Layanan Berbagi Sepeda atau ”Bike Sharing” Terbengkalai, Pemprov DKI Justru Perluas Jalur Sepeda
Pemprov DKI Jakarta giat mengampanyekan sepeda sebagai alat transportasi dan memperluas jalur sepeda. Namun, layanan ”Bike Sharing” di sejumlah titik di Jakarta terlihat rusak dan terbengkalai.
Oleh
Ayu Octavi Anjani
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sejumlah sepeda dalam layanan berbagi sepeda atau ”Bike Sharing” di Jakarta rusak dan terbengkalai akibat tidak terurus. Hal ini bertolak belakang dengan upaya Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang tengah gencar mengampanyekan sepeda sebagai alat transportasi. Tidak hanya itu, pemprov juga memperluas jalur sepeda.
Pada Sabtu (15/10/2022), sebanyak tujuh sepeda layanan Bike Sharing di sekitar Stasiun MRT, Dukuh Atas, Jakarta Pusat, yang dibuat oleh Pemprov DKI Jakarta ini terlihat tidak terawat. Ada salah satu sepeda yang bahkan tidak lagi memiliki jok.
Tidak hanya bagian jok yang hilang, bagian bawah sepeda yang terbuat dari plastik bahkan sudah patah. Cat pada sepeda juga sudah luntur akibat terpapar hujan dan sinar matahari langsung. Selain itu, badan besi dan rantai sepeda yang berkarat menambah kesan sepeda tidak terurus.
Usi Ruhiyat (16), pelajar yang sering berkunjung ke Dukuh Atas setiap akhir pekan, mengatakan, tidak tertarik dengan adanya Bike Sharing karena jumlahnya yang sedikit dan tidak ada yang memanfaatkannya. Selain itu, beberapa sepeda tidak memiliki jok dan warnanya luntur.
”Sepeda-sepeda itu sayang sekali tidak ada yang menggunakan karena rusak apalagi sekarang musim hujan, pasti semakin rusak. Saya malas pakai soalnya tidak tertarik,” katanya.
Kondisi ini sangat bertolak belakang jika dibandingkan saat Pemprov DKI Jakarta pertama kali melakukan uji coba program Bike Sharing di Dukuh Atas pada tahun 2020. Program ini dibuat atas kembalinya animo masyarakat bersepeda di tengah pandemi Covid-19.
Pertama kali dilakukan uji coba, jumlah sepeda bahkan mencapai lebih dari 20 sepeda dengan kondisi yang masih sangat baik. Sepeda yang didominasi warna merah dan kuning tertata rapi di tempat parkir khusus sepeda di Dukuh Atas.
Namun, berselang dua tahun kondisi sepeda di Dukuh Atas begitu memprihatinkan dan terbengkalai. Bahkan, jumlahnya tidak sampai sepuluh sepeda. Antusiasme masyarakat terhadap sepeda seperti saat pandemi Covid-19 seakan redup karena minim sekali masyarakat yang memanfaatkan Bike Sharing saat ini.
Sejumlah sepeda yang rusak dan terlantar juga terlihat di sekitaran Stasiun MRT Bundaran HI dan Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta. Terlihat sembilan sepeda yang terbengkalai di tengah masyarakat yang berlalu lalang, bahkan satu di antara sepeda itu memiliki jok yang sobek dan berlubang.
Tidak hanya itu, warna cat merah dan kuning pada ketiga sepeda juga sudah luntur berganti warna menjadi sedikit putih. Bagian keranjang sepeda terihat berkarat dan berdebu sebab minimnya masyarakat yang mengendarainya, begitu juga rantai sepeda itu.
”Hampir setiap hari saya lewat Bundaran HI ini, tapi memang hampir tidak ada juga yang pakai Bike Sharing. Kalau lihat kondisinya sih kurang menarik karena rusak dan tidak tertata rapi,” kata Nadhif Putra (27), seorang karyawan yang sedang melintas di sekitar titik Bike Sharing.
Masih buruk
Selain masalah sepeda layanan Bike Sharing yang rusak dan terbengkalai, terdapat masalah lain yang pernah dirasakan oleh pengguna sepeda dan dinilai masih buruk. Pengguna mendapatkan saldo mereka terpotong, tetapi tidak dapat menggunakan sepeda.
Seperti diketahui, jika masyarakat ingin menggunakan sepeda layanan Bike Sharing harus terlebih dahulu memasang aplikasi Gowes pada ponsel. Pengguna dapat memindai kode reaksi cepat (QR Code) yang ada di bawah jok sepeda sebagai bentuk pembayaran, kemudian pengunci sepeda dapat dilepas.
Metode pembayaran tersebut nyatanya menuai protes dari sejumlah masyarakat yang akan menggunakan layanan Bike Sharing. Meskipun sudah mengikuti langkah-langkah yang tertera pada aplikasi, saldo terpotong dan masyarakat tidak dapat membuka pengunci sepeda dan menggunakannya.
Protes dari sejumlah pengguna layanan Bike Sharing terlihat pada ulasan aplikasi Gowes di Playstore dan Appstore. Salah satu pengulas bernama Merico Anawi mengungkapkan kekecewaannya akibat saldonya terpotong dan tidak dapat menggunakan sepeda tersebut.
Merico mengimbau kepada seluruh masyarakat yang hendak membayar layanan Bike Sharing untuk berhati-hati sebab saldo akan terpotong. Dalam ulasan tersebut, Merico merasa sangat dirugikan.
Pengamat transportasi publik dan hukum, Budiyanto, menilai ini merupakan suatu hal yang buruk. Salah satunya metode pembayaran yang menjadi sistem pengawasan juga masih buruk. Budiyanto menyayangkan sistem yang dibuat oleh Pemprov DKI Jakarta belum berjalan dengan optimal.
”Saat ini Pemprov DKI Jakarta justru memperluas jalur sepeda, sedangkan layanan Bike Sharing saja sepedanya rusak dan terbengkalai begitu hingga merugikan masyarakat,” katanya saat dihubungi, Sabtu (15/10/2022).
Budiyanto mengatakan, Pemprov DKI dan Dishub DKI Jakarta sebaiknya fokus pada pembenahan sepeda-sepeda yang ada di sembilan titik layanan Bike Sharing di Jakarta sebelum memperluas jalur sepeda. Menurut dia, upaya pemerintah mengampanyekan sepeda sebagai alat transportasi sekaligus mendorong masyarakat bersepeda menjadi tidak optimal.
Hingga saat ini belum ada tanggapan dari Dishub DKI Jakarta ketika dihubungi terkait layanan Bike Sharing yang rusak dan terbengkalai. Adapun Pemprov DKI Jakarta berupaya menambah 195,6 kilometer jalur sepeda pada 2022. Sebelumnya diketahui pemerintah telah membangun jalur sepeda sepanjang 103,5 kilometer di jalanan Ibu Kota.