Pendangkalan atau sedimentasi menjadi masalah utama di Sungai Cisadane, Tangerang, Banten. Warga yang tinggal berdekatan dengan Sungai Cisadane dan anak sungainya itu berharap segera ada pengerukan sungai.
Oleh
HIDAYAT SALAM
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS —Rencana normalisasi sungai yang pernah diinformasikan kepada warga Desa Bojong Renged, Kecamatan Teluknaga, Kabupaten Tangerang, Banten, kini dinantikan keberlanjutannya. Warga yang bermukim di sepanjang Sungai Cisadane di Desa Bojong Renged tersebut tidak punya pilihan dalam menggunakan air kali sebagai tempat mencuci pakaian meski kondisi air yang tercemar.
Dari air sungai yang jernih kemudian terkontaminasi limbah sampah dan berwarna hitam, mereka masih terus melakukan kegiatan tersebut hingga kini. Kali tersebut memiliki lebar 5-10 meter. Sampah-sampah plastik dan pendangkalan sungai terus terjadi.
Sementara itu, untuk memenuhi kebutuhan air dalam rumah tangga terdapat pompa air satelit mengaliri rumah warga tersebut meskipun dengan kondisi air yang keruh dan berwarna kuning. Untuk keperluan air bersih, warga setempat memilih untuk membeli kemasan air minum seharga Rp 3.000-Rp 8.000 per jeriken dengan kapasitas 20 liter untuk kebutuhan sehari-hari.
Sujianto (54), warga Desa Bojong Renged, mengatakan, masyarakat lokal di wilayah ini sudah terbiasa mandi, cuci, dan kakus (MCK) di sepanjang aliran kali. Meskipun dengan kondisi air yang tidak layak dan penuh sampah, kebiasaan ini sulit dihilangkan.
Masalah air sumur yang keruh dan berwarna kekuningan juga jadi alasan lain untuk tetap menggunakan air kali tersebut. ”Dari mulai pagi hari sampai sore hari, warga bergantian menggunakan air di kali yang terkontaminasi sampah ini untuk mencuci pakaian,” katanya, Senin.
Warga lainnya, Santi (52), mengatakan, meskipun air kali telah tercampur sampah-sampah plastik dan rumput liar di sekitarnya, ia menilai air tersebut masih layak digunakan. Jika dibandingkan dengan air sumur yang keruh dan berwarna kuning, ia tetap memilih mencuci pakaian di sekitar aliran kali di Jalan Raya Bojong Renged.
Aliran kali ini menghubungkan wilayah di beberapa desa di Kecamatan Kosambi, Kabupaten Tangerang. Menurut warga Desa Rawa Burung, Kecamatan Kosambi, Rohati (45), baginya dan warga lainnya, aktivitas di pinggir kali sudah ada sejak mereka kecil. Namun, dalam sepuluh tahun terakhir, kondisi air semakin memprihatinkan.
Ketua RW 007, Desa Rawa Burung, Masid (52), mengatakan, upaya membersihkan sungai pernah dilakukan beberapa bulan lalu. Namun, kondisi air kali kembali dipenuhi sampah kiriman dari sungai Cisadane yang mengalir ke wilayahnya.
Menurut dia, informasi mengenai pengerukan sungai dan pelebaran hingga 20 meter sudah ada dari pihak kecamatan. Hal itu akan dikerjakan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan rakyat secara bertahap.
Suhendra, Kepala Desa Bojong Renged, mengatakan, untuk normalisasi kali akan dilakukan bertahap. Proyek itu sudah dikerjakan sejak dua minggu lalu dimulai dari Desa Kosambi sampai dengan Desa Bojong Renged.
Mengembalikan fungsi sungai
Penggiat lingkungan dari Bank Sampah Sungai Cisadane (Banksasuci), Ade Yunus, mengatakan, aktivitas masyarakat yang masih mencuci pakaian dan sebagainya itu dilakukan warga turun-temurun. Dari dulu saat air masih jernih hingga sekarang sudah terkontaminasi sampah dan limbah. Namun, dengan kondisi saat ini, masyarakat perlu diberikan edukasi dan diberikan fasilitas serta sarana MCK yang bersih dan sehat.
Menurut Ade, permasalahan utama ialah sedimentasi atau pendangkalan Sungai Cisadane. Diperlukan sesegera mungkin normalisasi atau pengerukan sedimentasi sungai di wilayah tersebut.
”Normalisasi harus dilakukan secara masif dan komprehensif. tidak bisa dilakukan secara satu pihak. Pemerintah pusat hingga provinsi harus berperan sesuai dengan kewenangannya. Untuk pemerintah kota dan kabupaten juga berperan sesuai kewenangannya masing-masing.Apabila terkoordinasi seluruhnya dengan baik, rencana tersebut dapat berjalan seiring,” ujarnya.
Selain itu, perlu ada edukasi dan komunikasi untuk perubahan perilaku masyarakat. Salah satunya menumbuhkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya tidak membuang sampah ke kali atau sungai. Percuma saja sungai dibersihkan, tetapi masih ada warga yang membuang sampah sembarangan.