Meniti Jembatan Penyeberangan Jakarta yang Tidak Aman dan Sempit
Jembatan penyeberangan di DKI Jakarta masih menyisakan persoalan seperti aksesbilitas, keamanan, dan kebersihan. Maka dari itu diperlukan revitalisasi jembatan, serta penyediaan zebra cross dan pelican cross.
Oleh
Ayu Nurfaizah
·4 menit baca
AYU NURFAIZAH
Asmaniah (23) dan sampah yang ada di JPO depan Galeri Nasional, Gambir, Jakarta Pusat pada Selasa (8/11/2022).
JAKARTA, KOMPAS-Keberadaan jembatan penyeberangan orang atau JPO di DKI Jakarta seharusnya menjadi tempat aman dan nyaman bagi pejalan kaki untuk menyeberang dari satu titik ke titik lain. Namun, masih ada beberapa persoalan terkait aksesbilitas, keamanan, hingga kebersihan yang masih harus diperbaiki oleh pemerintah daerah agar fasilitas publik itu tersedia lebih baik lagi.
Pengguna JPO di depan Gedung Sapta Pesona Kementerian Pariwisata, Gambir, Jakarta Pusat, Wahyu Suherman (30) pada Selasa (8/11/2022) lalu mengatakan, mulanya ia tidak tahu JPO ini dapat digunakan. Hal ini karena banyak beton dan kawat berduri milik polisi yang menghalangi akses naik dari sisi Gedung Sapta Pesona.
JPO di depan Gedung Sapta Pesona ini lebarnya 2 meter (m) dan memiliki dua ibu tangga yang terdiri dari 10 dan 12 anak tangga yang dipisahkan satu bordes. Baluster JPO ini menggunakan alumunium dan bagian-bagiannya masih utuh. Lantai JPO yang terbuat dari besi sudah berkarat dengan gradasi warna yang berbeda-beda akibat terkorosi air hujan.
”Setahu saya, setelah korosi akan ada pelapukan yang menyebabkan besinya jadi rapuh. Jika dibiarkan saja, bisa jadi bolong kalau diinjak oleh pengguna yang lewat,” kata Wahyu.
AYU NURFAIZAH
Lantai besi yang berkarat di JPO di depan Kementerian Pariwisata, Gambir, Jakarta Pusat pada Selasa (8/11/2022).
Wahyu juga mengeluhkan spanduk yang tergantung pada baluster JPO. Menurutnya, selain merusak estetika, spanduk ini menghalangi pandangan. Hal buruk seperti pelecehan seksual, dapat terjadi tanpa ada pihak lain yang mengetahuinya.
”Saya tetap memilih lewat JPO ini, walaupun memang kita diajari bertaruh nyawa di ibu kota. Menyeberang langsung di jalanan ini berbahaya juga karena kendaraan melintas dengan cepat dan ada busway juga,” tutur Wahyu.
Ada puluhan JPO yang kami rekomendasikan untuk dirobohkan karena sudah tidak sesuai dengan standar kelayakan dan keramahan fasilitas penyeberangan itu sendiri. (Alfred Sitorus)
Serupa dengan Wahyu, Asmaniah (23) pengguna JPO di depan Galeri Nasional, Gambir, Jakarta Pusat mengaku masih memilih JPO sebagai sarana penyeberangan. Hal ini karena tidak ada pelican crossing atau zebra cross yang dilengkapi alat kontrol pengatur lalu lintas untuk menyeberang jalan.
AYU NURFAIZAH
Dua siswa sekolah berpapasan di tangga JPO yang terhubung dengan halte Seskoal, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, pada Selasa (8/11/2022).
”JPO ini lebih aman ketimbang menyeberang langsung, walaupun memang keamanan dan kebersihannya masih kurang. Itu juga masih ada sampah styrofoam dan gelas bekas minuman. Kalau ada orang jalan dari ujung sana, saya pasti terasa getaran sampai ujung satunya, walaupun getaran ini tidak sekuat bunyi langkah kaki orang yang lewat,” ujar Amaniah.
JPO di depan Galeri Nasional ini lebarnya 1,5 m. Besi di bagian lantainya sudah menghitam dengan warna tidak merata. Lebar tangga JPO ini sekitar 80 sentimeter (cm). Orang yang berpapasan ketika melewatinya harus bergantian atau memiringkan badan karena tangga ini tidak cukup untuk dilewati berdua.
Sabiha (16) pengguna JPO yang terhubung dengan halte Seskoal, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan mengaku terengah-engah ketika menaiki 34 anak tangga yang dipisahkan satu bordes JPO ini.
”Tangga ke arah halte lebih sempit lagi, ketika berpapasan dengan orang harus gantian kalau tidak cukup,” katanya.
Lebar tangga JPO ini sekitar 80 cm, sedangkan lebar JPO sekitar 1,5 m. Untuk mencapai halte bus Seskoal yang terhubung di koridor 13, pengguna harus menaiki tiga ibu tangga yang kurang lebih memiliki 43 anak tangga dengan tiga bordes dan lebar tangganya sekitar 40 cm.
Tangga antara halte Seskoal yang terhubung dengan JPO di Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, pada Selasa (8/11/2022).
Koalisi Pejalan Kaki, Alfred Sitorus mengakui JPO-JPO ini sulit diakses oleh para disabilitas, orang lanjut usia (lansia), ibu hamil, hingga ibu yang membawa anak kecil. Menurut Alfred, JPO-JPO ini lebih baik dirobohkan dan diganti zebra cross, pelican cross, atau direvitalisasi dengan menambahkan bidang miring dan liftagar bisa diakses lebih mudah.
”Ada puluhan JPO yang kami rekomendasikan untuk dirobohkan karena sudah tidak sesuai dengan standar kelayakan dan keramahan fasilitas penyeberangan itu sendiri. Kriteria kelayakan ini beberapa di antaranya yaitu bisa diakses oleh semua orang; adanya pegangan, railing, dan lantai yang aman; lebar yang disesuaikan dengan kebutuhan pengguna; hingga memiliki pencahayaan yang baik,” kata Alfred.
Alfred mengakui, banyak JPO yang sudah berusia puluhan tahun tetapi belum direvitalisasi. Salah satunya JPO di daerah Gambir yang sudah ada sejak 1980-1990an. Secara konstruksi memang masih kokoh tetapi JPO ini tidak bisa diakses para disabilitas dan beberapa JPO lain kontur lantainya licin apabila hujan.
Berdasarkan Pedoman Perencanaan Teknis Fasilitas Pejalan Kaki yang dikeluarkan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat pada 2018 terdapat beberapa kriteria pembangunan JPO. Beberapa di antaranya yaitu lebarnya minimum 2 m dengan kelandaian tangga maksimum 20 derajat; dilengkapi pagar yang memadai; mudah diakses penyandang kebutuhan khusus; pencahayaan yang baik; estetika; hingga lokasinya perlu mempertimbangkan kebutuhan publik.
Kepala Dinas Bina Marga DKI Jakarta Hari Nugroho menuturkan, timnya selalu melakukan pengawasan dan pemebrsihan secara rutin. Pembersihan ini dilakukan oleh tim kuning yang bertugas membersihkan fasilitas publik seperti jalan dan jembatan. Selain itu di beberapa JPO baru sudah dilengkapi kamera CCTV.
”Total ada 342 JPO di seluruh DKI Jakarta baik yang sudah lama maupun baru. Dari jumlah ini 21 JPO punya liftjadi bisa diakses para difabel dan orang lansia,” katanya.
Rabu (9/11/2022) kemarin, Hari menambahkan, selama dua tahun terakhir terdapat tujuh JPO yang telah direvitalisasi antara lain JPO Gelora Bung Karno, Matraman, Polda Metro Jaya, hingga JPO Pasar Minggu. Rencananya, Dishub akan merevitalisasi 11 JPO pada 2023 antara lain JPO RS Harapan Bunda, Taman Mini, Mampang Prapatan, hingga JPO UI Salemba.