Penyempitan Jalan Picu Kemacetan di Perbatasan Tangerang-Jakarta Selatan
Perlu persiapan infrastruktur dan rekayasa lalu lintas untuk mengatasi kemacetan di wilayah timur Kota Tangerang. Hal itu dilakukan agar kehadiran bus transjakarta tidak membebani kemacetan tersebut.
Oleh
HIDAYAT SALAM
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Penyempitan di ruas Jalan Ciledug Raya menuju Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, memicu kemacetan hampir tiap hari. Pelebaran jalan yang dinantikan warga tak kunjung dikerjakan pemerintah terkait.
Jumlah kendaraan yang kian meningkat membuat kemacetan di kota penghubung tersebut tidak teratasi. Bagi warga Ciledug, Kota Tangerang, Banten, jalan tersebut merupakan jalur tercepat yang menghubungkan ke DKI Jakarta.
Selain itu, kehadiran jalur bus Transjakarta Koridor 13 yang menghubungkan Tendean-Ciledug (Tangerang) juga tak berdampak dalam mengurai kemacetan. Pada jam sibuk pukul 07.00-10.00, perhitungan waktu tempuh dari Halte Puri Beta, Ciledug, menuju Halte Adam Malik, Petukangan Utara, membutuhkan waktu 15-20 menit dengan jarak sekitar 3 kilometer. Padahal, ketika jalan sepi hanya dibutuhkan waktu sekitar 9 menit.
”Sekarang macetnya sudah berkurang. Tidak seperti ketika masih ada metromini di Ciledug, itu tidak bisa bergerak sampai 1 jam,” kata Isnan Irwansyah (45), warga Jalan Haji Yamin, Kelurahan Petukangan Utara, Jaksel, Kamis (13/10/2022).
Sementara itu, Jeje (25), warga, Kelurahan Larangan, Ciledug, Kota Tangerang, mengatakan, pergi ke kantor menggunakan sepeda motor pasti mengalami kemacetan. Salah satunya di ruas Jalan Ciledug Raya. Di jalan tersebut terdapat Halte Adam Malik yang menjadi tempat pemberhentian penumpang bus Transjakarta.
Untuk menghindari jalur kepadatan di jalan raya, ia memilih berangkat bekerja pukul 10.00. Tak hanya itu, kehadiran Transjakarta Koridor 13 tujuan Halte Tendean juga membuatnya lebih praktis ketika menuju kantor di kawasan Kuningan, Jaksel.
Dengan sepeda motor, waktu tempuh dari Ciledug menuju Jalan Kapten Tendean, Jaksel, bisa mencapai 1,5 jam. Dengan menggunakan transportasi publik tersebut, menurut dia, dirinya hanya memerlukan waktu 40 menit sampai 50 menit. Ia pun mulai beralih menggunakan transportasi publik karena dinilai lebih praktis dan tidak lelah di jalan saat menggunakan sepeda motor.
Sopir angkutan umum Ciledug-Kebayoran Lama, Syaiful (42), mengatakan, kemacetan mulai terjadi dari pertigaan Kreo, Kota Tangerang, hingga melewati Halte Transjakarta Adam Malik. Panjang kemacetan bisa mencapai 3 km ketika jam sibuk.
Semula, Jalan HOS Cokroaminoto, Ciledug, bisa dilalui dua mobil dengan lebar sampai 3 meter lebih. Ketika berbagi dengan jalur layang Transjakarta setelah Halte Adam Malik di Jalan Ciledug Raya, jalan itu hanya bisa dilalui satu mobil. Jalur itu pun tersendat karena terdapat pertigaan Gang Mesjid, Petukangan Utara, di mana banyak kendaraan keluar-masuk.
Aktivitas mahasiswa, pejalan kaki, dan kendaraan keluar-masuk di pintu gerbang Universitas Budi Luhur depan Halte Adam Malik pun menambah kesemrawutan di jalan tersebut. Menurut Syaiful, kemacetan mulai berkurang ketika menjelang siang hari. Sementara pada Sabtu dan Minggu kemacetan akan terjadi pada sore hari.
”Susah hilang macet di sini, sudah ciri khasnya. Rencana pelebaran jalan juga tak kunjung ada kelanjutannya selepas pembangunan jalan layang Transjakarta,” katanya.
Ajun Komisaris Joko Purnomo, perwira Satuan Lalu Lintas Kepolisian Resor Metro Jakarta Selatan, mengatakan, kemacetan di ruas jalan Ciledug Raya depan Halte Adam Malik disebabkan penyempitan jalan. Semula dapat dilalui 2-3 mobil, lalu hanya bisa dilalui satu mobil. Petugas yang diturunkan di lapangan hanya bisa membantu mengatur lalu lintas agar bisa sedikit terurai. Adapun terkait rencana pelebaran jalan, pihaknya masih berkoordinasi dengan Dinas Bina Marga DKI Jakarta.
Pada pemberitaan Kompas (28/2/2018), perjalanan bus transjakarta Koridor 13 ini masih terhambat kemacetan arus lalu lintas sebelum masuk jalur layang. Kemacetan, antara lain, masih terjadi di Jalan HOS Cokroaminoto, Kota Tangerang; dan Petukangan Selatan, Jaksel.
Kepala Dinas Perhubungan Kota Tangerang Saeful Rohman mengatakan, perlu persiapan, baik infrastruktur maupun rekayasa lalu lintas, untuk mengatasi kemacetan di wilayah tersebut. Hal itu dilakukan agar kehadiran bus transjakarta tidak membebani kemacetan di wilayah timur Kota Tangerang.
Pada awal peresmian bus transjakarta, jumlah penumpang sekitar 3.000 orang per hari yang dilayani 10 bus pada 2017. Setelah enam bulan beroperasi, tercatat 13.000 penumpang per hari, diikuti penambahan jumlah bus menjadi 32 unit.
Purwanto, peneliti ekonomi dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), mengatakan, kemacetan yang terjadi di jalan penghubung menuju wilayah DKI Jakarta bisa disebabkan oleh berbagai faktor, seperti jalur yang menyempit, aktivitas pasar, dan sekolah.
Kemacetan di ruas Jalan Ciledug Raya sudah berupaya diantisipasi oleh pemerintah dengan kehadiran jalur layang Transjakarta. Kendati demikian, transportasi yang masih terbatas itu belum bisa mengakomodasi warga di wilayah tersebut yang bekerja di DKI Jakarta.
Untuk bisa mengurangi kemacetan tersebut, menurut Purwanto, angkutan massal dan nyaman harus juga terintegrasi dan selalu tersedia. Artinya, kapasitas angkutan umum bisa diperbanyak.
Purwanto mengatakan, kemacetan yang terjadi di daerah pinggiran Jakarta bisa memberi dampak ekonomi warganya terutama kelas menengah ke bawah. Dengan jumlah gaji hanya upah minimum regional, semisal Rp 5 juta, mereka tidak bisa tinggal di tengah kota.
”Mereka memilih tinggal di luar DKI Jakarta. Hasilnya, upah yang didapat juga akan berkurang karena digunakan lebih banyak kepada biaya perawatan kendaraan jika menggunakan kendaraan pribadi. Akhirnya yang didapat cuma lelah akibat bekerja saja,” katanya.