupa bahan pokok.
Ketua Panitia Kusyanto dari Yayasan Dhammasukha Indonesia menuturkan, kegiatan ini bekerja sama dengan Pemprov DKI Jakarta, Wali Kota Jakarta Utara, Palang Merah Indonesia (PMI) DKI Jakarta, dan PMI Kabupaten Bekasi, Jawa Barat. Adapun para pendonor terdiri dari petugas penanganan prasarana dan sarana umum (PPSU), petugas penyedia jasa lainnya orang perorangan (PJLP), petugas dinas perhubungan, dan satuan polisi pamong praja (satpol PP).
”Untuk kegiatan donor darah yang menyasar skala besar hingga ribuan orang seperti ini, kami bekerja sama dengan kota administrasi, walaupun masyarakat umum juga diperbolehkan terlibat. Selain itu, kegiatan ini juga merupakan bentuk apresiasi kami kepada para petugas yang telah membantu merawat fasilitas di DKI Jakarta,” kata Kusyanto.
Seusai mendonorkan darah, para petugas mendapatkan paket bantuan bahan pokok yang terdiri dari 3 kilogram (kg) beras, 1 kg gula, 1 liter minyak, sarden, dan kerupuk mentah. Kusyanto menyebutkan, nilai satu paket bahan pokok itu Rp 100.000. Bantuan berupa bahan pokok ini dari para donatur Yayasan Dhammasukha.
Penjabat Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono yang juga hadir dalam acara ini mengapresiasi kegiatan donor darah yang disertai dengan pemberian bantuan berupa bahan pokok kepada para petugas pelayanan publik. Harapannya, kegiatan ini terus diperluas ke wilayah kota administrasi Jakarta yang lain.
Ketua PMI DKI Rustam Effendi menuturkan, kebutuhan darah di DKI Jakarta setiap hari mencapai 1.200 kantong yang dipasok ke 190 rumah sakit di Jabodetabek. Menurut dia, PMI akan kesulitan memenuhi kebutuhan darah ini apabila tidak bekerja sama dengan pihak lain, seperti pemerintah kota administrasi dan komunitas masyarakat.
”Setiap hari maksimal hanya 100 orang yang mendonorkan darahnya ke PMI. Jadi, jika mengandalkan itu saja, kebutuhan darah di DKI Jakarta susah terpenuhi. Maka dari itu, kegiatan donor darah yang dilakukan komunitas seperti ini perlu didukung oleh seluruh lapisan masyarakat,” kata Rustam.
Ia mengakui, PMI DKI Jakarta pernah kekurangan darah ketika terjadi lonjakan kasus Covid-19. Hal ini karena banyak masyarakat yang takut mendonorkan darahnya dan mengira bahwa layanan PMI tutup. Padahal, layanan donor darah merupakan sektor kesehatan yang dibuka 100 persen saat pandemi Covid-19.
”Saat ini stok darah relatif aman. Tadi pagi, kami punya 1.400 kantong dan dapat tambahan 1.200 kantong dari acara ini. Stok ini cukup untuk hari ini dan besok. Untuk lusa, kita harus cari lagi,” ujarnya.
Petugas PPSU Kamal Muara, Penjaringan, Jakarta Utara, Nirwan (34), menuturkan, ia tidak tahu bahwa ada pembagian bahan pokok dalam acara ini. Nirwan yang sering mengikuti donor darah ini mengaku senang karena bantuan itu dapat mengurangi pengeluaran keluarganya yang terdiri atas empat orang. ”Beras ini bisa untuk empat hari,” ujarnya.
Biasanya, kami membeli telur satu minggu sekali, sekarang dua minggu sekali.
Nirwan mengatakan, sejak harga bahan bakar minyak naik, banyak kebutuhan sehari-hari yang harganya juga naik. Keluarganya pun bersiasat dengan mengurangi separuh konsumsi telur dari kebutuhan normal.
”Biasanya, kami membeli telur satu minggu sekali, sekarang dua minggu sekali. Harga kebutuhan yang lain juga naik, padahal gaji juga digunakan untuk membayar angsuran motor,” katanya, menambahkan.
Berbeda dengan Nirwan, petugas PJLP Dinas Pertamanan dan Hutan Kota melalui Kecamatan Penjaringan, Sifa Indiyani (35), menuturkan, keluarganya tidak mengurangi kebutuhan untuk bahan pangan sekalipun harga beberapa kebutuhan naik.
”Kami bersiasat dengan mengurangi penggunaan listrik karena gaji tidak mencukupi jika dialokasikan penuh untuk membayar listrik. Kalau kebutuhan pokok, tidak saya kurangi karena untuk menjaga kesehatan,” ujarnya.
Sifa juga merasa senang mendapat bantuan berupa bahan pokok. Selain bisa menghemat pengeluaran untuk beras selama empat hari, ia juga tidak perlu membeli minyak yang biasanya didapatkan dengan harga subsidi di toko kebutuhan pokok.