Cuaca Ekstrem, Potensi Banjir di Kawasan Rawan Meningkat
Pengamatan citra satelit ataupun radar sejak Rabu hingga hari ini menunjukkan Jakarta bagian barat dan selatan memiliki potensi tertinggi untuk banjir. Kawasan langganan banjir akan makin berpotensi tergenang.
Oleh
WILLY MEDI CHRISTIAN NABABAN
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika atau BMKG memprediksi peningkatan curah hujan terjadi di beberapa wilayah Indonesia dalam beberapa hari ke depan. Hujan deras yang mengguyur DKI Jakarta pada Rabu (5/10/2022) mengakibatkan banjir di sejumlah wilayah. Di tengah cuaca ekstrem ini, kawasan langganan banjir akan makin berpotensi tergenang.
”Pengamatan citra satelit ataupun radar dari kemarin hingga hari ini menunjukkan Jakarta bagian barat dan selatan memiliki potensi tertinggi untuk banjir,” kata prakirawan cuaca BMKG, Sefti Ayuliana, Rabu.
Hujan deras dalam waktu yang lama serta keadaan tanah di Jakarta yang dalam kondisi jenuh sangat berpotensi menimbulkan genangan air. Selain itu, hasil analisis dinamika atmosfer menunjukkan pertumbuhan awan hujan dalam beberapa hari ke depan.
Sebagian wilayah di Jakarta Timur telah rutin banjir meskipun tidak ada perubahan cuaca ekstrem. Perubahan cuaca ekstrem akan memperparah banjir di Kelurahan Kampung Melayu dan Kelurahan Cawang. Kedua kelurahan tersebut terletak tepat di pinggiran sungai dan berada pada dataran rendah.
Fadliya (43), warga RT 004 RW 007 Kampung Melayu, Jatinegara, Jakarta Timur, mengatakan, setiap hujan deras, rumahnya selalu digenangi air. Saat hujan deras kemarin, air setinggi 20 sentimeter menggenangi RT 004 dan RT 005 akibat luapan Kali Ciliwung.
”Biasanya sebelum banjir yang parah, ada peringatan dari BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah), kemudian koordinasi melalui chat grup RT,” ucapnya.
Kemarin, beberapa warga terlihat masih membersihkan sisa-sisa banjir di sekitar rumahnya. Jalan tanah masih becek akibat lama tergenang. Sampah yang terbawa air pun masih ada yang tersangkut di pinggiran rumah warga.
Pada saat hujan deras dan berpotensi banjir, warga akan memindahkan sepeda motor ke tempat yang lebih tinggi. Barang-barang dan dokumen penting diamankan ke lantai dua rumah. Lantai dua rumah mereka juga digunakan sebagai tempat menunggu air surut. Warga yang tidak memiliki lantai dua atau bagian yang lebih tinggi akan mengungsi di kantor kelurahan ataupun sekolah-sekolah.
Kejadian yang sama terjadi di Kelurahan Cawang, Kramatjati, Jakarta Timur. Setiap hujan deras, luapan Kali Ciliwung akan menggenang setinggi 40 sentimeter. Warga Cawang lebih siap menghadapi banjir. Ini terlihat dari barang-barang telah dipindahkan ke lantai dua atau bagian atas rumah mereka.
”Rata-rata warga sudah mengerti. Kalau hujan deras (yang mengakibatkan) banjir, mereka langsung naik ke lantai dua. Misalnya banjir (akan) parah, mereka langsung mengungsi ke Universitas Binawan,” ujar Zuriah (67), warga RT 003 RW 005 Cawang, Kramatjati.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Abdul Muhari menyebutkan, proses penanganan bencana terbagi dalam fase bencana dan prabencana. Hal tersulit terdapat pada bagian prabencana karena diperlukan edukasi, simulasi, dan mitigasi di kalangan masyarakat.
”Faktor pemicu banjir tidak hanya cuaca, tetapi juga ada faktor degradasi lingkungan, seperti alih fungsi lahan dan penggundulan hutan tanpa diiringi penanaman kembali,” katanya.
Pemerintah daerah diharapkan dapat melaksanakan Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 101 Tahun 2018 tentang Standar Teknis Pelayanan Dasar pada Standar Pelayanan Minimal Sub-Urusan Bencana Daerah Kabupaten/Kota. Selain itu, BNPB juga telah menyusun peta daerah terancam dan merekomendasikan beberapa kebijakan ke tiap provinsi yang disusun dalam kajian risiko bencana.
”Daerah banjir di pinggiran sungai salah satunya disebabkan masalah sosial ekonomi dan kependudukan. Hal tersebut merupakan masalah kewilayahan. Penyelesaiannya ditentukan oleh pemimpin setiap daerah,” kata Abdul.
Untuk penyelesaian jangka pendek, masyarakat pinggiran sungai dapat diberikan sosialisasi tentang potensi dan bahaya banjir. Selain itu, pembersihan sungai dari sampah dapat menjadi solusi sementara untuk pemerintah daerah.