Tingkatkan Kualitas Produk UMKM Kuliner, Pemprov DKI Jakarta Gandeng William Wongso
Disparekraf DKI Jakarta melakukan pelatihan memasak untuk meningkatkan kualitas produk pada UMKM binaan bersama Chef William Wongso.
Oleh
Mis Fransiska Dewi
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi DKI Jakarta berupaya meningkatkan kualitas produk makanan dari binaan usaha mikro, kecil, dan menengah atau UMKM lewat pelatihan memasak. Chef William Wongso digandeng untuk memberikan pelatihan memasak bagi UMKM binaan.
Subkoordinator Urusan Pembinaan Ekonomi Kreatif Restuning Dyah Widyanti mengungkapkan, pelatihan memasak khusus diberikan kepada pelaku UMKM yang terdaftar sebagai penyedia E-Order. Aplikasi E-Order merupakan platform yang menjembatani kegiatan pembelian produk UMKM (sebagai penyedia) dengan Institusi Pemerintahan Provinsi DKI Jakarta.
”Sebelumnya, UMKM yang menjadi peserta telah dikurasi dan memiliki potensi yang bagus, tetapi harus ditingkatkan lagi. Kasus di lapangan kebanyakan ayamnya keras, hanya beberapa saja yang baik,” kata Restu di Jakarta Creative Hub, Jakarta Pusat, pada Senin (7/11/2022).
Kualitas produk UMKM perlu ditingkatkan karena pemerintah tidak ingin membeli makanan dari katering besar sehingga Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dapat menyasar ke pelaku UMKM. ”Kami mau kasih kesempatan katering kecil (UMKM) untuk jadi mitra karena kami yang mengurasi dan mendampingi jadi tahu kualitasnya seperti apa,” ujarnya.
Sebanyak 50 UMKM binaan Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi DKI Jakarta (Disparekraf) berlatih praktik memasak dengan bahan baku ayam. Chef William memberikan tips dan trik menghasilkan tiga jenis masakan, yaitu opor ayam, ayam bakar, dan ayam goreng, dengan satu bumbu masakan.
Dalam pelatihan masak tersebut, Chef William menjelaskan mengenai teknik mengolah ayam yang baik terletak pada bumbu dasar. Kebanyakan UMKM bidang katering, kata Chef William, sering melakukan kesalahan dalam meng-ungkep ayam yang terlalu lama.
”Yang baik itu dibumbui dulu dengan kadar garam lebih banyak dalam satu malam kemudian disimpan di dalam kulkas. Keesokan hari ayam diungkep dan dikasih air. Selama ini, kan, langsung dibumbuin dan langsung dimasak,” katanya.
Dalam memasak, api yang digunakan juga tidak boleh terlalu besar. Saat mengungkep ayam, waktu menjadi hal yang perlu diperhatikan karena pada taraf tertentu kompor harus dimatikan. Tingkat kematangan pada suhu memasak juga menjadi hal penting. William menyarankan pelaku UMKM membeli temperatur kompor.
Selain teknik memasak, pelaku usaha juga harus memperhatikan penyimpanan produksi makanan sesuai dengan kapasitas agar terhindar dari masakan yang tidak higienis. ”Jangan berlebihan, kalau kapasitasnya hanya 100, jangan terima 200 orderan. Jangan dengan prinsip rezeki tidak boleh ditolak, bisa menyebabkan malapetaka kalau untuk urusan makanan,” ujarnya.
Pelatihan memasak digelar bekerja sama dengan TEKA Indonesia. Pelatihan berlangsung dalam dua sesi. Sesi pertama sebanyak 24 peserta dan sesi kedua 26 peserta. Chef William melakukan demo masak dengan menjelaskan bumbu-bumbu dasar, seperti bawang merah, bawang putih, batang serai, daun salam, daun jeruk, garam, dan gula, untuk mengolah ayam dan cara memasaknya.
Peserta yang hadir langsung mempraktikkan memasak ayam dengan alat dan bahan yang telah disediakan. Peserta juga bebas bertanya seputar memasak ayam kepada Chef William. Di sela-sela memasak, sesekali para peserta bersenda gurau dengan Chef William.
Salah satu peserta pelatihan, Yunie Batue (35), mengungkapkan, sejak tahun 2020 usaha kulinernya, yaitu nasiantar-id.com, telah menjadi binaan Disparekraf. Ia mengikuti pelatihan untuk menambah pengetahuan cara mengelola ayam yang baik dan cara penyimpanan ayam untuk usahanya itu. Ia mengaku kesulitan dalam memasak ayam karena terkadang tingkat kematangan tidak selalu pas karena perbedaan suhu dan cara memasak.
”Selama ini saya belajar dari mama saya yang tradisional banget. Kalau ini, kan, dari Chef ternama biar saya tahu trik-triknya,” ujar founder nasiantar-id.com itu.
Peserta pelatihan lainnya, Akmal Wahdi Karim (48), mengatakan, kelas pelatihan sangat berguna untuk menambah pengetahuan dan jaringan. Pelaku usaha kuliner yang memiliki menu khas ayam bakar itu ingin meningkatkan variasi produk masakannya. Selain itu, ia juga memiliki kendala untuk pengolahan jenis makanan frozen.
”Datang ke sini mau cari tips dan trik ke Chef William,” kata founder Dapur Chaqisa itu.
Untuk bisa menjadi UMKM binaan Disparekraf, UMKM harus terdaftar sebagai anggota Jakpreneur. UMKM tersebut akan mendapatkan pelatihan, workshop, bazar, serta pameran kuliner. Berdasarkan data jakpreneur.jakarta.go.id per 7 November 2022, anggota aktif Jakpreneur sebanyak 322.150 orang, sedangkan Jakpreneur usaha bidang kuliner sebanyak 143.699 UMKM.