Kasus Guru Aniaya Murid yang Memalak Berakhir Damai
Penganiayaan guru terhadap murid di SMKN 1 Jakarta Pusat merupakan tindakan spontan yang tidak dapat diterima pihak sekolah. Setali tiga uang dengan budaya kekerasan seperti pemalakan antarsiswa di sekolah tersebut.
Oleh
ERIKA KURNIA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kasus penganiayaan siswa Sekolah Menengah Kejuruan Negeri atau SMKN 1 Boedi Oetomo, Jakarta Pusat, oleh guru di sekolah itu berakhir damai setelah pihak korban melapor ke kepolisian. Penganiayaan berawal dari laporan bahwa korban memeras yuniornya.
Ramdhani, ayah korban yang berinisial RH (18), murid kelas XII, sebelumnya melaporkan kasus penganiyaan oleh guru olahraga berinisial HT ke Kepolisian Sektor (Polsek) Sawah Besar, Sabtu (13/8/2022). Adapun penganiayaan terjadi pada Jumat (12/8/2022).
Hari itu, korban bersama beberapa siswa lain dipanggil ke ruang guru karena mereka dilaporkan memalak adik kelas X. Saat menginterogasi mereka, guru HT melakukan kekerasan terhadap RH dengan memukul dan menendang. Akibatnya, RH babak belur di bagian mata kanan.
”Kami sudah selesaikan kasus ini secara kekeluargaan,” kata Ramdhani saat dihubungi, Rabu (24/8/2022). Laporan polisi itu ia cabut pada Selasa siang kemarin.
Kepala Polsek Sawah Besar Ajun Komisaris Patar Bona mengonfirmasi pencabutan laporan tersebut. Kemarin, korban didampingi orangtuanya datang ke Polsek Sawah Besar. Korban kemudian membuat surat pernyataan damai.
”Intinya, isi dari surat damai tersebut, kedua belah pihak saling meminta maaf, kemudian mengakui kesalahannya. Dari pihak guru pun sudah berjanji tidak akan melakukan perbuatan tersebut dan ke depan tidak ada lagi saling menuntut,” ujarnya saat ditemui di SMKN 1 Boedi Oetomo, Sawah Besar, Jakarta Pusat, hari ini.
Siti Hajar, Wakil Kepala SMKN 1 Jakarta Pusat, mengatakan, permohonan maaf dan kesepakatan damai di antara dua pihak itu juga telah mereka saksikan bersama perwakilan siswa dan pejabat Dinas Pendidikan DKI Jakarta. Adapun terhadap pihak guru yang melakukan kekerasan, sekolah sudah memberikan peringatan dan menyerahkan tindak lanjut ke Dinas Pendidikan DKI.
”Kalau dari sekolah tindak lanjutnya, ya, diberikan peringatan pasti, kesepakatan itu juga tertulis. Kalau mutasi atau tidak itu dari dinas. Kami tetap menunggu, sementara guru ini masih mengajar seperti biasa,” kata Siti.
Budaya kekerasan Penganiayaan guru terhadap murid, kata Siti, merupakan tindakan spontan yang tidak dapat diterima pihak sekolah. Setali tiga uang dengan budaya kekerasan seperti pemalakan, yang juga diikuti perundungan, antarsiswa yang diakui sudah mengakar di kalangan siswa sekolah. ”Pemalakan ini kalau saya boleh jujur memang sering terjadi dan dialami siswa baru, kelas X. Saya juga enggak mau menutup-nutupi, ini sudah biasa terjadi, tapi sekarang ini sudah jauh berkurang,” ungkap Siti.
Ia menilai, perilaku itu terus berulang karena selalu ada siswa yunior yang menjadi korban dan meneruskan budaya tersebut ketika sudah menjadi senior. Pihak sekolah sudah mengupayakan berbagai langkah untuk memutus budaya tersebut, salah satunya mengingatkan murid baru untuk melapor jika menerima tindakan buruk dari senior mereka.
”Semua guru sudah mengatakan, saya sendiri yang juga masih ngajar, selalu sampaikan ke anak-anak, ’jangan pernah takut, harus berani melawan hal-hal yang enggak baik’. Selalu kita tekankan lapor, lapor kepada siapa saja yang kamu anggap nyaman, bisa ke sekuriti, bisa ke guru kesiswaan, guru BK, atau guru lain yang bikin nyaman,” tuturnya.
Baca juga: Kala Remaja Bekasi Mencari Pengakuan di Jalanan Terkait siswa senior, menurut dia, guru-guru juga sudah dilatih untuk membina siswa sesuai dengan kebutuhan dan karakter mereka. Kemudian, saat ada kasus pemalakan atau perundungan yang diketahui, pihak sekolah juga akan melakukan penanganan cepat dengan memanggil orangtua siswa yang bersangkutan.
Hari ini, pihak sekolah juga bekerja sama dengan kepolisian untuk memberikan penyuluhan kepada murid kelas X. Penyuluhan itu direncanakan akan diadakan rutin. Sekolah juga mengajak polisi untuk memberikan penyuluhan saat apel sekolah. Kapolsek Sawah Besar pun menyambut ajakan kolaborasi itu. Pagi ini, ia turun langsung untuk memberikan arahan kepada ratusan siswa kelas X. ”Hari ini kami memberikan penyuluhan kepada mereka agar bisa paham kenakalan remaja, tidak hanya pemalakan, tetapi juga pembulian, tawuran, narkoba, minuman keras, dan sebagainya. Kami sasar siswa baru ini karena nantinya, kan, mereka menjadi senior, harapannya mereka tidak melakukan hal yang sama kepada yuniornya nanti,” kata Bona.
Sementara itu, terhadap siswa senior atau siswa pada umumnya, polisi juga punya program pencegahan khusus yang sudah dilakukan secara rutin di sekolah-sekolah.