Belajar Seputar Kesejahteraan Hewan di Situs Animalwelfare.id
Jakarta Animal Aid Network bekerja sama dengan institusi pemerintahan meluncurkan situs web Animalwelfare.id. Peluncuran situs web ini dilakukan sebagai bentuk sosialisasi bersama siswa sekolah dasar di Jakarta.
Oleh
Ayu Octavi Anjani
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Jakarta Animal Aid Network bersama sejumlah institusi pemerintahan meluncurkan situs web terkait kesejahteraan hewan bernama Animalwelfare.id. Secara khusus, situs ini bisa menjadi alternatif pembelajaran bagi anak-anak untuk mengenal seputar kesejahteraan hewan.
Situs web Animalwelfare.id diluncurkan dengan melibatkan siswa SDN Rawa Barat 09 Pagi, Jakarta Selatan, pada Kamis (27/10/2022). Sejumlah 45 siswa dari kelas I hingga VI diberikan sosialisasi dan pengenalan terkait peluncurkan situs web di aula sekolah.
Situs web ini berfokus pada kesejahteraan hewan, mulai dari hewan domestik hingga liar, dengan banyak materi yang dapat digunakan sebagai bahan ajar di sekolah. Selain itu, para siswa diajarkan untuk memiliki kepedulian terhadap kesejahteraan hewan sejak dini.
Beragam presentasi yang dapat digunakan sebagai bahan pemaparan untuk komunitas pencinta hewan ada dalam situs ini. Pengunjung situs dapat menulis artikel serta studi kasus tentang kesejahteraan hewan.
Jakarta Animal Aid Network (JAAN), antara lain, bekerja sama dengan SDN Rawa Barat 09 Pagi Jakarta Selatan; Suku Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan, dan Pertanian Jakarta Selatan; Suku Dinas Pendidikan Jakarta Selatan; Suku Dinas Perpustakaan dan Arsip Jakarta Selatan; dan Pemerintah Kota Jakarta Selatan.
”Adanya peluncuran situs web ini, diharapkan dapat menjadi bahan ajar bagi sekolah untuk anak-anak dan sebagai pembinaan sejak kecil terkait kesejahteraan hewan. Diharapkan tidak hanya di tingkat sekolah dasar, tapi juga menengah atas,” kata Pelaksana Tugas Wali Kota Jakarta Selatan Ali Murthado.
Muhammad Akdan Arumi (8), siswa kelas III SDN Rawa Barat 09 Pagi, senang mengetahui situs itu. Ia tertarik karena bisa belajar seputar dunia hewan dari situs itu. Apalagi, ia memiliki hewan peliharaan berupa kucing sebanyak dua ekor di rumah. Ia selalu merawat kucingnya hingga rutin membawanya ke dokter hewan.
”Aku punya kucing anggora di rumah, ada dua ekor. Setiap hari selalu diberi makan dan minum, dibawa ke dokter hewan juga,” katanya saat sedang memerhatikan pemaparan pihak JAAN.
Hal yang sama juga dikatakan Prilly (8), siswa kelas III. Prilly mengatakan memiliki seekor kucing anggora. Namun, ketika kucingnya sakit, dia tidak tahu harus melakukan pertolongan pertama seperti apa.
”Kucingku pernah sakit batuk, tapi aku tidak tahu harus diobati seperti apa. Jadi, kubiarkan saja,” katanya saat ditanya.
Kekerasan hewan
Pendiri JAAN, Karin Franken, mengatakan, pemahaman mengenai kesejahteraan hewan perlu terus digaungkan. Apalagi dalam penilaiannya, Indonesia masih menjadi negara dengan konten kekerasan pada hewan tertinggi di dunia. Hal itu juga dibuktikan dengan data dari Asia for Animals Coalition.
Data itu menyebutkan, Indonesia menempati urutan pertama di dunia sebagai negara yang paling banyak mengunggah konten kekerasan terhadap hewan di media sosial. Dari 5.480 konten, sebanyak 1.626 konten penyiksaan hewan berasal dari Indonesia.
”Konten penyiksaan terhadap hewan di Indonesia itu sudah mencapai sekitar 30 persen. Kita harus mulai peduli tentang ini,” kata Karin saat memaparkan materi peluncuran situs web Animalwelfare.id.
Isu kesejahteraan hewan, menurut Kepala Suku Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan, dan Pertanian Jakarta Selatan Hasudungan, telah diakomodasi oleh negara. Salah satunya dengan adanya regulasi berupa Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 yang diubah menjadi UU Nomor 41 Tahun 2014 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan. Regulasi itu juga mengatur larangan penyiksaan terhadap hewan dan sanksi bagi pelakunya.
Konten penyiksaan terhadap hewan di Indonesia itu sudah mencapai sekitar 30 persen. Kita harus mulai peduli tentang ini.
Menurut dia, masyarakat harus mulai menyadari ketegasan hukum terkait kekerasan terhadap hewan. Hal ini, menurut dia, penting agar masyarakat berpikir berkali-kali jika hendak menyakiti hewan.
”Terdapat lima prinsip terkait kesejahteraan hewan yang perlu diketahui oleh masyarakat dan kita mulai dari anak-anak SD ini dulu,” kata Hasudungan.
Ia menyebutkan, lima prinsip terkait kesejahteraan hewan yang perlu dipahami itu meliputi bebas lapar dan haus, bebas cedera dan penyakit, bebas dari rasa tidak nyaman, bebas dari rasa takut, dan bebas berekspresi sesuai perilaku sosial. Kelima prinsip itulah yang ditekankan oleh JAAN dan institusi pemerintahan.
”Demi mengurangi angka kekerasan terhadap hewan di Indonesia, masyarakat perlu mendapatkan sosialisasi atas peluncuran situs web ini di ranah pendidikan juga. Oleh karena itu, kami mulai di sekolah dasar dan jika ada kesempatan bisa sampai menengah atas,” katanya.