Penambahan hingga 1.000 Meter Kubik Sampah di Pintu Air Manggarai
Setiap kali hujan deras, peningkatan beban sampah yang terbawa arus Ciliwung di Pintu Air Manggarai mencapai 1.000 meter kubik per hari.
JAKARTA, KOMPAS – Sebagai satu-satunya lokasi saringan sampah Ciliwung, beban Pintu Air Manggarai di Jakarta Pusat tersebut saat ini dianggap kian berat. Setiap hujan deras, terutama di hulu, jumlah sampah yang terbawa arus dan terjaring di Manggarai bertambah hingga 1.000 kubik per hari.
Pada Rabu (2/11/2022) pagi, beberapa petugas sedang mengangkut sampah yang tertahan di Pintu Air Manggarai. Terdapat dua alat berat yang dioperasikan dari tiga alat berat yang tersedia. Masing-masing alat berat bertugas mendorong sampah, sedangkan alat berat lainnya mengangkut sampah lalu dimasukkan ke dalam truk.
Menurut Abdullah, pengemudi truk UPK Badan Air Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, terdapat kegiatan pagi dan sore dalam mengangkut sampah dengan dua truk yang disiagakan. Setiap hari, pada keadaan normal, ada sekitar 12 meter kubik yang diangkut ke dalam satu truk.
Jika sedang ada peningkatan status semisal Siaga 1, 2 atau 3 di Pintu Air Bendung Katulampa Bogor, akan terjadi peningkatan volume sampah. Misal ketika Siaga 3, lanjut Abdullah, terdapat peningkatan hingga 1.000 meter kubik sampah atau setara dengan diangkut oleh truk sampah kering dengan jumlah 60-70 truk.
Baca juga: Mengelola Sampah Ciliwung di TB Simatupang
Menurut data sampai Agustus 2022, rata-rata sampah harian yang sampai di Pintu Air Manggarai sebanyak 25-48 meter kubik (Kompas.id, 26/9/2022). Sampah dari Manggarai tersebut akan dibawah ke tempat pembuangan sampah sementara di Jalan Perintis Kemerdekaan, Kelapa Gading, Jakarta Utara.
Karena keterbatasan tempat juga, truk pengangkut sampah akan bergantian untuk menerima sampah yang tersaring di Pintu Air Manggarai. ”Truk tersebut akan bergantian satu per satu masuk untuk mengangkut sampah, truk-truk itu antre di sepanjang jalan yang menuju ke Pintu Air Manggarai,” kata Abdullah.
Berdasarkan catatan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta, sampah di Jakarta berasal dari aktivitas dalam kota dan juga kiriman dari luar Jakarta melalui sungai. Khususnya sampah Ciliwung, DLH DKI kini tengah melaksanakan proyek sistem pengambilan dan pengolahan sampah badan air.
Proses penyaringan sampah nanti dibagi dalam dua tahap penyaringan dan tahap pencacah sampah organik di kawasan Jalan TB Simatupang. Dibangunnya saringan sampah tersebut diharapkan bisa mengurangi volume sampah yang sampai di Pintu Air Manggarai.
Pembangunan saringan sampah di bantaran Kali Ciliwung, Jalan TB Simatupang, Jagakarsa, Jakarta Selatan, masih dalam pengerjaan sejak Juni 2022 dengan target operasi pada Januari 2023. Proyek ini disediakan di lahan sepanjang sekitar 500 meter.
”Saringan sampah ini bisa menampung sekitar 222 meter kubik per hari,” ujar Subkoordinator Urusan Penyuluhan dan Hubungan Masyarakat DLH DKI Jakarta Yogi Ikhwan dalam keterangan tertulis.
Menurut Yogi, karena keterbatasan ruang di Pintu Air Manggarai, sulit dalam penambahan jumlah alat berat sehingga dibutuhkan pemindahan fungsi penanganan sampah seperti ke perbatasan DKI Jakarta.
Fasilitas tambahan itu lantas dipilih dibangun di Jalan TB Simatupang daripada di dua tempat alternatif lainnya. Kedua lokasi alternatif yang lain adalah di Jembatan Gantung di Kecamatan Jagakarsa, Jakarta selatan dan perbatasan Depok-Jakarta di wilayah Srengseng, Jakarta Selatan. Anggaran proyek fasilitas penyaringan sampah di Kali Ciliwung segmen TB Simatupang sekitar Rp 195 miliar.
Yang jadi masalah adalah akses yang sulit terjangkau oleh fasilitas pengangkut sampah ke permukiman padat di bantaran kali itu seperti jalan yang kecil.
Ketua Komunitas Masyarakat Peduli Ciliwung (Mat Peci) Usman Firdaus mengatakan, jenis sampah yang berasal dari luar Jakarta melalui aliran sungai itu berupa sampah rumah tangga, seperti plastik, pakaian, dan kayu. Ketika sedang dalam status Siaga 1, 2, atau 3 di Bendung Katulampa, Bogor, Jawa barat, bisa dilihat akan terjadi peningkatan volume sampah yang terbawa hingga menuju Pintu Air Manggarai.
Oleh karena itu, adanya saringan sampah yang akan dibangun di perbatasan itu bisa mengurangi jumlah volume sampah. Apalagi, ada pula tahap pencacah sampah organik yang berfungsi untuk mencacah sampah seperti kayu, kasur, dan bekas bangunan lainnya. Selama ini di Pintu Air Manggarai hanya dilakukan pengangkutan sampah.
Meski demikian, menurut Usman, yang lebih utama sebagai upaya mengurangi sampah di sungai dari luar Jakarta itu adalah mengedukasi masyarakat bantaran kali. Jika belum ada upaya atau tindakan pasti dalam mencegah masyarakat di bagian hulu agar tidak membuang sampah di sungai, penumpukan sampah akan selalu ada.
Baca juga: Kembalikan Kearifan Lokal Ciliwung dengan Menanam Pohon
Upaya yang bisa dilakukan pemerintah terkait salah satunya ialah menyiapkan fasilitas dan akses untuk tempat penampungan sampah.
”Kami selalu berikan edukasi kepada masyarakat di aliran Kali Ciliwung, dan sudah banyak masyarakat yang tidak ingin membuang sampah di sungai. Tetapi, yang jadi masalah adalah akses yang sulit terjangkau oleh fasilitas pengangkut sampah ke permukiman padat di bantaran kali itu seperti jalan yang kecil,” ucapnya.