Warga berjejaring hingga membentuk koperasi sebagai bagian dari upaya mengubah kampung padat dan kumuh di Jakarta menjadi lebih layak huni.
Oleh
FRANSISKUS WISNU WARDHANA DANY
·5 menit baca
KOMPAS/FRANSISKUS WISNU WARDHANA DANY
Rumah warga yang telah dibedah sebagai bagian penataan kampung di Kampung Marlina, Muara Baru, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara, Senin (31/10/2022).
Lorong sempit beratap lantai rumah warga, sulit untuk masuk keluar, pengap, becek, dan lembab sudah karib dengan Kampung Marlina di Muara Baru, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara. Padahal, area itu awalnya rawa dan semak belukar yang mulai didiami pedagang dan buruh harian sejak tahun 1978.
Seiring berjalannya waktu, 600 keluarga mau tak mau harus berbagi ruang. Mereka tinggal di rumah berlantai dua atau tiga seluas 2-3 meter persegi hingga timbul berbagai soal yang sewaktu-waktu bertambah lantaran banjir saat hujan atau rob.
Empat dekade berselang, wajah Kampung Marlina mulai tertata. Lorong sudah tak sepenuhnya tertutup lantai rumah, lebih lebar dan bisa dilalui dua sepeda motor, aliran udara lebih lancar, dan tak begitu becek. Kebalikan tersebut terwujud karena program pemerintah, swasta, dan warga yang terlibat aktif dalam penataan kampung dan seisinya.
”Kami relakan rumah dipotong sebagian supaya lorong lebar jadi 2 meter. Lebih terbuka, lantai rumah juga ditinggikan 70 sentimeter supaya tak kemasukan air," kata Elisabeth (52), salah satu warga penerima bantuan bedah rumah saat ditemui di tempat tinggalnya di Kampung Marlina, Senin (31/10/2022).
Sudah ada enam rumah yang dibedah melalui bantuan Koperasi Konsumen Marlina Maju Bersama. Rumah-rumah itu ditinggikan fondasinya dan berlantai dua atau tiga.
Lorong penghubung rumah warga di Kampung Marlina di Muara Baru, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara, Senin (31/10/2022).
Kesepakatan bersama dirapatkan. Makanya, ada lorong luas tanpa pemisah untuk interaksi warga. Koridor itu dimanfaatkan berbagai kegiatan, sekalian silaturahmi,
Koperasi yang berdiri sejak tahun 2021 berperan memberikan bantuan material bangunan kepada warga hingga bedah rumah tuntas. Keberadaannya pun sebagai pengelola pembiayaan, pengawasan, dan pengambil keputusan penataan kampung.
”Ini upaya kami untuk pemenuhan hak atas rumah dan penataan fasilitas. Target awal kami bisa bedah 23 rumah secara bertahap,” ujar Eni, pengawas Koperasi Konsumen Marlina Maju Bersama.
Contoh lain dari penataan permukiman berbasis partisipasi warga ada di Kampung Akuarium, Penjaringan. Sejak tahun 2019 berlangsung pembangunan rumah susun bagi 240 keluarga. Telah terbangun dua dari lima blok rumah susun.
Awalnya Kampung Akuarium ialah permukiman padat. Bangunan umumnya rumah tapak berlantai satu hingga tiga yang terbuat dari bata atau batako dan hanya setengahnya yang punya tangki septik.
Kampung Akuarium dulunya merupakan pusat studi satwa laut di dalam akuarium medio 1940-1970. Namun, belakangan berpindah tangan dengan sistem jual beli kepada warga yang menempatinya.
Gegar budaya
Penataan kampung berpotensi pada gegar budaya. Bahkan, warga bisa kehilangan mata pencarian. Hal itu diingatkan sosiolog Robertus Robert (Kompas, 17 Oktober 2013). Menurut dia, penting memperhatikan terjadinya gegar budaya saat relokasi warga bantaran Ciliwung.
KOMPAS/FRANSISKUS WISNU WARDHANA DANY
Deretan rumah warga setelah penataan di Kampung Tongkol, Kampung Lodan, dan Kampung Kerapu di Kecamatan Pademangan, Jakarta Utara, Senin (31/10/2022).
”Penghuni bantaran Ciliwung di sekitar Manggarai atau Bukit Duri, misalnya, telah berada di sana sejak tiga generasi lalu. Kehidupan seperti itu yang mereka tahu sejak lahir. Merelokasi mereka butuh proses transisi yang tepat agar tidak terjadi gegar budaya yang dikhawatirkan menimbulkan kekacauan baru,” kata Robertus.
Arsitek perencana kota Andy Siswanto mengamininya. Katanya, memindahkan orang dari kawasan padat ke rusun berarti mengubah perilaku keseharian mereka. Perlu dibangun rusun yang sesuai dengan tipe kelompok orang yang dipindahkan, pekerjaan mereka, dan kehidupan sosial sehari-harinya.
”Kalau penghuni rusun memang perlu lahan untuk menjemur barang bekas atau usaha lain yang memungkinkan dilakukan di rusun, lengkapi kebutuhan itu. Tidak harus di lantai dasar dan memakan ruang/lahan, bisa juga dibangunkan beberapa lantai khusus untuk berbagai keperluan itu,” ucapnya.
Penataan Kampung Akuarium, misalnya, warga lebih tua menempati lantai bawah, sedangkan warga muda menempati lantai atas blok. Semua berdasarkan kesepakatan karena adanya pengelolaan oleh warga melalui Koperasi Akuarium Bangkit Mandiri sejak 2021.
”Kesepakatan bersama dirapatkan. Makanya, ada lorong luas tanpa pemisah untuk interaksi warga. Koridor itu dimanfaatkan berbagai kegiatan, sekalian silaturahmi,” ucap Teddy Kusnendi selaku pengawas koperasi.
Warga menghuni unit rumah terdiri dari satu kamar, ruang tengah sekaligus dapur, satu kamar mandi, cuci, kakus, dan balkon di Kampung Akuarium, Penjaringan, Jakarta Utara, Senin (31/10/2022).
Warga membayar Rp 170.000 setiap bulan kepada koperasi. Rp 100.000 disimpan untuk biaya perbaikan nantinya, sedangkan Rp 70.000 untuk kebersihan, keamanan, dan lainnya.
Sulastri (51), suami, dan dua anaknya menempati satu unit di salah satu blok rumah susun Kampung Akuarium. Unit itu terbagi menjadi satu kamar tidur, ruang tengah sekaligus dapur, satu kamar mandi, cuci, kakus, dan balkon.
”Kamarnya kami sekat supaya bisa untuk anak-anak. Kalau suami tidur di ruang tengah,” tutur penjual sayur-mayur itu.
Warga mengapresiasi pembangunan yang terwujud. Akan tetapi, sebagian kehilangan pekerjaan, seperti Teddy.
Pelaku usaha furnitur tersebut sekarang menganggur karena peralatannya rusak ataupun hilang saat penggusuran. Sama halnya dengan warga lain yang tak bisa bekerja lagi sebagai nelayan dan buruh.
”Hilang pas perjuangkan kampung. Kami harus sesuaikan diri lagi. Semoga ke depan dapat pemberdayaan warga,” ujar Teddy.
Warga beraktivitas di Kampung Akuarium, Penjaringan, Jakarta Utara, Senin (31/10/2022).
Perumahan kolektif
Sejumlah kampung kumuh di Jakarta lebih enak dipandang. Itu tak lepas dari pelibatan warga dan pegiat, seperti Koalisi Perumahan Gotong Royong yang terdiri dari Rujak Center for Urban Studies dan Jaringan Rakyat Miskin Kota.
Setelah mulai tertata, warga bersama pegiat berjejaring membentuk koperasi sebagai bagian dari upaya kepemilikan perumahan secara bersama. Contohnya di Kampung Tongkol, Kampung Lodan, dan Kampung Kerapu di Kecamatan Pademangan, Jakarta Utara.
Warga memotong rumah berpatokan pada drainase supaya terbentuk jalan inspeksi selebar 5 meter. Jika tak begitu maka mereka akan digusur karena menempati lahan hijau di bantaran Sungai Ciliwung.
Sertifikat informasi dari badan pertanahan masih dalam pembahasan program. Kami upayakan yang terbaik supaya bermanfaat bagi warga
Selanjutnya mereka kebagian program penataan kampung kumuh. Sejak tahun 2019 telah dibangun tiga jembatan melewati Sungai Ciliwung sebagai penghubung antarkampung dan delapan plaza bagian dari penataan tepi sungai.
”Kami juga bentuk Koperasi Jasa Anak Kali Ciliwung. Jalankan bantuan bedah rumah. Kami juga masih tunggu proses supaya terbit sertifikat tanah karena status kampung sudah permukiman,” kata Andi Amir sebagai ketua koperasi.
KOMPAS/FRANSISKUS WISNU WARDHANA DANY
Deretan rumah warga setelah penataan di Kampung Tongkol, Kampung Lodan, dan Kampung Kerapu di Kecamatan Pademangan, Jakarta Utara, Senin (31/10/2022).
Koperasi membedah delapan rumah warga. Setiap rumah berukuran 3x5 meter dengan bantuan dana Rp 80 juta.
Lurah Ancol Rusmin memastikan penataan kampung baru meliputi bangunan fisik. Misalnya, pengecoran jalan, saluran air, lampu penerangan, dan penguatan tanggul sungai supaya tak longsor.
”Sertifikat informasi dari badan pertanahan masih dalam pembahasan program. Kami upayakan yang terbaik supaya bermanfaat bagi warga,” ucapnya.
Koalisi Perumahan Gotong Royong mendorong penataan permukiman dengan pelibatan warga dan keberadaan koperasi supaya warga berdaya. Itu bisa jadi salah satu alternatif pemenuhan hunian layak bagi warga di Jakarta.