Ribuan remaja di Bekasi memilih jalanan sebagai medan untuk mendapatkan pengakuan akan eksistensinya lewat tindak kekerasan. Fenomena ini muncul akibat lemahnya institusi sosial dalam memberi mereka perhatian.
Oleh
STEFANUS ATO
·5 menit baca
Sebanyak 3.000 remaja di Kota Bekasi, Jawa Barat, teridentifikasi terlibat dalam kelompok-kelompok gangster. Berbekal sepeda motor, mereka menguasai jalanan di Bekasi saat malam tiba. Jalanan pada akhirnya jadi pilihan sebagian remaja demi pengakuan akan eksistensi diri.
Pada Sabtu (20/8/2022) dini hari, mulai pukul 01.00 hingga pukul 04.00, sejumlah ruas jalan utama di Kota Bekasi dikuasai banyak remaja yang masih di bawah umur. Para remaja yang rata-rata berboncengan sepeda motor itu meramaikan jalanan yang lengang dengan berbagai aktivitas, mulai dari mengikuti balapan liar hingga terlibat tawuran.
Di Jalan Chairil Anwar, Bekasi Timur, Kota Bekasi, kebisingan suara knalpot sepeda motor menggelegar memecah kesunyian. Bunyi knalpot itu berasal dari dua sepeda motor yang tengah mengadu kecepatan di lintasan lurus.
Di saat bersamaan, sejumlah remaja menghadang di tengah jalan dan mencegah kendaraan warga agar tak dulu melintas. Penghadangan itu bertujuan memberi ruang bagi dua remaja yang sedang memacu sepeda motor dengan kecepatan tinggi.
Aktivitas balapan liar itu berakhir dengan tepuk tangan dan mengelu-elukan pihak yang memenangi balapan. Mereka kemudian kabur dari jalanan dan berpindah ke tempat lain saat mendapat informasi ada patroli polisi yang mendekat.
Pemandangan aktivitas remaja menguasai jalanan Kota Bekasi pada tengah malam lumrah dijumpai di sejumlah lokasi. Hal ini setidaknya terlihat juga di kawasan Bantargebang hingga Jatiasih pada Sabtu dini hari.
Berdasarkan data dari Kepolisian Resor Metro Bekasi Kota, ada sekitar 3.000 remaja di daerah itu yang terlibat dalam aktivitas gangster. Mereka tergabung dalam 29 kelompok dan kerap kali mengganggu ketertiban masyarakat karena tawuran dan balapan liar. Data aktivitas remaja yang meresahkan itu teridentifikasi melalui patroli siber Tim Patroli Perintis Presisi Polres Metro Bekasi Kota.
Aktivitas para remaja di Bekasi tersebut saat mengikuti balapan liar atau saat terlibat tawuran tak hanya jadi konsumsi mereka yang terlibat. Remaja yang dominan di bawah umur juga menyiarkan aktivitas tersebut di media sosial.
Pada Sabtu dini hari lalu, misalnya, ada puluhan akun media sosial di Instagram terpantau sedang menayangkan aktivitas para remaja bersepeda motor yang berkumpul untuk balapan liar, tawuran, atau menyusuri sejumlah gang demi mencari kelompok-kelompok remaja lain di wilayah tersebut. Salah satunya, akun Instagram dengan nama @jalur_pelajar99.
Akun dengan tagline”biarkan aspal dan langit menjadi saksi bahwa kami ada dan nyata” itu terpantau mulai aktif menyiarkan aktivitas mereka yang sedang berkeliling dengan sepeda motor menyusuri ruas jalan di Kota Bekasi sejak pukul 02.00 hingga pukul 03.00. Di siaran langsung akun itu juga disematkan tulisan bernada provokasi berupa tantangan kepada kelompok lain.
Patroli polisi
Aktivitas remaja yang berkeliaran di malam hari jadi salah satu fokus patroli polisi. Tim Patroli Perintis Presisi Polres Metro Bekasi Kota setiap malam menyusuri sejumlah wilayah di Kota Bekasi untuk menghalau para remaja itu.
Pada Sabtu dini hari, Tim Patroli Perintis Presisi Polres Metro Bekasi Kota yang berjumlah delapan personel mengendarai trail menyusuri jalanan di Kota Bekasi. Tim yang dipimpin Inspektur Dua Akhmad Surbakti tersebut mulai menggelar patroli pada pukul 00.00 sampai pukul 04.00.
Patroli yang berlangsung selama empat jam itu dimulai dengan menyelamatkan seorang warga yang kritis akibat kecelakaan lalu lintas. Tim Patroli Perintis Presisi juga berhasil mencegah kegiatan sejumlah remaja yang diduga bakal terlibat balapan liar di Jalan Ahmad Yani, Kota Bekasi.
”Yang sering kami temukan, tawuran atau balapan liar ini didominasi remaja-remaja tanggung berusia 17 sampai 18 tahun dan anak-anak yang masih di bawah umur. Latar belakang mereka beragam, ada pelajar hingga mahasiswa. Rata-rata mereka hanya ikut-ikutan, solidaritas, atau sekadar uji nyali,” kata Akhmad.
Aparat kepolisian pun tak selalu bertindak represif ketika bertemu kelompok-kelompok remaja itu di jalanan selama kegiatan patroli. Remaja-remaja itu biasanya dinasihati untuk tak lagi mengulangi perbuatan serupa dan diminta segera kembali ke rumah masing-masing.
Pujian dan pelukan
Menurut pengamat sosial dari Universitas Indonesia, Devie Rahmawati, remaja membentuk kelompok untuk kegiatan tertentu merupakan hal yang lumrah. Sebagai anak kandung zaman, potensi para remaja untuk membentuk kelompok itu lahir secara alamiah.
”Lewat kelompok, mereka akan belajar menemukan jati diri mereka. Cara yang dilakukan oleh remaja biasanya adalah belajar dari sesamanya dan media sosial,” kata Devie saat dihubungi pada Minggu (21/8/2022) siang.
Kelompok remaja ini juga terbentuk karena ada keluasan waktu. Apalagi, kesempatan mereka untuk keluar rumah kian besar setelah pandemi Covid-19 mulai berakhir.
Secara sosial, mereka adalah korban dari lemahnya institusi sosial, seperti keluarga dan masyarakat. Institusi sosial abai akan kebutuhan mereka.
Adanya tindakan kekerasan yang kerap muncul dari para remaja pun berbeda motivasi dengan kelompok gangster orang dewasa. Sebab, kekerasan atau kejahatan yang dilakukan orang dewasa dominan berlatar belakang faktor ekonomi. Sementara itu, kelompok yang dibentuk remaja biasanya dijadikan sebagai rumah kedua. Dari kelompok, mereka berupaya mencari kesempatan untuk tampil.
”Mereka secara umum dalam masa-masa pencarian jati diri. Yang mereka butuhkan ialah perhatian dan pelukan. Agar bisa diperhatikan tentu butuh prestasi,” ucap Devie.
Para remaja tersebut akhirnya memilih jalanan sebagai medan untuk mendapatkan ”prestasi” sesaat dan instan dengan tindak kekerasan. Langkah yang ditempuh remaja ini juga muncul sebagai dampak lemahnya institusi sosial dalam memberi panggung bagi anak-anak remaja.
”Secara sosial, mereka adalah korban dari lemahnya institusi sosial, seperti keluarga dan masyarakat. Institusi sosial abai akan kebutuhan mereka,” pungkas Devie.