Ceria di Kampung Gembira
Kobaran api, asap, dan debu bersalin rupa penuh warna setelah 138 unit rumah warga kembali berdiri di sana. Kampung Gembira Gembrong menambah referensi model penataan kampung kumuh di Ibu Kota.
Air mata duka dan pupusnya harapan ratusan warga akibat musibah di Pasar Gembrong, Jakarta Timur, lima bulan lalu kini berganti ceria.
Siti (44) bersemangat mengambil kunci dari sakunya dan membuka salah satu unit rumah yang baru dia tempati dua hari. Kondisi ruang tamu lantai satu rumah yang berukuran delapan meter persegi atau 4 meter x 2 meter itu masih berantakan. Kasur, lemari, hingga televisi belum tertata.
”Maaf ini, kamar berantakan, belum saya rapikan. Ruangannya juga sempit. Masih bingung cara mengaturnya,” kata ibu tiga anak tersebut, Senin (10/10/2022) sore.
Rumah baru yang ditempati Siti berlantai dua. Di dalam rumah tersebut, tepatnya di lantai satu, terdapat ruang tamu dan satu kamar mandi. Sementara di lantai atas hanya ada satu ruangan dilengkapi balkon di bagian luar.
Baca juga: Seret Air Bersih di Kawasan Resapan Air
Siti merupakan salah satu warga yang beruntung karena mendapat dua unit rumah hasil revitalisasi Kampung Gembrong. Dia berhak mendapat lebih dari satu unit karena memiliki lahan yang cukup luas di kawasan Pasar Gembrong. Sebagian lahan itu dihibahkan perempuan yang tinggal di sana sejak lahir untuk membangun mushala di area revitalisasi.
Nasib berbeda dialami Ina (35), salah satu warga Kampung Gembrong yang turut jadi korban terdampak kebakaran Pasar Gembrong pada 24 April 2022. Dia kini harus kembali mencari rumah kontrakan.
Lelaki yang memiliki satu anak itu, saat perumahan warga di Pasar Gembrong belum dilanda musibah kebakaran, tinggal bersama mertuanya. Di rumah mertua saat itu, ada tiga kepala keluarga.
”Tadi pindah barang ke sini, malah enggak muat. Di sini hanya cukup untuk satu keluarga. Ini mau cari kontrakan,” kata warga yang bekerja sebagai anak buah kapal pemancingan ikan itu.
Baca juga: Masalah Klasik Itu Bernama Macet
Pasar Gembrong dilanda kebakaran hebat pada 24 April 2022. Musibah itu mengakibatkan 450 keluarga atau 1.000 jiwa kehilangan tempat tinggal. Mereka selama lima bulan direlokasi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta ke Rumah Susun Sewa Cipinang Besar, Jakarta Timur.
Meski ditimpa musibah, warga di Pasar Gembrong tak kehilangan harapan. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta bersama Baznas BAZIS DKI Jakarta kembali merevitalisasi dan menata permukiman warga. Revitalisasi yang dimulai pada Juli 2022 itu menelan biaya Rp 7,8 miliar.
Hasil revitalisasi itu mengubah 100 persen wajah Pasar Gembrong. Kawasan itu sebelum ditata kondisinya kumuh. Perumahan warga berdempetan dan lorong-lorong akses ke rumah warga sempit dan gelap atau tak berongga. Situasi itu pula yang menyebabkan kebakaran di akhir April lalu sulit dipadamkan petugas pemadam kebakaran.
Berwarna
Kondisi permukiman warga di sana kini berbeda. Pada Senin siang, ratusan rumah yang telah berdiri itu rata-rata berlantai dua. Tembok bangunan dipenuhi jenis gambar dan tulisan. Beberapa di antaranya seperti mural membuang sampah pada tempat sampah, tulisan ajakan ciptakan Jakarta bersih, hingga mural ondel-ondel Betawi.
Kita harus punya contoh yang banyak, referensi yang banyak, karena konteksnya beda-beda, tidak bisa diseragamkan juga (Herlily).
Gang pembatasan setiap perumahan juga didesain cukup lebar, yakni sekitar 1 meter. Senin sore, anak-anak setempat bermain sepeda hingga berkejaran dengan wajah penuh senyum dan tawa di gang-gang perumahan tersebut.
Di dekat jalan masuk utama ke perumahan warga juga terdapat taman yang dipenuhi aneka jenis bunga dan rerumputan hijau. Di depan rumah warga tersedia tempat pembuangan sampah. Rumah warga juga dilengkapi air PDAM hingga aliran listrik.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan saat meresmikan kampung yang diberi nama Kampung Gembira Gembrong menyebut, kampung tersebut merupakan kampung percontohan yang bisa diadopsi dalam program penataan kampung lain di Indonesia. Penataan kampung ini bukan hanya estetik, melainkan juga modern dan ramah lingkungan.
”Ini sebuah kampung yang menerapkan zero run off. Aliran air (hujan) di tempat ini tak dialirkan ke luar, tetapi disiapkan sumur resapan sehingga tak menyumbang air keluar. Semuanya dimasukkan ke dalam tanah dengan 16 sumur resapan,” kata Anies dalam siaran pers, Jumat (7/10/2022), di Kampung Gembira Gembrong, Jakarta Timur.
Pembangunan perumahan di Kampung Gembira Gembrong juga menggunakan pendekatan water front kampung atau kampung yang menghadap ke sungai. Sungai dimaksud adalah Sungai Cipinang yang mengalir persis di dekat area perkampungan tersebut.
Baca juga: Pekerjaan Rumah Menyelesaikan Banjir Jakarta
Perbanyak kampung percontohan
Pengajar Departemen Arsitektur Universitas Indonesia, Herlily, dihubungi terpisah, Rabu (12/10/2022), mengatakan, penataan di Kampung Gembira Gembrong merupakan salah satu contoh yang baik dalam penataan kampung kumuh. Penataan kampung itu hanya satu dari berbagai kampung yang telah ditata, salah satunya seperti Kampung Susun Akuarium, di Jakarta Utara.
"Kita harus punya contoh yang banyak, referensi yang banyak. Karena konteksnya beda-beda, tidak bisa diseragamkan juga," kata Herlily.
Penataan kampung itu selanjutnya perlu disesuaikan agar memberi kepastian hukum terutama terkait status lahan bagi warga yang bermukim di sana. Status kepemilikan lahan bisa ditempuh dengan berbagai cara, yakni termasuk dengan menggunakan pemilikan koperasi untuk menghindari penjualan lahan atau rumah oleh individu.
”Atau middle class masuk dan mereka tergusur lagi. Oleh karena itu, diperlukan regulasi baru, misalnya, hanya diberikan kepemilikan pada koperasi. Jadi, kepemilikannya kolektif, tidak boleh dijual. Kalau dijual pun ada syarat-syaratnya,” kata Herlily.
Penataan kampung di Jakarta sebenarnya sudah dilakukan sejak 2018. Pembenahan kampung tersebut tertuang dalam Keputusan Gubernur DKI Jakarta Nomor 878 Tahun 2018 mengenai Gugus Tugas Pelaksanaan Penataan Kampung dan Masyarakat.
Baca juga: Tugas Penjabat Gubernur DKI
Di dalam peraturan tersebut dicantumkan nama 21 kampung di seluruh wilayah Jakarta yang menjadi prioritas. Kampung Akuarium di Penjaringan, Jakarta Utara, hanya salah satu contohnya.
Sebab, selain Akuarium, ada juga Kampung Kunir di Kelurahan Pinangsia, Taman Sari, Jakarta Barat. Kampung ini juga bermaksud membangun kampung susun yang rancang bangunan serta pemanfaatan lahannya dilakukan oleh warga dengan dampingan dari akademisi dan lembaga swadaya masyarakat (Kompas, 24/4/2021).
Tugas selanjutnya adalah memastikan revitalisasi kampung kumuh dapat terus berjalan, bukan sekedar berhenti di percontohan. Penjabat Gubernur DKI yang mulai bertugas 17 Oktober nanti dapat memasukkan isu permukiman padat kumuh ini dalam agenda kerjanya.