Masyarakat Jakarta kembali merasa resah akibat stok vaksin Covid-19 menipis di tengah munculnya subvarian XBB. Warga yang belum melakukan vaksin lengkap diminta menunggu ketersediaan stok vaksin kembali.
Oleh
Ayu Octavi Anjani
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Stok vaksin Vovid-19 di DKI Jakarta menipis, bahkan hampir habis. Dinas Kesehatan DKI Jakarta melaporkan, stok vaksin Covid-19 yang tersisa sekitar 100 dosis sejak 24 Oktober 2022 untuk jenis Sinovac dan Pfizer. Hal ini membuat masyarakat resah di tengah masuknya Covid-19 varian baru, yakni subvarian Omicron XBB ke Indonesia.
”Hingga saat ini kami masih menunggu ketersediaan stok dari Kementerian Kesehatan DKI Jakarta,” kata Kepala Seksi Surveilans, Epidemiologi, dan Imunisasi Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Ngabila, Senin (24/10/2022).
Pantauan di Puskesmas Kecamatan Tanah Abang, Jakarta Pusat, sejumlah warga menanyakan layanan vaksinasi Covid-19 kepada petugas. Salah satunya Hartin (60), pasien asal Bendungan Hilir yang sedang berobat di sana. Ia belum divaksin Covid-19 karena sakit.
”Resah sekali saya, seperti saat pertama kali pandemi. Saya belum vaksinasi dari dosis pertama hingga booster, tetapi stoknya justru menipis saat saya tanyakan kepada petugas. Apalagi, saat ini sudah masuk Covid-19 varian baru itu,” kata Hartin saat sedang mengantre di Puskesmas Kecamatan Tanah Abang.
Siti Sarah (56), seorang pasien yang sedang menunggu antrean berobat di Puskesmas Kecamatan Tanah Abang, juga merasakan hal yang sama. Ia khawatir dengan menipisnya stok vaksin di tengah masuknya Covid-19 subvarian Omicron XBB ke Indonesia.
”Meskipun saya sudah melakukan vaksin Covid-19 lengkap, tetap saja khawatir kembali dengan Covid-19 varian baru. Menurut saya, virus yang masuk pasti semakin kebal. Kalau vaksin di Jakarta saja menipis, bagaimana bisa melawan virus itu,” katanya.
Menurut Siti, jika stok vaksin Covid-19 menipis bahkan habis, akan berdampak pada masyarakat yang belum melakukan vaksin dosis pertama hingga booster. Ketika muncul kabar masuknya Covid-19 varian baru ke Indonesia, masyarakat mulai mencari lagi layanan vaksin di berbagai puskesmas.
Petugas Puskesmas Kecamatan Tanah Abang, Ridwan Fahmi, menyatakan, layanan vaksinasi ditutup sementara karena stok vaksin kosong. Ia mengimbau masyarakat untuk melakukan vaksin di tempat lain dan mencari jadwal yang tersedia.
Hal senada disampaikan petugas Puskesmas Kecamatan Senen, Jakarta Pusat, Amir M Mony. ”Biasanya kami buka layanan vaksin Covid-19 setiap Senin-Rabu. Namun, saat ini tutup sementara karena stok vaksin sedang sulit dari dinas kesehatan. Banyak masyarakat ke sini (Puskesmas Kecamatan Senen) untuk melakukan vaksin sejak satu minggu lalu,” kata Amir.
Posisi rawan
Peneliti Keamanan dan Ketahanan Kesehatan Global Griffith University Australia, Dicky Budiman, menilai, menipisnya stok vaksin Covid-19 di DKI Jakarta justru menempatkan masyarakat di posisi yang rawan. Apalagi, saat ini munculnya subvarian Omicron XBB. Meskipun tidak sekuat varian Delta, subvarian Omicron XBB tetap dapat menginfeksi masyarakat bahkan dengan status kesehatan yang baik.
”Masyarakat dengan status kesehatan yang baik dan sudah vaksinasi lengkap pun tidak luput dari varian Omicron XBB ini. Maka dari itu, harusnya pemerintah lebih cermat dalam mengantisipasi ketersediaan stok vaksin di DKI Jakarta,” katanya.
Selain ketersediaan vaksin Covid-19, menurut dia, keterjangkauan juga menjadi salah satu faktor penentu kesuksesan vaksinasi. Oleh karena itu, Dinkes DKI Jakarta dan Kemenkes perlu memberikan penjelasan kepada masyarakat terkait ketersediaan vaksin Covid-19.
Masyarakat dengan status kesehatan yang baik dan sudah vaksinasi lengkap pun tidak luput dari varian Omicron XBB ini. Maka dari itu, harusnya pemerintah lebih cermat dalam mengantisipasi ketersediaan stok vaksin di DKI Jakarta. (Dicky Budiman)
Berdasarkan laman corona.jakarta.go.id, cakupan vaksin Covid-19 dosis pertama per 24 Oktober 2022 pada anak-anak sebanyak 74,3 persen, remaja 139 persen, dewasa 139 persen, dan warga lansia 81,2 persen. Sementara dosis kedua pada anak-anak sebanyak 63,2 persen, remaja 114,4 persen, dewasa 118,1 persen, dan warga lansia 74,4 persen.