”Deja Vu” Perampokan Toko Emas di Tangerang Raya
Perampokan bersenjata api di toko Sinar Mas, pertokoan ITC BSD, Serpong, Kota Tangerang Selatan, akhir pekan lalu, seperti mengulang rentetan perampokan di Tangerang Raya, selama hampir dua dekade terakhir.
Perampokan toko emas Sinar Mas di ITC BSD terjadi pada Jumat (16/9/2022) siang. Pelakunya seorang lelaki bertopi, memakai masker, jaket hitam, bercelana pendek, dan membawa tas hitam kecil.
Setelah menembak kaca etalase, pelaku menggasak dua genggam kalung emas. Tak ada yang berani mendekat. Petugas keamanan di pintu keluar pun tak berdaya menghadapi moncong senjata api.
Penyidik dari Polres Tangerang Selatan menemukan satu selongsong dan proyektil, mengambil beberapa pecahan kaca untuk meneliti sidik jarinya, serta mempelajari rekaman kamera pemantau (CCTV) di toko ataupun sekitar ITC BSD. Hingga Minggu (18/9/2022), penyidik memeriksa empat saksi dan tim gabungan tengah mengejar pelaku.
”Tim gabungan dari Polres Tangerang Selatan dan Polda Metro Jaya,” ucap Kepala Polres Tangerang Selatan Ajun Komisaris Besar Sarly Sollu.
Perampok bersenjata menyatroni toko emas di ITC BSD merupakan insiden perampokan keenam dengan kerugian besar di Tangerang Raya berdasarkan catatan Kompas. Pelaku memanfaatkan kelemahan pengamanan toko emas.
Kriminolog Muhammad Mustofa menyebutkan, perampokan bersenjata di toko emas tidak selalu karena kemiskinan. Pelaku melihat peluang untuk berbuat kejahatan dengan memperhitungkan waktu, tingkat pengamanan, rute untuk melarikan diri, dan penadah barang hasil perampokan.
”Ada kelemahan pengamanan. Yang pertama dari pedagang, yang kedua oleh polisi. Khususnya pengawasan kepemilikan senjata api serta kegiatan usaha yang memungkinkan pembuatan senjata api (usaha bubut metal),” ucap Mustofa.
Kuasai situasi
Perampokan toko emas di ITC BSD terjadi saat lokasi didominasi kaum perempuan lantaran para pedagang pria sedang menunaikan ibadah shalat Jumat. Pelaku turun dari lantai dua menggunakan eskalator menuju ke toko perhiasan Sinar Mas yang terletak di samping salah satu pintu keluar.
Lelaki berperawakan sedikit kurus itu menembakkan senjata dan memecahkan kaca etalase. Saat mengambil emas, salah satu tangannya menodongkan senjata ke arah belakang. Seorang petugas keamanan di pintu keluar tidak bisa berbuat banyak karena dalam ancaman moncong senjata.
”Pelaku menguasai situasi wilayah tempatnya merampok,” ujar kriminolog A Josias Simon Runturambi.
Baca juga: Perampokan Toko Emas di Tangsel dan Memori Pahit 10 Tahun Silam
Perampokan pekan lalu bak deja vu, seperti melihat kejadian di masa lalu. Penguasaan situasi itu sama seperti kasus serupa yang terjadi di Tangerang Raya, beberapa waktu silam. Salah satunya ketika belasan perampok bersenjata api menyatroni toko emas Sumber Rizki di Pasar Swadaya Sangiang Jaya, Blok A1, Periuk, Kota Tangerang, Senin (16/6/2003) dini hari. Mereka menguras perhiasan emas yang ditaksir seberat 2 kg dengan nilai sekitar Rp 80 juta (Kompas, 17 Juni 2003).
Kawanan perampok yang mengendarai dua mobil Kijang itu menciduk satpam pasar, Mohammad Yamin (29) dan lima orang lainnya yang tengah nongkrong di sekitar toko emas. Keenamnya diikat, dibawa pergi, dan dibuang ke selokan di tepi jalan Pengasinan.
Sekawanan perampok bersenjata api kembali beraksi Kamis (22/7/2004) siang. Bersepeda motor, mereka menyasar Lili Sastrawan (43), warga Perumahan Graha Duta Bandara, Kecamatan Kosambi, Kabupaten Tangerang. Akibatnya, pemilik Toko Emas Abeng itu kehilangan perhiasan emas dalam aneka jenis seberat 2 kg serta uang tunai Rp 4,5 juta (Kompas, 23 Juli 2004).
Lili pulang ke rumah dengan menumpang ojek yang biasa mangkal di sekitar toko emas. Tanpa disadari, empat lelaki bertubuh ceking menaiki dua sepeda motor trondol (tanpa pelat nomor dan tidak ada kelengkapan kendaraan lain, seperti lampu, sen, dan spedometer) membuntutinya.
Sekitar 500 meter selepas toko, mereka langsung memepet dan dalam tempo singkat, dua lelaki yang membonceng motor langsung menodongkan pistol ke arah Lili, sedangkan yang satunya lagi menodong Rojak, pengojek yang membawa Lili.
Kasus lain, kawanan perampok bersenjata api pada Sabtu (10/12/2005) siang, beraksi di dua toko emas yang berdekatan di Desa Saga, Kecamatan Balaraja, Kabupaten Tangerang. Perampok yang berjumlah sekitar 10 orang berhasil meraup emas 24 kg bernilai kira-kira Rp 2,1 miliar (Kompas, 11 Desember 2005).
Penjaga toko yang sedang bertugas ditodong dengan golok dan benda mirip senjata api. Kemudian, perampok lari dengan sepeda motor.
Mirip kasus serupa, pelaku bawa senjata api dan menembak. Dia beraksi dengan persiapan terlebih dahulu. (A Josias Simon Runturambi)
Insiden perampokan toko emas yang memanfaatkan kondisi relatif lengang pada Jumat siang juga terjadi pada 24 Februari 2012. Delapan orang bersenjata api dan martil menguras empat toko emas di Pasar Ciputat, Tangerang Selatan. Mereka merusak toko, melukai pemilik toko, dan mengancam warga setempat dengan melepaskan tembakan. Kerugian ditaksir mencapai miliaran rupiah (Kompas, 25 Februari 2012).
Delapan pelaku itu datang mengendarai sepeda motor dari dua arah berbeda. Enam orang di antaranya mengenakan helm, sedangkan dua pelaku tidak. Mereka diperkirakan berumur sekitar 30 tahun dan berbadan tegap.
Pelaku membawa senjata pistol, tiga di antaranya mirip revolver dan tiga yang lain mirip FN. Sebagian yang lain membawa martil yang dipakai untuk memecahkan kaca. Perampokan tersebut membuat pedagang dan warga ketakutan karena perampok mengancam dengan melepaskan tembakan ke udara.
Baca juga: Perampok Bersenjata Satroni Toko Emas di ITC BSD
Perampokan yang memanfaatkan situasi lengang juga terjadi di Toko Emas Permata, Jalan Raya Serang, Kampung Cariu, Desa Talagasari, Balaraja, Kabupaten Tangerang, Banten, Sabtu (15/6/2019) pagi. Dalam rekaman CCTV terlihat dua perampok mengenakan masker atau penutup wajah. Mereka membawa kabur perhiasan emas 6 kg dengan taksiran nilai sebesar Rp 1,6 miliar (Kompas, 17 Juni 2019).
Perampokan berjalan mulus karena penjaga toko dan warga ketakutan melihat pelaku menenteng pedang samurai dan senjata api. Saat itu, sepuluh penjaga toko yang ada adalah perempuan.
Berkaca dari rentetan kasus dalam hampir dua dekade itu, Josias melihat, pelaku mengetahui betul kawasan lokasi yang dijadikan target perampokan. Seperti halnya yang terjadi di ITC BSD, pelaku hafal akses masuk dan keluar hingga target atau sasaran dan momen yang tepat untuk merampok.
”Mirip kasus serupa, pelaku bawa senjata api dan menembak. Dia beraksi dengan persiapan terlebih dahulu,” kata Josias.
Adapun Mustofa menyarankan beberapa upaya meningkatkan keamanan toko emas dan meminimalkan peluang terjadinya kejahatan. Selain petugas keamanan yang memadai dan dilengkapi CCTV, sebaiknya etalase emas dan perhiasan memakai kaca antipecah dan dilengkapi teralis serta akses toko tidak langsung ke jalan agar pembeli berada di dalam toko.
Ia juga menyarankan agar polisi memperketat pengawasan rutin pemegang senjata api serta inspeksi ke semua usaha bubut metal di wilayahnya. ”Razia secara rutin senjata api supaya terkontrol,” katanya.
Peneliti kepolisian di Institute for Security and Strategic Studies (ISESS), Bambang Rukminto, menambahkan, penelusuran amunisi atau peluru yang digunakan oleh pelaku juga perlu dilakukan. Dari situ dapat diketahui senjata tersebut organik, non-organik, rakitan, atau replika.
”Pengawasan distribusi peluru itu juga tak kalah penting. Perlu diawasi agar tak disalahgunakan,” tutur Bambang.