Kirab Merah Putih sejauh 1,7 kilometer dari Monumen Nasional ke Bundaran Hotal Indonesia, Jakarta, menggugah kembali rasa persatuan dan kesatuan bangsa supaya tak mudah dipecah belah.
Oleh
FRANSISKUS WISNU WARDHANA DANY
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Persatuan dan kesatuan bangsa kembali digugah supaya masyarakat tak mudah dipecah belah. Dengan demikian, persatuan dan kesatuan bangsa bisa menjadi modal mengarungi berbagai tantangan, seperti pandemi Covid-19, polarisasi jelang tahun politik 2024, serta konflik Rusia dan Ukraina yang berpotensi krisis pangan dan energi bagi seluruh dunia.
Setidaknya 50.000 warga tumpah ruah dalam Kirab Merah Putih untuk menciptakan kesatuan Indonesia yang harmoni. Masyarakat umum, pelajar, organisasi masyarakat, tokoh masyarakat, pemuka agama, dan instansi pemerintah turut serta dalam pembentangan bendera Merah Putih sepanjang 1,7 kilometer dari Monumen Nasional (Monas) ke Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta, Minggu (28/8/2022).
Kehadiran marching band Akademi Kepolisian (Akpol), pemuda memanggul lambang negara Garuda Pancasila, hingga pembawa bendera Merah Putih itu disambut sorak sorai warga yang tengah mengikuti hari bebas kendaraan bermotor (car free day).
Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Jenderal (Pol) Listyo Sigit Prabowo menggelorakan kembali semangat persatuan dan kesatuan bangsa untuk menghadapi segala macam tantangan dari dalam dan luar negeri melalui Kirab Merah Putih.
”Persatuan dan kesatuan membuat kita bisa menghadapi berbagai tantangan, seperti pandemi Covid-19 dan berbagai macam dampak konflik Rusia dan Ukraina yang memunculkan krisis pangan dan energi,” kata Listyo kepada masyarakat yang memadati area Bundaran Hotel Indonesia.
Kesatuan dan persatuan bangsa juga sangat penting dalam menghadapi tahun politik atau pemilihan umum (pemilu) serentak tahun 2024. Hal itu berkaca dari polarisasi yang terjadi saat Pemilu 2019.
”Berita bohong dan ujaran kebencian memecah belah masyarakat. Ini tentunya harus terus dingatkan bahwa siapa pun pemimpin negara, persatuan dan kesatuan berada di atas segalanya. Polarisasi yang pernah terjadi di tahun 2019 jangan sampai terulang,” ucap Sigit.
Kirab Merah Putih turut diharapkan menjadi tradisi penguatan seluruh elemen bangsa untuk menghadapi bonus demografi tahun 2030. Tujuannya agar terbentuk sumber daya manusia yang unggul serta bisa mewujudkan visi misi Indonesia Emas di tahun 2045.
Kebangsaan
Dalam Kirab Merah Putih, hadir pula anggota Dewan Pertimbangan Presiden, Habib Muhammad Luthfi Ali Yahya. Beliau membawakan tausiah kebangsaan untuk menggugah persatuan dan kesatuan bangsa.
Habib Lutfhfi menyampaikan bahwa sudah selayaknya kita semua kembali kepada kebaikan karena merupakan satu keturunan Adam dan Hawa yang baik adanya. Kebaikan itu mewujud dalam melindungi hak dan menghargai hak dengan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
”Bukan lagi berbicara bentuk mata dan hidung. Bicara asal dari mana, tetapi sejauh mana rasa memiliki Republik ini,” tutur Habib Luthfi.
Kita menjaga jangan sampai dimanfaatkan kepentingan yang mengobok-obok bangsa ini.
Rasa memiliki Indonesia tecermin melalui semua kontribusi untuk bangsa dan negara. Kirab Merah Putih ingin mengembalikan rasa cinta bangsa dan Tanah Air. Cinta yang semakin kuat dan melekat menuntun kita untuk memahami kehormatan, harga diri, dan jati diri bangsa.
”Dalam bendera Merah Putih ada kehormatan, harga diri, dan jati diri bangsa. Dengan rasa cinta, kita jangan mudah dipecah belah. Kita menjaga jangan sampai dimanfaatkan kepentingan yang mengobok-obok bangsa ini,” kata Habib Luthfi.
Tausiah kebangsaan berlanjut dengan pembacaan ikrar Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang dipimpin Habib Luthfi. Semua orang yang ada di Bundaran Hotel Indonesia berikrar bangga menjadi bangsa, anak, dan memiliki Indonesia, berbhineka tunggal ika, menjaga keutuhan serta membela negara.